MRT pun demikian, 16 gerbong dengan kapasitas 300 orang yang biasanya dipergunakan untuk melayani masyarakat, mulai Senin hanya akan mengoperasikan 4 Â gerbong saja dengan kapasitas 60 orang saja untuk melayani jalur Bunderan HI-Lebak Bulus.
Begitu pula dengan LRT akan dibatasi daya angkutnya hanya untuk 60 orang saja, agar jarak antar penumpang tak terlalu rapat
Anehnya frekuensi angkutan-angkutan umum tersebut juga akan dikurangi dari normalnya 5 hingga 10 menit menjadi 20-30 menit.
Dengan kebijakan ini justru akan membuat penumpang  menjadi bertumpuk dan akibatnya digerbong yang juga lebih sedikit  akan menjadi lebih berdesakan, dan tujuan untuk menjarangkan jarak antar penumpang tak akan tercapai.
Mungkin beberapa perusahaan sudah menerapkan kerja di rumah, namun lebih banyak lagi yang masih jadwal kerjanya seperti biasa.
Hal ini mendorong  orang untuk memakai kendaraan pribadi, apalagi kebijakan ganjil-genap pada saat bersamaan tak diberlakukan selama dua minggu, kemacetan yang luar biasa akan terjadi di Jakarta dalam beberapa hari ke depan.
Anies Baswedan sepertinya kini sedang mencoba secara perlahan untuk melakukan lockdown terhadap wilayah Jakarta, dan ini merupakan testing the water.
Apakah memang perlu Jakarta di-lockdown, sudah berpikirkah dampaknya bagi kehidupan warganya, dan Indonesia secara keseluruhan.
Betul kesehatan penting sekali, tapi ada yang harus diingat 70 persen perputaran uang ada di Jakarta. Jika itu dilakukan krisis 98 bisa saja terjadi.
Anies menyatakan bahwa kebijakan ini untuk membatasi mobilisasi warga Jakarta, terus kami yang bekerja dan sampai saat ini masih harus datang dan bekerja di kantor bagaimana ceritanya?
Kami, saya dan para pekerja di Jakarta bukan untuk bersenang-senang datang ke kantor. Kami akan datang ke kantor at all cost meskipun transportasi umum dibatasi.Â