Anies Baswedan tampak cekatan dalam mengantisipasi wabah virus corona yang penyebaran mulai kencang di Indonesia khususnya di Ibukota negara, Jakarta.
Sebagai Gubernur DKI Jakarta, wilayah yang merupakan salah satu cluster penyebaran virus terbanyak di Indonesia, Anies memang harus bertindak lebih cekatan.
Sesaat setelah Indonesia mengkonfirmasi bahwa di Tanah Air kita tercinta ini 2 kasus virus corona positif terjadi, Anies langsung melakukan konferensi pers dan menyatakan Jakarta dalam situasi genting.
Genting di sini tentu saja berkaitan dengan wabah virus corona yang kini telah ditetapkan sebagai Pandemi COVID 19 oleh World Health Organization (WHO).
Namun, ucapannya terkait kegentingan yang terjadi di Jakarta, direspon masyarakat dengan panic buying beberapa kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan antisipatif untuk menangkal virus corona, yakni masker dan handsanatizer.
Harganya pun menjadi melambung tak terkendali, ini tentu bukan kesalahan Anies. Para pelaku ekonomi lancung lah yang menari di atas penderitaan orang yang membuat masker ini berharga puluhan kali lipat dibanding harga normalnya.
Terlepas dari hal tersebut, kemudiaan saat Anies berkesempatan menghadiri sebuah acara TV bertajuk Mata Najwa yang membahas antisipasi pemerintah dalam penyebaran COVID 19.
Anies Baswedan mampu mengartikulasikan program yang akan dilakukannya untuk mengantisipasi wabah virus corona dengan sangat baik dan meyakinkan.
Tampaknya program yang dirancang Anies lebih mumpuni dibanding program antisipasi wabah milik pemerintah yang memang terlihat kedodoran.
Sontak saja kondisi ini menjadi ajang glorifikasi bagi Anies oleh para pendukungnya. Seperti diketahui keterbelahan politis di Indonesia ini sepertinya tak pernah ada habisnya.
Anies Baswedan memang dianggap sebagai personifikasi perlawanan bagi pihak yang berhadapan dengan pemerintah Jokowi.
Harus diakui program Anies untuk menghadapi pandemi COVID 19 ini tampak lebih tegas dan jelas.
Bahkan ia merupakan pimpinan daerah tingkat Provinsi pertama yang memerintahkan penutupan setiap tingkatan sekolah, agar mereka bisa belajar di rumah untuk menghambat penyebaran COVID 19 yang pertumbuhan kasusnya di Indonesia cukup cepat.
Nyaris setiap hari Anies menyampaikan maklumat terkait COVID 19 ini, Sabtu (14/03/20) ia sempat berujar bahwa para petugas medis, Dokter dan Perawat memiliki beban yang sangat berat dalam situasi seperti saat ini.
Bahkan ia mengatakan bahwa beberapa di antara petugas medis tersebut positif terinfeksi virus corona. Meskipun Anies tak secara jelas memaparkan jumlah tenaga medis yang terkonfirmasi positif tersebut.
Seperti hari sebelumnya, hari Minggu (15/03/20) kemarin Anies kembali menyampaikan kebijakan baru pada publik.Â
Kali ini terkait pembatasan jam operasi dan jumlah angkutan publik yang dikelola oleh Pemprov DKI Jakarta, MRT, LRT, dan Trans Jakarta.
Dan pembatasan itu dilakukan dengan sangat drastis, jam operasi 3 moda angkutan umum dikurangi.
"Mulai Senin tanggal 16 Maret hingga dua pekan nanti, ketiga jenis angkutan umum akan beroperasi pukul 06.00 hingga pukul 18.00," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam jumpa pers, seperti yang dilansir Kompas.id.
Segala operasi kendaraan umum akan ditiadakan sejak pukul 22.00 WIB, artinya mungkin ini kendaraan yang memakai aplikasi pun dilarang beoperasi.
Belum jelas benar dengan KRL yang beroperasi hingga pukul 00.00 tengah malam, akankah dilarang juga.
Namun yang jelas untuk bis Trans Jakarta rute yang akan dilayani oleh mereka akan diturunkan dengan sangat drastis  dari 248 rute menjadj 13 rute saja.
MRT pun demikian, 16 gerbong dengan kapasitas 300 orang yang biasanya dipergunakan untuk melayani masyarakat, mulai Senin hanya akan mengoperasikan 4 Â gerbong saja dengan kapasitas 60 orang saja untuk melayani jalur Bunderan HI-Lebak Bulus.
Begitu pula dengan LRT akan dibatasi daya angkutnya hanya untuk 60 orang saja, agar jarak antar penumpang tak terlalu rapat
Anehnya frekuensi angkutan-angkutan umum tersebut juga akan dikurangi dari normalnya 5 hingga 10 menit menjadi 20-30 menit.
Dengan kebijakan ini justru akan membuat penumpang  menjadi bertumpuk dan akibatnya digerbong yang juga lebih sedikit  akan menjadi lebih berdesakan, dan tujuan untuk menjarangkan jarak antar penumpang tak akan tercapai.
Mungkin beberapa perusahaan sudah menerapkan kerja di rumah, namun lebih banyak lagi yang masih jadwal kerjanya seperti biasa.
Hal ini mendorong  orang untuk memakai kendaraan pribadi, apalagi kebijakan ganjil-genap pada saat bersamaan tak diberlakukan selama dua minggu, kemacetan yang luar biasa akan terjadi di Jakarta dalam beberapa hari ke depan.
Anies Baswedan sepertinya kini sedang mencoba secara perlahan untuk melakukan lockdown terhadap wilayah Jakarta, dan ini merupakan testing the water.
Apakah memang perlu Jakarta di-lockdown, sudah berpikirkah dampaknya bagi kehidupan warganya, dan Indonesia secara keseluruhan.
Betul kesehatan penting sekali, tapi ada yang harus diingat 70 persen perputaran uang ada di Jakarta. Jika itu dilakukan krisis 98 bisa saja terjadi.
Anies menyatakan bahwa kebijakan ini untuk membatasi mobilisasi warga Jakarta, terus kami yang bekerja dan sampai saat ini masih harus datang dan bekerja di kantor bagaimana ceritanya?
Kami, saya dan para pekerja di Jakarta bukan untuk bersenang-senang datang ke kantor. Kami akan datang ke kantor at all cost meskipun transportasi umum dibatasi.Â
Jika tidak memaksakan datang dengan berdesak-desakan memakai transportasi umum ya pakai kendaraan pribadi bagi yang memiliki fasilitas tersebut.
Jika tidak ya bersesakan, alih-alih membatasi penyebaran COVID 19, malah menambah masif penyebaran itu, karena akan lebih berdesakan.
Belum waktunya juga menaikan elektabilitas pak Gub, pemilu masih lama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H