Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal Peran Jokowi dalam Pencalonan Gibran sebagai Wali Kota Solo

12 Februari 2020   13:36 Diperbarui: 12 Februari 2020   15:07 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 sudah menjelang, tahapan -tahapan prosesnya segera akan berlangsung.

Partai-partai politik mulai berproses untuk mengusung calon-calon yang mereka jagokan sebagai pemimpin daerah di wilayahnya masing-masing.

Berbagai latar belakang calon diusung oleh partai-partai politik, mulai dari pengusaha, politisi dari internal partai atau siapapun yang memiliki kapabilitas yang disertai elektabilitas yang tinggi serta tentu saja "vitamin" yang mencukupi.

Nah, yang menjadi sorotan adalah ketika beberapa orang keluarga Jokowi mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah.

Gibran Rakaning Bumi Putra pertama Presiden Jokowi mencalonkan diri sebagai kandidat Walikota Solo dalam Pilkada 2020 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang juga partai tempat sang ayah memulai karir politiknya. Sampai kemudian terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia.

Kemudian, Menantunya, suami dari anak keduanya Kahiyang Ayu. Bobby Nasution mencalonkan diri sebagai calon Walikota Medan  lewat PDIP. Berkas Formulir pendaftarannya sudah dikembalikan Bobby ke DPC PDIP Medan Desember 2019 lalu.

Lantas, Wahyu Purwanto adik ipar Jokowi, adik dari First Lady Iriana Joko Widodo, maju sebagai calon Bupati Gunung Kidul. Ia merupakan seorang akademisi, Rektor dari Universitas Gunung Kidul.

Belum ada keterangan resmi akan maju lewat partai mana Wahyu ini.

Dan terakhir, Paman dari Bobby Nasution, keluarga besan Jokowi di Sumatera Utara. Doli Sinamba Siregar akan mencalonkan diri sebagai Bupati Tapanuli Selatan.

Ia memang seorang politisi dari Partai Golkar, kemungkinan maju lewat Partai beringin ini.

Dari empat keluarga besar Jokowi yamg maju Pilkada tersebut Gibran mendapat sorotan lebih. Karena ia merupakan putra sulung Jokowi yang menyandang langsung nama Jokowi.

Drama pencalonannya pun banyak diliput media mulai berjuang dari tingkat DPC PDIP Solo. Tak diusung oleh mereka, Gibran kemudian pergi menemui Megawati the Godmother PDIP.

Ia memohon rekomendasi dari DPP PDIP untuk menjadi calon Walikota Solo. Walaupun di DPC PDIP Solo telah ditolak.

Sang Ketua DPC PDIP Solo FX Rudy, tetap bersikeras mecalonkan Achmad Purnomo dan Ketua DPRD Solo Teguh Prakosa.

Akhirnya ketiganya diakomodasi oleh DPP PDIP  untuk kemudian melakukan Fit and Proper test di Kantor DPP PDIP Di jalan Diponegoro Jakarta, Senin (10/2/20) kemarin.

Akh sebenarnya saya secara pribadi menyayangkan majunya Gibran dan beberapa keluarga Jokowi yang lain dalam Pilkada saat Jokowi masing memangku Jabatan Presiden.

Namun ya memang tak ada aturan hukum mana pun yang mengatur bahwa keluarga Presiden atau keluarga pejabat manapun untuk maju sebagai calon Kepala Daerah, dan Legislatif baik di daerah maupun pusat.

Politik dinasti begitulah para pengamat dan masyarakat menamakan kondisi ini. Apakah politik dinasti ini buruk atau baik?

Tak semua politik dinasti itu baik dan tak semua politik dinasti buruk. Sebagai contoh keluarga Bush dan Kennedy  di Amerika Serikat mereka sebuah dinasti politik di AS yang sangat dihormati dan memiliki kredibilitas tinggi.

Namun ada juga contoh buruk,  bagaimana keluarga Ratu Atut menguasai Provinsi Banten dan beberapa dari mereka bermasalah dan melakukan korupsi sehingga ibu dan anak menghuni sel dingin KPK.

Tapi harus diingat, Indonesia mempunyai kenangan buruk terhadap politik dinasti ini. Makanya isu Nepotisme masuk ke dalam Tap MPR pasca reformasi 1998.

Nepotisme akan terjadi jika memang ia menempati jabatan tertentu hanya berdasarkan primodialisme saja, tanpa mengukur kemampuan orang tersebut dalam melaksanakan tugas di jabatan tersebut.

Apakah Gibran sudah masuk dalam kategori ini? ini juga masih belum jelas benar.Namun yang jelas apapun yang dilakukan Gibran pada akhirnya akan selalu dihubung-hubungkan dengan keberadaan sang ayah sebagai Presiden.

Jokowi sendiri mengaku tak pernah ikut campur dengan keinginan putra sulungnya untuk menjadi Walikota Solo, 

"Wong cari partainya aja masih kesulitan. Kan tau semua, dan saya kan tidak mau ikut-ikutan ke situ" ujar Jokowi, Jumat (17/1/20) yang lalu. seperti yang saya kutip dari tribunnews.com

Walaupun kabarnya saat ini, bahkan Partai Gerindra pun mendukung Gibran sebagai Calon Walikota Solo. PDIP pun terlihat akan mendukung Gibran seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Jendral PDIP Hasto Kristiyanto selepas Fit and Proper Test Senin (10/2/20) kemarin. 

Gibran dianggap oleh PDIP memiliki modal tersendiri yang bisa dipertimbangkan untuk diusung sebagai Cawalkot Solo.  Gibran sendiri merasa tak perlu di endorse langsung olh sang Ayah untuk maju sebagai Cawalkot. 

"Ngapain bapak meng-endorse saya," katanya. "Saya sendiri cukup, nggak perlu turun tangan. Kaya apa aja to? Saya ke mana-mana sendiri. Daftar sendiri, fit and proper test sendiri. Yang menemani ya warga, relawan, dah itu lebih dari cukup," lanjut Gibran, beberapa waktu lalu seperti yang dilansir CNBCIndonesia.com

Apapun itu, faktanya semua orang tahu bahwa Gibran Rakaning Bumi itu adalah Putra Sulung Jokowi Presiden Republik Indonesia, dan itu keuntungan yang melekat yang tak didapatkan calon lain.

Popularitasnya sudah pasti lebih tinggi, elektabiitasnya pun tinggal dipoles sedikit langsung moncer. Jadi memang ada keunggulan yang given dalam diri Gibran, apakah itu fair? ya bisa jadi fair karena tak ada yang salah juga dengan fakta bahwa Gibran anak Jokowi.

Namun rasanya akan lebih patut, jika Gibran dan keluarganya yang lain mencalonkan diri menjadi salah seorang pejabat pemerintah saat bapaknya sudah turun dari kursi Presiden Republik Indonesia.

Karena kembali lagi, diakui atau tidak akan ada konflik kepentingan yang terjadi jika Gibran terpilih jadi Walikota Solo. Lantas Sukses atau tidaknya Gibran akan terus dibanding-bandingkan dengan Jokowi, dan sudah pasti akan dihubung-hubungkan, apalagi oleh para lawan politik Jokowi.

Kalaupun Kemudian Gibran tetap maju, Jokowi dan keluarganya diharapkan sudah tahu risikonya, jadi tak usah banyak mengeluh tentang apapun yang berhubungan dengan kondisi "politik dinasti" ini.

Sumber.

satu, dua 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun