Jika kita bersenandung kecil, itu akan menggerakan molekul-molekul udara di sekitar kita. Semakin keras suara yang keluar semakin eksplosif juga gerakan molekul tersebut.
Gerakan molekul ini kemudian menimbulkan perbedaan tekanan udara, semakin keras suara yang keluar semakin eksplosif gerakan molekul maka fluktuasi tekanan udara yang terjadi disekitarnya pun semakin tinggi.
Namun ada batasnya suara bisa didapat, pada titik tertentu fluktuasi tekanan udara menjadi luar biasa tinggi, sehingga wilayah yang bertekanan rendah mencapai titik nol yang artinya menjadi hampa udara.
Dengan kondisi seperti ini suara yang dihasilkan 194 desibel, suara maksimal yang dapat terjadi di dalam atmosfer bumi.
Semakin keras suaranya, rambatannya tak hanya melewati udara, tapi akan mendorong udara untuk ikut bergerak bersama suara itu.
Nah semburan udara yang bergerak didorong suara ini biasa disebut dengan gelombang kejut.
Dalam kasus letusan Krakatau, semakin dekat dengan epicentrum letusan gelombang kejut yang terjadi semakin besar, sebagai contoh gendang telinga awak kapal pecah akibat gelombang kejut itu.
Semakin jauh posisinya, maka gelombang kejut akibat dorongan suara tadi semakin mereda hingga terdengar seperti dentuman meriam.
Merambat terus ke sepanjang sepertiga dunia dalam waktu berhari-hari. Secara keseluruhan gelombang tekanan udara yang diakibatkan oleh letusan Krakatau tersebut mengelilingi dunia 3 hingga 4 kali.
Apa yang terjadi pada Krakatau, merupakan sebuah unjuk kekuatan yang mengejutkan dari alam dengan daya hancur yang luar biasa dahsyat.
Demikian pula yang kita rasakan saat ini, kita tak pernah memperkirakan sebelumnya kekuatan dahsyat mahluk tak kasat mata virus SARS NCov-2 berukuran 25 mikron mampu melululantakan kehidupan.manusia dengan cara yang berbeda dengan yang Krakatau lakukan.