Alasan lain menurut Vini, belum lagi tubuh sudah digembleng tiap hari dengan borax, formalin, pewarna pakaian, plastik, pengental semen dll. Pokok e badan orang Indonesia tahan banting.
Ya, analisis asal-asalan ala Vini ini memang menggelikan tapi "bener juga yah" kalau dipikir-pikir.
Belum ada penjelasan resmi dari Pemerintah Indonesia terkait hal ini maupun yang berdasarkan penelitian valid bahwa sampai tulisan ini saya buat virus corona belum terdeteksi menginfeksi orang Indonesia yang berada di wilayah Indonesia.
Asal tahu saja, kabar terbaru per hari ini tanggal 10 Februari 2020 seperti yang dilansir John Hopkins CSSE, yang positif terinfeksi Virus Corona secara global berjumlah 40.338.
Meninggal dunia sudah mencapai angka 903, jauh melebihi angka kematian yang diakibatkan virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang berjumlah 700an kematian.
Sementara yang berhasil sembuh berjumlah 3.296. Sebagian besar korban yang terinfeksi dan meninggal dunia ada di wilayah China daratan.
Negara-negara yang sudah dinyatakan terpapar virus mematikan ini ada sekitar 26 negara. Singapura salah negara terdekat Indonesia, sudah menkonfirmasi bahwa sebanyak 40 orang warganya positif terinfeksi virus corona.
Memang ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh salah satu universitas terkemuka di dunia, Harvard University Amerika Serikat. Studi ini telah diterbitkan oleh para ilmuwan dari Harvard pada minggu lalu.
Hasilnya menjelaskan, seharusnya Indonesia sudah terpapar virus corona. "Indonesia belum melaporkan satu pun kasus (penularan virus Corona) dan menurut kami, seharusnya sekarang sudah ada beberapa kasus," kata Marc Lipsitch, ilmuwan dari Universitas Harvard yang terlibat dalam studi itu. Rabu (5/2/20) lalu. Seperti yang dilansir Detik.com.
Dengan kenyataan seperti ini, para peneliti Harvard itu mengkhawatirkan bahwa ketiadaan laporan pasien terpapar virus corona di Indonesia akibat ketidakberhasilan dalam mendeteksi dalam mendeteksi kasus. Kondisi ini bisa saja berpotensi memicu permasalahan baru.
Para Ilmuwan dari Harvard itu meneliti tentang kemungkinan dan potensi menyebarnya virus corona ke negara lain di dunia berdasarkan jumlah perjalanan dan penerbangan dari Wuhan China ke negara tersebut.