PKI, Partai Komunis Indonesia memang sudah lama sekali mati. Setelah kejadian yang disebut sebagai Kudeta yang kemudian diberi tagline "Pemberontakan G30SPKI" gagal, tak menunggu lama, secara resmi tanggal 12 Maret 1966 Â partai politik yang berhaluan komunis ini akhirnya dibubarkan dan dianggap haram untuk berada di Indonesia, oleh Jenderal Soeharto, setelah sehari sebelumnya ia memperoleh mandat lewat "Supersemar" dari Presiden Indonesia saat itu, Soekarno.
Sejak saat itu PKI, oleh Wangsa Orde Baru diciptakan sebagai musuh utama dan harus dihancurkan hingga ke akar-akarnya.Â
Selama 32 tahun masyarakat Indonesia dicuci otaknya lewat berbagai propaganda dan stigmatisasi untuk memusuhi PKI.
Bahkan Orde buatan Soeharto itu, berhasil menciptakan stigma, bahwa siapapun yang dianggap menghalangi langkah mereka layak dikategorikan sebagai PKI.
Dalam kacamata Soeharto, PKI bukan lagi merupakan kata benda, tapi sudah berubah menjadi kata kerja dan kata sifat.
Label PKI akan segera disematkan pada siapapun yang menurut mereka melawan kekuasaan yang dipegangnya dengan sangat erat tersebut. Dan itu berhasil.
Namun, tak ada awal yang tak akan berakhir. Setelah 32 berkuasa Soeharto dan Orde Baru-nya tumbang pada tahun 1998, oleh Gerakan Reformasi yang di motori mahasiswa.
Soeharto dan Keluarganya harus menanggung di-PKI-kan di awal orde reformasi. Semua yang berbau Soeharto seolah dijauhi.
Soeharto diseret ke Pengadilan dengan tuduhan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Penegakan hukum terhadap Soeharto bahkan ditetapkan melalui Ketetapan MPR, yang dalam hirarki struktur hukum di Indonesia sangat tinggi, hanya setingkat di bawah Undang Undang Dasar (UUD).
Beruntunglah Soeharto dan Keluarganya, karena pasca reformasi tak ada kekuasaan mutlak seperti Orde Baru miliknya.
Sehingga stigmatisasi berkelanjutan seperti yang mereka lakukan terhadap PKI tak terjadi, di masa reformasi.
Perlahan namun terlihat pasti, Keluarga Soeharto atau biasa disebut Keluarga Cendana (mengacu pada tempat tinggal keluarga mereka di Jalan Cendana, Menteng Jakarta Pusat) mulai berkiprah di dunia politik Indonesia.
Kiprah mereka di dunia politik mungkin memiliki tujuan mengamankan kekayaan dan nama baik Soeharto.
Beberapa kali mereka mendirikan Partai Politik, walaupun hasilnya seperti kita tahu semua, jeblok. Terakhir mereka mendirikan Partai Berkarya, yang hasilnya ya sama saja, lolos Threshold parlemen saja tidak.
Posisi politik mereka, seperti ketahui bersama berada di seberang penguasa saat ini. Keluarga Cendana dengan Partai Berkarya-nya belakangan ramai diperbincangkan karena mereka menjual kembali isu lama andalan mereka saat jaman Sang Bapak masih berkuasa, isu PKI.
Mereka terlihat menggandeng beberapa pihak dari Kelompok Islam "garis keras" untuk mengusung isu PKI ini.
Padahal sebenarnya eksistensi PKI itu sudah hilang entah kemana dari bumi indonesia ini. Komunisme sebagai ideologi pun secara global sudah tak laku lagi dijual.
Konstelasi geopolitik dunia, sepertinya sudah bukan lagi perkara ideologi. Kapitalisme dan komunisme saat ini sebenarnya sudah seperti bergandengan tangan saja.
Bahkan di China satu-satunya negara besar yamg berpaham komunis. Mengkombinasikan kedua ideologi besar tersebut dalam menjalankan pemerintahnya.
Secara politik China merupakan penganut komunisme, tetapi ketika masuk pada aspek ekonomi China merupakan penganut Kapitalisme garis keras.
Rusia dan berbagai negara pecahan Uni Sovyet yang dulu menganut Komunisme, kini tak jelas lagi posisinya dimana, walaupun terlihat jelas secara ekonomi mereka cenderung kapitalis.
Jadi secara global komunisme sebagai ideologi itu bisa dikatakan sudah selesai. Secara global Cantolan "PKI" itu sudah tak ada lagi.
Namun Keluarga Cendana dan antek-anteknya tak hilang akal, karena China sscara politik memang masih menganut  paham komunisme dan kebetulan pemerintah Jokowi saat ini terlihat sangat mesra dengan China.
Maka mereka, Keluarga Soeharto dan beberapa "organisasi Islam garis keras", membangun opini PKI yang disandingkan dengan isu kedekatan Jokowi dengan pemerintah China.
Padahal Jokowi dan jajarannya dekat dengan China hanya karena faktor ekonomi saja. Karena China saat ini merupakan negara adi daya terutama di bidang ekonomi.
Jika kita amati, tak ada sama sekali  kedekatan Jokowi dengan pemerintah China terkait ideologi. Namun seperti yang tadi saya tulis diatas, hasil cuci otak selama 32 tahun  itu masih menyisakan residu pemikiran eksistensi PKI.
Sehingga secara bersama mereka mengusung sentimen anti China yang dikaitkan dengan Komunisme.
Jika kita amati berbagai platform media sosial, sesiapa yang mengusung sentimen anti China adalah pihak yang sama yang mendengungkan isu eksistensi PKI.
Orangnya itu-itu saja, gaungnya terdengar sangat nyaring walaupun sebenarnya jumlah mereka sangat sedikit.
Mereka sibuk mengamplifikasi isu PKI sedemikian rupa, padahal PKI itu sudah lama menjadi "mayat". Mereka membangun isu untuk mempersonifikasikan bahwa Jokowi adalah "the new PKI" dalam versi mereka.
China dan PKI dalam 7 tahun terakhir ini menjadi isu yang seksi untuk dijual. Harus diakui Keluarga Cendana and The Gank, memiliki jiwa salesmen yang hebat dalam menjual isu PKI ini.
Tak sekali dua kali Jokowi dan pendukungnya kerepotan menangkis smash-smash isu PKI ini. Keluarga Cendana yang kini di motori oleh putra bungsunya, Hutomo Mandala Putra atau lebih dikenal dengan nama Tommy Soeharto kelihatannya terus mengorkestrasi isu PKI ini, demi mempertahankan eksistensi mereka sebagai darah biru politik Imdonesia.
Mungkin hanya isu itu yang secara berkelanjutan bisa dijual untuk mempertahankan eksistensi keluarga mereka, padahal eksistensi PKI sendiri, sudah tak ada lagi.
Tapi apapun itu demi eksistensi bahkan hantu PKI Â pun mereka jual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H