Najwa Shihab menurut saya adalah sebuah fenomena menarik dalam dunia jurnalistik Indonesia. Gaya wawancaranya yang ciamik dengan pertanyaan yang cerdas dan terkadang sangat tajam, hingga membuat lawan bicaranya harus tertegun sebelum menjawab pertanyaannya.
Saya tak bilang khas, karena  saat ini nyaris seluruh news anchor di dunia pertelevisian Indonesia  gaya wawancaranya nyaris serupa, yang berbeda hanya bobot pertanyaan dan kepercayaan dirinya.
Gaya wawancara Najwa dan nyaris seluruh news anchor di Indonesia saat ini, sejauh pengamatan saya, diInspirasi oleh gaya wawancara Seorang News Anchor yang dulu berkibar di salah satu stasiun televisi swasta SCTV, Ira Koesno.
Bagi sebagian generasi late milenials apalagi baby boomers, serta jauh sebelum TV -TV berita bermunculan di Indonesia, tentunya sangat akrab dengan sosok Ira Koesno, dengan penampilan yang cantik,cerdas, dan gaya wawancaranya berbeda saat itu.
Ia berani memotong lawan bicaranya, untuk kemudian mengejar dengan pertanyaan susulan yang lebih tajam, meskipun lawan bicaranya itu seorang pejabat penting.
Saat itu di masa-masa akhir kepemimpinan Soeharto menjelang lahirnya reformasi, sekitar tahun 1997-1998, kita menyaksikan sebuah format baru wawancara yang biasa teratur dan terkesan setingan menjadi sebuah diskusi menarik yang bisa menguak sebuah peristiwa menjadi lebih terang.
Mungkin saat itu Najwa Shihab masih sangat yunior di dunia jurnalistik, atau bahkan belum berkiprah di dunia pemberitaan.Â
Karena, berdasarkan kutipan dari Wikipedia, Najwa mengawali kariernya di Stasiun swasta pertama di Indonesia RCTI Â setelah menamatkan kuliahnya di Universitas Indonesia pada tahun 1996.
Hanya beberapa tahun berkarir di RCTI, untuk kemudian hijrah ke stasiun TV Berita pertama di Indonesia Metro TV, karena merasa ia merasa disitulah tempatnya mengembangkan minat  besarnya terhadap dunia jurnalistik.
Stasiun TV milik Surya Paloh inilah yang menempa dan membawanya menjadi seorang jurnalis yang disegani dan sangat di percayai berbagai narasumbernya.
Di Metro TV, ia mulai berkiprah mulai dari reporter lapangan, news anchor untuk program berita Prime Time News, hingga akhirnya dipercaya untuk memandu acara yang benar-benar membuat namanya meroket, Mata Najwa.