Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) adalah contoh konkret dari penerapan Neoliberalisme. WTO dibentuk pada tahun 1995 dengan tujuan menciptakan kerangka kerja untuk perdagangan internasional yang lebih transparan dan adil.Â
Dengan adanya aturan yang jelas, WTO membantu negara-negara menyelesaikan sengketa dagang melalui mekanisme penyelesaian sengketa yang telah disepakati. Ini membantu mengurangi konflik perdagangan yang bisa berujung pada ketegangan politik dan ekonomi.
Melalui WTO, negara-negara dapat bekerja sama dalam sistem yang anarkis dengan cara yang lebih tertib dan teratur. Neoliberalisme percaya bahwa aturan-aturan internasional yang diciptakan oleh institusi seperti WTO membantu negara-negara mengatasi ketidakpastian dan meningkatkan kerja sama global di berbagai bidang.
Persamaan dan Perbedaan
Realisme dan Neorealisme sama-sama memandang sistem internasional sebagai anarki, di mana negara bertindak sebagai aktor utama yang berusaha mempertahankan kekuasaan dan keamanan. Namun, Realisme lebih fokus pada sifat manusia, dengan keyakinan bahwa perilaku negara dipengaruhi oleh hasrat individu untuk kekuasaan, sedangkan Neorealisme menekankan pada struktur sistem internasional yang anarkis sebagai pendorong utama perilaku negara.
Di sisi lain, Liberalisme dan Neoliberalisme lebih optimis terhadap potensi kerja sama antarnegara. Keduanya meyakini bahwa negara dapat bekerja sama, tetapi Neoliberalisme lebih menggarisbawahi peran institusi internasional dalam mengelola anarki dan memperkuat kerja sama antarnegara.Â
Serta perbedaan utama antara teori-teori ini,  Realisme/Neorealisme adalah pandangan terhadap konflik dan kerja sama, di mana Realisme/Neorealisme lebih pesimis terhadap kerja sama, sementara Liberalisme/Neoliberalisme melihat peluang yang lebih besar untuk menciptakan perdamaian melalui kolaborasi dan kerjasama.
Penutup
Dalam memahami dinamika hubungan internasional, kita telah melihat bagaimana teori-teori seperti Realisme, Neorealisme, Liberalisme, dan Neoliberalisme masing-masing menawarkan pandangan yang berbeda tentang perilaku negara dan interaksi global. Realisme dan Neorealisme menekankan pentingnya kekuasaan dan keamanan dalam sistem anarkis, sedangkan Liberalisme dan Neoliberalisme menunjukkan potensi kerja sama melalui institusi internasional. Masing-masing teori memiliki keunggulan dan keterbatasan, namun semua memberikan wawasan berharga untuk menganalisis berbagai peristiwa global.
Sebagai pembaca, mari kita refleksikan bagaimana pemahaman kita tentang teori-teori ini dapat membantu kita menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks, seperti perubahan iklim, konflik bersenjata, dan ketidaksetaraan sosial. Apakah kita dapat mengambil inspirasi dari prinsip-prinsip Liberalisme untuk mendorong kerja sama global, ataukah kita perlu memahami dinamika kekuasaan yang dijelaskan oleh Realisme untuk lebih siap menghadapi tantangan di masa depan?
Saya mengajak Anda untuk terus berdiskusi dan menggali lebih dalam mengenai isu-isu ini. Setiap pemikiran dan kontribusi Anda sangat berarti dalam upaya menciptakan masa depan yang lebih baik. Dengan memahami dan menerapkan teori-teori ini, kita dapat berkontribusi pada dialog yang lebih luas tentang perdamaian dan keadilan di tingkat global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H