Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Mencekik dengan Kain Sutera", Surat Terbuka Ratna Sari Dewi Soekarno kepada Tuan Soeharto

9 Juni 2020   09:41 Diperbarui: 9 Juni 2020   10:55 3998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/Bethlehem Jarden

Selain itu, Surat Terbuka yang saya kirimkan kepada Tuan termasuk segala isinya adalah sepenuhnya tanggung jawab saya dan tidak ada sangkut pautnya dengan Soekarno Presiden Republik Indonesia yang terdahulu.

Begitu Dewi Soekarno membuka surat terbukanya. Surat ini sangat panjang dibagian lain surat terbuka ini Dewi mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan Soeharto seperti Coup de Etat atau kudeta terhadap kekuasaan Soekarno.

Ia pun mengungkapkan informasi-informasi dari media asing terhadap kondisi Indonesia pasca G30S PKI terjadi.

Ia mengutip informasi dari koran-koran besar di Eropa hingga Amerika. Berita-berita mengenai "pembantaian" yang terjadi pasca G30S PKI, yang ia sebutkan menelan korban jiwa hingga 1 juta jiwa.

Di bagian suratnya yang lain lagi, dan ini yang kemudian menjadi berbagai spekulasi dalam sejarah, ia mempertanyakan rentetan terjadinya gerakan 30 September 1965, apakah ini benar seperti itu kejadiannya atau akal-akalan Soeharto semata termasuk keterlibatan Jenderal A.H. Nasution dalam kejadian itu?

Di akhir bagian itu, Dewi menuliskan 

"Apakah kiranya jawaban Tuan pada seluruh rakyat Indonesia, yang menduga bahwa dengan adanya tindakan cepat dari Tuan untuk membentuk kekuasaan 'orde baru' dalam situasi yang kacau balau itu, bukankah justru sebenarnya Tuanlah yang mempunyai semua rencana dn melaksanakan rencana 'Dewan Djenderal' itu?," tulisnya.

Di bagian akhir surat itu, Dewi kemudian menyampaikan kegundahannya atas perlakuan Soeharto yang menurutnya sangat kejam  pada suaminya, dan pandangan dirinya terhadap sikap Soeharto.

Ia menyebutkan, Soeharto bisa saja menghancurkan jasmani Soekarno tapi tidak pikirannya.

"Tuan dapat saja menghancurkan jasmani Bung Karno, tapi Tuan tak akan pernah berhasil menghancurkan semangat dan jiwanya dalam membela keadilan dan kebenaran, semangat Bung Karno itu tak akan pernah mati."

Kemudian Dewi menuliskan  istilahkan memakai pepatah jepang terkait perlakuan Soeharto kepada sang Proklamator

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun