Sementara di Asia, Filipina, Malaysia, Lebanon, Yordania, melakukan hal yang serupa. Di benua Amerika, Argentina dan El Salvador, sementara Amerika Serikat hanya melakukan penguncian sebagian, yakni negara bagian New York.
Kebijakan lockdown ini bisa saja akan terus dilakukan oleh berbagai negara lain, jika kasus penyebaran Covid-19 kian tak terkendali.
Eropa kini merupakan epicentrum baru penyebaran virus zoonotik yang awalnya dari Wuhan China ini. Jika kita perhatikan data yang dilansir oleh Worlddometer, lebih dari 50 persen yang terinfeksi secara global berasal dari benua biru ini.
Italia dalam beberapa hari ke depan diprediksi jumlah terinfeksinya akan melampaui China daratan, yang merupakan epicentrum awal penyebaran virus NCov-2 ini.
Begitupun dengan jumlah kematian akibat Covid-19, 60 persenan kematian yang ada terjadi di wilayah Eropa.
Kombinasi tak berhasilnya lockdown akibat ketidak patuhan warganya dalam penerapan kebijakan tersebut dan faktor demografi, karena banyak warga lanjut usia disinyalir menjadi penyebab utama tingginya penyebaran dan kematian yang terjadi di Eropa.
Begitupun yang terjadi di Amerika Serikat, khususnya di Kota New York, secara keseluruhan di AS tedapat 54.881 kasus positif Covid-19. Setengah dari jumlah tersebut berada di kota yang berjulukan The Big Apple, 26.366 kasus.
Makanya kemudian Pemerintah AS melakukan lockdown di pusat keuangan dunia tersebut.
Sementara hampir seluruh bagian dunia mulai melakukan lockdown sehingga membuat geliat kehidupan seolah tertidur.
Negara Asal virus SARS NCov-2, China, kini mulai terbangun setelah 2 bulan dalam posisi lockdown.
Epicentrum penyakit Covid-19, Provinsi Hubei kini sudah membuka lockdown nya mulai Selasa (24/03/20) tengah malam.