Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Berpulang Saat di Puncak Karir adalah Sebuah Kemenangan, Sugeng Tindak, Mas Didi "Lord of The Broken Heart" Kempot

5 Mei 2020   12:41 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:23 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaget sekali pagi ini, ketika mendengar salah satu legenda musik  Indonesia Didi Prasetyo atau lebih dikenal luas dengan nama Didi Kempot meninggal dunia, meninggalkan kita semua.

Ia di bawa ke Rumah Sakit Kasih Ibu Solo pada pukul 07.25 WIB, dalam keadaan henti jantung setelah di periksa oleh Dokter di UGD rumah sakit tersebut ia dinyatakan meninggal pada pukul 07.45.

"Pukul 7.25 [masuk] IGD datang dalam keadaan henti jantung, sudah dilakukan pertolongan dengan maksimal, tapi tidak tertolong. Almarhum dinyatakan meninggal pukul 07.45 WIB," kata Asisten Manajer Humas RS Kasih Ibu, Divan Fernandez Seperti yang dilansir CNNIndonesia.com, Selasa (5/5/20).

Dunia musik Indonesia kehilangan seorang talent yang sampai saat ini tak ada bandingannya, mendiang layak untuk di beri gelar legenda musik Indonesia.

Terakhir saya melihat penampilan Didi Kempot saat Kompas TV  menggelar acara pengumpulan donasi bagi mereka yang terdampak pandemi Covid-19.

Dalam acara yang utamanya mengetuk para "sobat ambyar" untuk berdonasi melalui kitabisa.con. Saking banyaknya orang yang berniat donasi membuat server kitabisa.com menjadi tak bisa di akses.

Dalam kegiatan yang bekerjasama dengan Kompas.TV tersebut berhasil mengumpulkan donasi lebih dari Rp.7,5 miliar.

Didi Kempot seperti sebuah fenomena, dia bisa membawa lagu campursari yang dianggap ndeso menjadi digemari secara luas di seluruh negeri bahkan sampai ke Luar Negeri.

Namanya kian melambung dalam beberapa tahun terakhir. Maestro musik yang merupakan adik dari pelawak Srimulat Almarhum Mamiek Prakoso ini, lahir di Surakarta, Jawa Tengah 31 tahun lalu.

Karir bermusiknya dimulai pada tahun 1984, mengawali karirnya dari tahap paling bawah, yakni menjadi seorang pengamen jalanan.

Ia nekat datang ke Jakarta dengan bermodalkan sebuah gitar dan mulai mengamen di seputaran Jakarta. Ia belajar gitar otodidak namun karena bakat besarnya di dunia musik mengalir deras, ia sepertinya mudah saja menciptakan lagu yang menggungah hati.

Kemampuan Didi inilah yang kemudian membawa dirinya merambah dunia rekaman dan mulai beranjak dari kehidupan lara di jalanan Jakarta. Rupanya rezeki Didi Kempot tak hanya sampai rekaman namun melesat hingga Suriname dan Belanda.

Didi Kempot sudah menciptakan lebih dari 700 lagu, sepanjang karirnya, yang dikemas dalam puluhan album. Setidaknya yang tercatat ada Stasiun Solo Balapan (1999), Modal Dengkul, Tanjung Mas Ninggal Janji,  Seketan Ewu, Plong (2000) Cucak Rowo(2003), Ono Opo (2005) dan masih banyak album lainnya.

Terdapat hal lain yang membuat Didi Kempot menjadi sebuah fenomena, sebelum kembali naik daun dan di sorot oleh berbagai media mainstream beberapa tahun terakhir .

Lama sekali Didi Kempot tak disorot media mainstream, namun tak pernah sepi dari tawaran manggung meski dari kampung-kampung.

Komdisi ini sebenarnya memberikan keuntungan bagi Didi, karena ia jadi memiliki basis penggemar yang kuat di tingkat akar rumput. Nah dari sinilah kemudian muncul fans fanatiknya yang menamai dirinya sebagai Sadbois dan Sadgerls, atau lebih populer dikenal dengan "Sobat Ambyar".

Begitu kembali mendapat atensi dari berbagai media arus utama setelah viral di berbagai platform media sosial, popularitasnya tak tertahankan lagi ia meroket naik sangat cepat di tahun-tahun terakhir ini.

Bahkan menurut pengamat musik kawakan Bens Leo seperti yang saya kutip dari wawancaranya di Kompas TV, popularitas musik campursari ala Didi Kempot yang menjogeti rasa sakit hati ini, bisa menyaingi K-Pop milik Korea.

Didi telah berhasil membuat seni tradisional yang adaptif terhadap perkembangan jaman, mendunia dan digemari oleh semua kalangan mulai dari Kolonial hingga milenial, lintas generasi dan status sosial.

Oleh para penggemarnya  Didi Kempot digelari "Lord of The Broken Hearts".

Tak bisa disangkal lagi saat Didi Kempot pergi meninggalkan kita semua dalam posisi sedang di puncak karirnya, bagi seorang penampil seperti Didi Kempot kondisi ini menjadi sebuah kemenangan.

Ia akan dikenang sebagai legenda, legacynya akan terus hidup di masyarakat. Saya yakin lagu-lagunya akan terus berulang-ulang diputar dan dinyanyikan ulang oleh banyak pihak.

Maestro musik campursari ini memang luar biasa, ia bisa membawa musik "pinggiran" menerabas semua kalangan, tak mudah melakukan itu, tak semua orang mampu melakukan hal seperti ini.

Didi Kempot sepertinya sudah menjadi bagian dari sebuah kultur, ya sekali lagi, mendiang sangat pantas disebut legenda.

Kaulah satu satunya
Di antara berjuta
Insan teristimewa
Patah tak tumbuh lagi
Hilang belum berganti
Kerana kau tersendiri
Kau kebanggaan kita
Kau budayawan bangsa
Engkau lagenda....

( Potongan lirik lagu "Legenda" cipt Hassan Habsah dan Fauzi Marzuki)

Sugeng Tindak Mas Didi......

Saya akan ingat, "Sakit Hati bukan untuk ditangisi, tapi untuk dijogeti."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun