Mari kita lihat, Laporan keuangan semester I 2019 PLN, mencatatkan keuntungan bersih sebesar Rp. 7,6 triliun. Naik cukup tinggi dibanding periode yang sama tahun 2018 lalu yang ada diangka Rp.5,8 triliun.
Menurut laporan keuangan yang dirilis perseroan Juni lalu, capaian ini diperoleh dari  peningkatan penjualan listrik kepada konsumen sebesar Rp. 6,29 triliun atau  4,95 persen menjadi Rp.113,45 triliun.
Pada periode yang sama tahun 2018 lalu tercatat penjualan listrik PLN senilai Rp. 127,1 triliun. Pemerintah masih mempertahankan tarif listrik untuk menjaga daya beli masyarakat.
Namun Pemerintah terus menggelontorkan dana public service obligation (PSO) Â agar kondisi keuangan PLN tetap sehat, ya PSO atau lebih dikenal sebagai subsidi yang diberikan kepada para pelanggan PLN 900 VA dan 450 VA.
Dalam laporan keuangan PLN tersebut, dicatatkan ada kompensasi dari pemerintah terkait PSO sebesar Rp. 13,15 triliun. Tanpa uang ini Keuangan PLN Â masih dalam kondisi merugi sebesar Rp. 5,55 triliun
Nah, rencananya sebagian subsidi  bagi pelanggan 900 VA akan dicabut di awal 2020 ini. Sekitar 24,4 juta pelanggan rumah tangga akan dicabut subsidinya. Sementara 7,1 juta pelanggan yang masuk kategori pelanggan miskin tetap akan dipertahankan subsidinya.
Inilah salah satu tantangan bagi jajaran Dewan Direksi dan Dewan Komisaris PLN yang sore nanti akan ditentukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Dua orang digadang-gadang akan dicalonkan menduduki kursi Direktur Utama PT.PLN yaitu Rudiantara dan Shintya Roesli.
Sebelum ia menjadi Menteri, kariernya cukup panjang di swasta maupun BUMN. Bahkan dirinya pada tahun 2008 sempat menjadi Wakil Direktur Utama PLN selama 1 tahun hingga 2009.
Pria kelahiran Bogor  60 tahun lalu ini selulus kuliah dari  Universitas Padjajaran Bandung, ia mulai berkarir di Indosat kemudian Tekomsel selama 11 tahun di industri telekomunikasi, ia kemudian menjadi Wadirut di PT. Semen Gresik.