Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Faktanya, Sampai Saat Ini Virus Corona Memang Belum Masuk Indonesia

10 Februari 2020   10:44 Diperbarui: 10 Februari 2020   10:58 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai alasan-alasan lucu meramaikan imunitas Indonesia terhadap virus 2019nCOV Corona yang kini sudah mewabah di 24 negara di seluruh belahan dunia.

Analisis yang terkesan asal-asalan, dan hanya berdasarkan fakta yang disambung-sambungkan begitu saja, kocak sih. 

Tapi kalau dipikir-pikir bener juga, kaya cuitan  seorang netizen bernama Vini dengan akun Twitter @ohhhvini.

Ia mencuitkan alasan Indonesia tak akan bisa dipenetrasi oleh virus corona.

"Hebatnya indonesia masih bebas virus corona meski banyak negara sudah terkena. Mari kita berpikir gila namun tetap dalam koridor fakta." Tulis dia pada pembukaan cuitannya.

Vini mengungkapkan bahwa kekebalan tubuh orang indonesia itu mantap dan berlapis-lapis. Virus corona memang sejenis sama virus Flu lainnya,makanya orang Indonesia sih tak akan mempan di tembus virus begini.

"Mau virus flu Singapore kek, virus mers, dll. Karna kita hidup di negara tropis dengan kelembapan yg sangat tinggi. Di mana- mana bermukim jamur dan udara kotor. Jadi tubuh kita jauh lebih kebal daripada mereka-mereka," kata dia.

Ia kemudian memaparkan alasannya dalam sebuah Thread di platform Twitter.

Orang Eropa kena flu banyak yang mati, eh orang Indonesia mau sampai ingusnya ijo pun tetap aja bisa haha..hihi

Kemudian, orang Jepang kena virus ecoli mati juga, orang Indonesia kalau kena virus ecoli paling mencret-mencret doang.

Karna uda kebiasaan sejak jaman bocah beli es pinggir jalan pake air mentah dan es batunya juga pake air kali yang penuh bakteri ecoli.

Alasan lain menurut Vini, belum lagi tubuh sudah digembleng tiap hari dengan borax, formalin, pewarna pakaian, plastik, pengental semen dll. Pokok e badan orang Indonesia tahan banting.

Ya, analisis asal-asalan ala Vini ini memang menggelikan tapi "bener juga yah" kalau dipikir-pikir.

Belum ada penjelasan resmi dari Pemerintah Indonesia terkait hal ini maupun yang berdasarkan penelitian valid bahwa sampai tulisan ini saya buat virus corona belum terdeteksi menginfeksi orang Indonesia yang berada di wilayah Indonesia.

Asal tahu saja, kabar terbaru per hari ini tanggal 10 Februari 2020 seperti yang dilansir John Hopkins CSSE, yang positif terinfeksi Virus Corona secara global berjumlah 40.338.

Meninggal dunia sudah mencapai angka 903, jauh melebihi angka kematian yang diakibatkan virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang berjumlah 700an kematian.

Sementara yang berhasil sembuh berjumlah 3.296. Sebagian besar korban yang terinfeksi dan meninggal dunia ada di wilayah China daratan.

Negara-negara yang sudah dinyatakan terpapar virus mematikan ini ada sekitar 26 negara. Singapura salah negara terdekat Indonesia, sudah menkonfirmasi bahwa sebanyak 40 orang warganya positif terinfeksi virus corona.

Memang ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh salah satu universitas terkemuka di dunia, Harvard University Amerika Serikat. Studi ini telah diterbitkan oleh para ilmuwan dari Harvard pada minggu lalu.

Hasilnya menjelaskan, seharusnya Indonesia sudah terpapar virus corona. "Indonesia belum melaporkan satu pun kasus (penularan virus Corona) dan menurut kami, seharusnya sekarang sudah ada beberapa kasus," kata Marc Lipsitch, ilmuwan dari Universitas Harvard yang terlibat dalam studi itu. Rabu (5/2/20) lalu. Seperti yang dilansir Detik.com.

Dengan kenyataan seperti ini, para peneliti Harvard itu mengkhawatirkan bahwa ketiadaan laporan pasien terpapar virus corona di Indonesia akibat ketidakberhasilan dalam mendeteksi dalam mendeteksi kasus. Kondisi ini bisa saja berpotensi memicu permasalahan baru.

Para Ilmuwan dari Harvard itu meneliti tentang kemungkinan dan potensi menyebarnya virus corona ke negara lain di dunia berdasarkan jumlah perjalanan dan penerbangan dari Wuhan China ke negara tersebut.

Hasil riset ini, cukup tepat memprediksi jumlah kasus warga Singapura dan Vietnam yang terpapar virus 2019 novel COV ini.

Namun berbeda dengan kasus infeksi yang terjadi di Thailand dan Kamboja, fakta yang ada, jumlah warga yang terpapar virus corona di dua negara tersebut lebih kecil dibanding hasil studi mereka.

Sedikit mengkhawatirkan memang, ada juga sih pemikiran apakah Pemerintah Indonesia selama ini menutupi keberadaan virus corona yang sudah masuk ke Indonesia, dan sebenarnya sudah ada yang sudah terindikasi positif, terinfeksi virus mematikan tersebut.

Apalagi sebelumnya dilansir oleh dua media di Australia bahwa Indonesia tidak memiliki alat deteksi tes yang layak untuk penularan virus corona.

Pemberitaan tersebut merujuk pada keterangan Kepala Lembaga Eijkman, Amin Soebandrio. Namun kemudian dibantah oleh Amien, dirinya menyatakan bahwa "alat sudah cukup, Reagen juga sudah ada, jadi pemberitaan yang terkjadi diluar itu tidak benar," ujar Amien beberapa waktu yang lalu.

Berbagai pihak yang dituliskan dalam laporan penelitian memang menyangsikan kemampuan Indonesia dalam mendeteksi keberadaan pasien virus corona. Apalagi jika dikaitkan kedekatan hubungan kenegaraan Pemerintah Indonesia dan China, dan volume kunjungan wisatawan China ke Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Harvard ini ternyata memang belum melalui proses peer-review, atau belum ditinjau oleh peneliti lain. Jadi memang belum benar-benar dijadikan dasar untuk membuat sebuah kebijakan. Atau dengan kata lain kurang begitu valid.

Tapi tentu saja harapan saya sebagai masyarakat Indonesia, Pemerintah Indonesia harus jujur dalam memberikan informasi terkait Virus Corona ini.

Walaupun saya juga yakin pemerintah cukup terbuka dalam kasus novel coronavirus ini. Faktanya, virus corona memang belum masuk Indonesia. Jika faktanya seperti itu tak bisa juga siapapun institusinya bisa memaksakan bahwa hasil penelitiannya tersebut harus benar.

Karena dalam setiap penelitian pasti ada deviasi yang terjadi. 

Sumber.

satu, dua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun