Mohon tunggu...
afri rahmat
afri rahmat Mohon Tunggu... Guru - Guru Muda

S 1 PGSD

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengambilan Keputusan yang Berpihak pada Murid

24 April 2022   07:40 Diperbarui: 24 April 2022   07:48 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa filosofi pratap triloka merupakan konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung tulodo berarti dari depan memberi teladan, Ing madya mangun karso yaitu dari tengah memberi motivasi agar bisa membangun semangatnya sendiri dan Tut wuri handayani yaitu dari belakang memberi dorongan. 

Hal ini sejalan dengan fungsi seorang guru yang memberikan contoh teladan yang baik bagi murid-muridnya, memberikan motivasi saat mensejajarkan diri dengan murid serta memberi dorongan agar berani berbuat dan bertanggung jawab. Semua itu akan sangat mempengaruhi seorang guru dalam mengambil keputusan dalam pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Setiap guru akan mengalami permasalahan-permasalahan, baik berupa dilemma ataupun bujukan moral yang mana guru harus mampu mengambil keputusan terbaik yang berpihak pada murid. Apapun yang terjadi dan apapun keputusan yang diambil, guru harus selalu mengutamakan kepentingan murid dan selalu memperhatikan filosofi pratap triloka dari Ki Hadjar Dewantara.

Setiap kita, tumbuh dan berkembang di lingkungan yang berbeda-beda dan akan memberikan prioritas terhadap suatu nilai personal yang berbeda pula. Nilai-nilai ini dibentuk oleh nilai-nilai yang  dianut oleh lingkungan kita, terutama keluarga inti dimana kita dibesarkan. 

Nilai-nilai itulah yang kita bawa sampai hari ini yang mungkin akan berubah saat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang lebih mempengaruhi dari luar, seperti nilai-nilai universal yang dianut oleh seluruh manusia. 

Dengan demikian saat kita dihadapkan dalam upaya pengambilan keputusan akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang telah kita anut berpuluh-puluh tahun dan kita yakini kebenarannya dan ada kalanya akan dipengaruhi  pula oleh lingkungan saat pengambilan keputusan. Baik berupa intimidasi, ataupun reward.

Pengambilan keputusan bisa menjadi efektif apabila didahului oleh proses coaching. Coaching merupakan suatu tindakan pendampingan kepada murid agar mereka mampu mengambil keputusan dan bertanggun jawab terhadap keputusan yang mereka ambil tersebut. Tentu saja kalau kita punya cukup  waktu untuk menunggu proses coaching. 

Sebelum kita mengambil keputusan, kita bisa menggunakan 9 langkah dalam pengambilan keputusan seperti yang dijelaskan dalam buku How good people make tough choices oleh Rusworth M.Kidder (1995) yang salah satunya adalah tahapan pengumpulan fakta-fakta yang relevan. Dalam proses coaching, kita bisa mengumpulkan banyak  fakta-fakta yang bisa kita jadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Sebelum melakukan pengambilan keputusan, guru harus menyadari sepenuhnya (mindfulness) keadaan dirinya termasuk kondisi sosial-emosional pribadinya. Seorang guru harus mampu membaca situasi dan kondisi yang bisa mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. 

Misalnya saat seorang guru dalam kondisi sedih, guru tersebut harus menenangkan diri dulu hingga memperoleh kesadaran diri. Setelah itu baru memperhatikan sekitar, membaca fakta-fakta yang  ada dengan kesadaran sosial dengan memunculkan empati sehingga pandangan jadi lebih jernih dalam pengambilan keputusan nantinya.

Kasus moral atau etika akan kembali kepada nilai-nilai yang  dianut oleh seorang pendidik apabila pendidik tersebut berperan sebagai pengambil keputusan tunggal dan memiliki wewenang penuh terhadap keputusan tersebut.

Pengambilan keputusan akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,  kondusif, aman dan nyaman apabila dilaksanakan dengan menggunakan langkah-langkah dalam pengambilan keputusan. 

Pengambilan keputusan khususnya dalam pembelajaran akan lebih efektif apabila kita sebagai pengambil keputusan telah melaksanakan proses pembelajaran yang terbaik yang bisa kita lakukan seperti berpihak pada murid, melakukan pembelajaran berdiferensiasi, melakukan coaching dan memperhatikan filosofi pembelajaran ki hadjar dewantara.

Dalam pembelajaran sehari-hari mungkin saya tidak akan terlalu banyak menghadapi dilema dan mengharuskan saya mengambil keputusan dari dilemma tersebut. Hanya saja apabila saya dihadapkan pada permasalahan di luar kelas seperti mempengaruhi teman sejawat, baik di dalam sekolah sendiri maupun di luar sekolah, orang tua murid dan masyarakat, mungkin akan membuat saya agak kesulitan dalam mengambil keputusan. 

Hal tersebut dikarenakan nilai-nilai yang saya pelajari dalam modul mungkin akan berbeda dengan nilai-nilai yang dianut oleh lingkungan sekitar sekolah. Seperti nilai kejujuran mungkin akan lebih rendah dibanding dengan nilai kebersamaan. 

Contohnya adalah masyarakat akan menerima saya sebagai orang yang mengatakan tidak ada murid yang mampu secara ekonomi di kelas saya padahal sebenarnya adalah  ada supaya bisa dimasukkan sebagai usulan mendapatkan beasiswa dari pada saya berkata jujur bahwa ada sebagian anak yang mampu secara ekonomi sehingga tidak perlu mendapatkan bantuan beasiswa. Hal tersebut menegaskan bahwa semua itu kembali ke permasalahan perubahan paradigma di sekolah saya.

Pastinya. Saya akan berusaha walaupun  mungkin akan sulit mewujudkan pengambilan keputusan-keputusan yang nantinya akan berpengaruh pada perkembangan murid dan memerdekakan murid dalam belajar.

Keputusan-keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap kehidupan atau masa depan murid-murid. Karena dalam pengambilan keputusan tersebut akan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan oleh murid-murid selanjutnya. 

Mungkin saja keputusan yang diambil seorang pemimpin pembelajaran tersebut membuat semangat belajar murid menjadi turun. Atau bisa saja membuat lingkungan murid akan semakin membuat murid kesulitan dalam belajar. Semoga kita semua sebagai pengambil keputusan bisa memberikan keputusan yang memang sangat dibutuhkan bagi masa depan murid nantinya.

Dalam pengambilan keputusan harus memperhatikan filosofi dalam paradigma pembelajaran. dalam hal ini kita menggunakan filosofi pembelajaran yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara yang mana dalam filosofi tersebut selalu bermuara pada keberpihakan pada murid. 

Dengan demikian kita bisa mengarahkan keputusan kita kepada pemenuhan kebutuhan belajar murid. sebelum pengambilan keputusan, kita harus memastikan telah memperlakukan murid kita dengan sebaik-baik perlakuan. 

Kita telah melakukan pembelajaran berdiferensiasi, membantu perkembangan sosial-emosional yang baik kepada murid dan melakukan coaching kepada murid. Setelah itu kita bisa menggunakan langkah-langkah dalam pengambilan keputusan, Dengan demikian kita telah melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun