Keempat, Berakhirnya masa bagi Influencer. Berbeda dengan tahun 2019, peran infulencer sangat besar dalam memasarkan sebuah produk agar diminati pembeli.
Jangan salah yah influencer sama buzzer itu berbeda walaupun keduanya bisa membentuk opini. Influencer itu membawa narasi tertentu dengan menceritakan sesuatu.
Sedangkan buzzer itu hanya memancarkan secara berulang-ulang sebuah narasi layaknya seperti penguat sinyal.
Saat ini influencer karena banyak diminati kelakuannya menjadi lebay, terkesan mahal  dan banyak permintaan yang aneh-aneh.
Dan pada kenyataannya influencer tak lagi ampuh buat mempengaruhi followernya agar menyukai dan membeli sebuah produk.
Follower mereka malah lebih suka rekomendai peer grupnya dibanding influencer yang mereka follow dalam membeli sebuah produk.
Memurut Neil Shaffer seorang ahli pemasaran digital menyebutkan bahwa menurut penelitiannya, terhadap 100 ribu influencer di tahun 2018Â
Influencer yang hanya memiliki follower kurang dari 1000 lebih memiliki engagment rate yang tinggi, dibanding yang memiliki follower 100 ribu atau lebih.
Dan faktanya seperti yang saya tulis diatas rekomendasi peer grup itu lebih di percayai warganet dibanding influencer-influencer yang bertebaran.
Keempat, Platform media sosial baru akan mulai digemari  di tahun 2020 ini. Tak baru juga sih sebenarnya, tapi karena kita sudah terlalu biasa dengan Facebook, Twitter atau Instgram.
Walaupun pada tahun 2019 Twitter mengalami kenaikan pengguna dibanding tahun 2017, namun tetap saja jauh lebih rendah di banding tahun 2014.