Buktinya ia dipercayai oleh hampir semua pihak, namun ia pun memiliki konsekuensi harus berhadapan dengan para pendukung kedua pihak. Jika pertanyaan dalam wawancaranya terkadang menohok dan dianggap menyerang pihak tertentu.
Perpecahan politis di Indonesia yang tampaknya tak pernah usai, sepertinya membawa Najwa Shihab dalam posisi yang cukup sulit namun bisa menjadi berkah juga bagi produk-produk jurnalistiknya.
Misalnya, Program acara Mata Najwa selalu menjadi yang ditunggu oleh pemirsanya saat Pilkada 2017 dan Pilpres 2019 lalu
Hasil wawancaranya selalu menjadi perbincangan di media sosial, insight dalam wawancaranya menjadi amunisi bagi kedua belah pihak buat saling serang.
Ia mampu menjadi trigered bagi diskursus-diskursus baru, ia memantik polemik yang menarik untuk kemudian menjadi sebuah hot topik perbincangan.
Tak semua News Anchor bisa melakukan itu, bahkan hanya sedikit saja yang mampu melakukannya, maka saya rasa pantas jika Najwa Shihab disebut sebuah fenomena yang cukup spesial di dunia jurnalistik Indonesia.
Contoh termutakhir ialah saat wawancara eksklusif Najwa dengan Presiden Jokowi tentang penangangan pandemi Covid-19, yang bertajuk " Jokowi Diuji Pandemi" Â dalam acara Mata Najwa Edisi Rabu tanggal 22 April 2020 lalu.
Wawancara itu diawali dengan pertanyaan tentang situasi terkini penanganan Covid-19 kemudian beralih  ke  berbagai kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia dalam menahan penyebaran virus tersebut.
Hingga kemudian pada pertanyaan tentang kebijakan Jokowi yang melarang seluruh rakyat Indonesia untuk mudik saat lebaran nanti.
Najwa menanyakan apakah larangan itu tidak terlambat , karena yang mudik angkanya sudah ratusan ribu orang, angka yang mengkhawatirkan ditengah pandemi seperti ini.
Jokowi menjawab dengan santai, "kalau itu bukan mudik tapi pulang kampung, karena disini  sudah tidak ada pekerjaan, ya mereka pulang karena anak istrinya ada di kampung," urai Jokowi. Seperti yang dilansir Liputan6.Com.