Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

NF Remaja Pembunuh, Bukan Psikopat

11 Maret 2020   16:39 Diperbarui: 11 Maret 2020   16:43 2314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu mendengar kata "Psikopat" ingatan saya langsung terbang pada sosok Dr Hannibal Lecter, tokoh rekaan Thomas Harris dalam novelnya Red Dragon, Silence of The Lamb, Hannibal, dan Hannibal Rising,  yang kemudian di adaptasi ke dalam film dengan judul yang sama.

Hannibal Lecter yang dimainkan dengan sempurna oleh Anthony Hopkins merupakan referensi awal saya mengenai orang yamg memiliki kepribadian sebagai psikopat.

Cerdas, dingin, charming, dan sangat kejam, begitu gambaran saya tentang sosok Dr Lecter sebagai psikopat.

Dengan tenang dan tanpa perasaan ia membunuh korbannya, jangan tanya penyesalan setelah melakukan pembunuhan tersebut, jauh lah dari penyesalan itu. Ia terlihat menikmati dan sangat taktis ketika membunuh.

Dalam pikiran seorang psikopat itu selalu penuh rencana, setiap langkah yang dilakukannya selalu sistematis dan penuh perhitungan, dan satu hal lagi ia benar-benar menikmati menjadi spotlight.

Ia mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan yang mengililinginya dengan sangat mudah, bahkan ia mampu menyerupai lingkungan tersebut dengan sangat luwes tak tercela.

Definisi psikopat bisa saja berbeda-beda tergantung pada kasus dan penelitian yang sedang dilakukannya.

Namun menurut Society for Scientific  of The Pscychopaty yang saya kutip dari situs Ciputrahospital.com.

Psikopat ialah sebuah perpaduan sifat dari fitur afektif, fitur interpersonal, perlaku impulsif dan anti sosial.

Fitur afektif merupakan gambaran kurangnya memiliki rasa bersalah dan empati, serta tak memiliki ikatan emosional yang mendalam dengan orang lain.

Fitur interpersonal termasuk didalamnya narsisme, dan pesona yang dangkal; impulsif  dan perilaku anti sosial ditandai dengan ketidakjujuran, manipulatif, berani mengambil risiko tinggi walau dengan cara yang terkadang sangat ceroboh.

Psikopat itu sangat rasional dalam melakukan agresi fisik, agak berbeda dengan psikotik yang agresif tapi tanpa perhitungan rasional.

Lantas, apa sih penyebab psikopat itu bisa ada dalam jiwa seseorang. Tak ada yang bisa menjawab secara pasti.

Tapi kemungkinan merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan dan hubungan interpersonal.

Menurut penelitian anak-anak psikopat cenderung untuk menjadi paikopat itu membuktikan faktor genetik menjadi salah satu faktor penyebab.

Pada anak selain karena faktor genetik  pola asuh yang buruk menjadi salah satu pemicu munculnya psikopat.

Pola asuh yang terlalu banyak menghukum dibanding mengapresiasi secara terus menerus akan membantu membuat sifat psikopatnya muncul lebih cepat.

Mungkinkah hal tersebut yang terjadi pada NF remaja berusia 15 tahun yang melakukan pembunuhan terhadap balita Arumi di Karang Anyar Sawah Besar Jakarta pusat.

Terlalu dini juga untuk menentukan bahwa NF itu seorang Psikopat, masih butuh pendalaman untuk menentukan hal tersebut.

Kendati jika melihat reaksi dirinya setelah melakukan pembunuhan tersebut NF terlihat sangat dingin dan tak berperasaaan.

Bahkan menurut Kapolsek Sawah Besar, seperti yang saya saksikan dalam wawancara di berbagai TV . NF merasa puas karena berhasil membunuh balita tersebut.

NF pun mengakui bahwa dirinya melakukan pembunuhan tersebut karena pengaruh film horos seperti Chucky, boneka seram yang gemar membunuh.

Kemudian, tak lama berselang media sosial pun diramaikan dengan postingan serem milik NF, sesaat setelah dia membunuh, malam hari ketika penduduk kampung tersebut mencari keberadaan balita tersebut.

Dalam akun Facebook miliknya NF mengunggah statusnya 

"Balita tak bernyawa itu masih di lemari bajuku...banyak warga mencarinya..pak rw selaku polisi dan pak rt yang memeriksa rumah ku seluruhnya tak satupun dari mereka yang menemukan nya..," tulis NF. Seperti yang dilansir Liputan6.com.

Besok pagi nya NF pergi mendatangi Polsek Sawah Besar untuk menyerahkan diri, walaupun awalnya polisi tak percaya namun  setelah didatangi rumah pelaku, ternyata benar balita berusia 5 tahun tersebut berada disitu tak bernyawa.

Satu hal yang membuat saya agak yakin bahwa ada yang salah dalam jiwa remaja NF ini adalah unggahan status lainnya yang ditulisnya seperti ini "Penjara/Rehabilitasi".

Ini luar biasa, NF berarti sudah tahu persis apa yang akan terjadi terhadap diirinya pasca menyerahkan diri ke polisi.

Ia terlihat sudah mempelajari dan memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi pada dirinya.

Jika dirinya dianggap ada kelainan jiwa, dan mengingat usianya yang menurut undang-undang masih dikategorikan anak-anak maka hukuman yang akan dikenakan adalah rehabilitasi. Walaupun kemungkinan di penjara masih tetap ada.

Berkaca pada rentetan kejadian itu baik secara nyata maupun melalui status media sosialnya, NF bisa dikategorikan sebagai Psikopat

Namun menurut Psikolog anak Anna Surti Ariani , NF tak bisa dikategorikan sebagai psikopat.

"Psikopat itu bukan diagnosis yang bisa diberikan kepada mereka yang usianya di bawah 18 tahun. Jadi dia (NF) tidak bisa dikategorikan psikopat," kata Anna, Senin (09/03/2020). Seperti yang saya kutip dari Suara.com.

Anna kemudian mengutip dari buku panduan yang umum digunakan oleh para Psikolog berjudul Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

"Pembentukan kepribadian dimulai sejak bayi hingga usia 18 tahun, jadi jika dibawah usia 18 tahun kejiwaannya masih terus berkembang. Kejiwaannya belum terbentuk secara utuh, " jelas Anna.

Hal senada diungkapkan oleh Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel.

Perilaku sadis NF belum pantas disebut sebagai psikopat karena usianya belum dewasa.  NF memang benar  menunjukan gejala itu namun bukan pskopat.

"Studi kekinian di bidang psikologi dan neuroscience justru memandang bahwa anak seperti itu dengan tabiat callous unemotional"ujar Reza seperti yang dilansir tribunnews.com

Callous unemotional memang memiliki symptom yang hampir sama dengan psikopat, tak memiliki empati dan berpola secara terus menerus menunjukan hal tak pernah menghormati orang lain dan secara umum tak pernah merasa bersalah.

Dalam kondisi seperti ini remaja NF tak bisa dihukum seperti menghukum seorang pembunuh biasa. 

Masih menurut Reza, "Program rehabilitasi psikis dan sosial pun belum ada yang benar-benar memberikan faedah positif," jelasnya.

Lantas apa yang tepat bagi NF ini? Kita lihat perkembangannya, saat ini NF tengah dicek kejiwaannya di Rumah Sakit Polri Kramatjati selama 14 hari.

Namun yang jelas stigmatisasi dan over expose akan membuat kejiwaannya tambah buruk. Perlaku masyarakat yang lebih menebarkan kebencian dan tuna empati bisa menimbulkan psikopat-psikopat lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun