Stigma negatif masyarakat inilah yang menimbulkan dampak sosial pagi para pengguna narkoba seperti gangguan mental, anti-sosial dan asusila. Jika dikaitkan dengan teori komunikasi yaitu teori Behaviorisme dimana seseorang dapat berubah sikap dan perilakunya berdasarkan pada stimulus dan respon yang ia terima di lingkungan sekitarnya. Stigma negative itulah yang ia terima sebagai stimulus dan respon sebagai dampak sosialnya. Â Seorang pengguna narkoba yang hidup berdampingan dengan masyarakat disekitarnya pada dasarnya memiliki sifat anti-sosial, mereka cenderung tidak berinteraksi dengan lingkungan nya dan lebih memilih menyendiri, mereka hanya menjalin hubungan antara pengedar dan pengguna lainya sehingga tercipta pasar gelap yang sulit diputus mata rantai peredaranya.
Dampak lainya yaitu pendidikan menjadi terganggu, suasana hidup nyaman menjadi tidak tenang. Keluarga resah karena barang barang berharga dirumah hilang, sering berbohong, mencuri, menipu, bersikap kasar, acuh tak acuh, hidup semaunya dan tidak bertanggung jawab.
Pada kenyataanya banyak pengguna narkoba yang menemui jalan buntu. Ketika mereka pulih dan siap terjun kedalam masyarakat, terjadi penolakan terhadap mereka. Bentuk frustasi yang mereka dapat bisa mengubah mereka kembali menjadi pecandu. Disisi lain, masyarakat pun sering dikecewakan, ketika pintu kesempatan dibuka, pecandu sering labil dan kembali ke kubang lama mereka yang menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap mantan pecandu menurun.
Solusi yang harus dilakukan?
Tantangan bagi kita untuk mencari solusi dengan mengubah stigma negatif di masyarakat. Memperlakukan seorang  pecandu bukan lagi kriminal yang harus dipenjara tetapi mereka sebagai korban dan orang sakit yang wajib ditolong untuk dipulihkan melalui rehabilitasi. Bukan semudah membalikan telapak tangan, butuh keseriusan, kepedulian, kerelaan dan komitmen kuat seluruh komponen masyarakat.
Stigma negatif selama ini juga yang mendurong tewas nya manusia sia-sia hingga 15ribu orang tiap tahunnya atau 41orang perharinya. Tengok saja umumnya mereka meninggal di jalan dan tempat hiburan, bukan tempat rehabilitasi. Stigma jahat dan sampah masyarakat pula yang membuat pecandu bersembunyi dan takut berobat ke fasilitas rehabilitasi. Bahkan menutup diri demi nama baik keluarga
Peran serta masyarakat pun untuk berperilaku hidup sehat tanpa narkoba, hal ini dapat berpengaruh terhadap masyarakat lainya secara perlahan sehingga kebiasaan di masyarakat yang dapat mehindarkan dari penggunaan obat terlarang. Kemudian perlu adanya perlakuan yang bijak terhadap proses hokum yang dimana keputusan hakim dalam memvonis tersangka penyalahgunaan narkoba untuk menjalani proses pengobatan dan perawatan dipanti rehabilitasi medis ataupun sosial.Â
Menciptakan kondisi positif dilingkungan keluarga dan masyarakat pun menjadi faktor yang penting dimana penerimaan sehingga seorang pecandu akan merasa di anggap di lingkungannya dan akan membantu proses pemulihanya. Hadirnya kelyarga amatlah dibutuhkan selagi pecandu narkoba sedang menjalani proses rehabilitasi. Kehadiran dari pihak keluarga bisa menolong pecandu narkoba untuk segera cepat berhenti memakai obat-obatan haram tersebut.
Selain mengubah pola pikir masyarakat, dukungan instansi pemerintahan, swasta untuk membangun  sarana dan prasarana dan infrastruktur rehabilitasi baik medis, social maupun religi.
Rehabilitasi bertujuan untuk memulihkan keadaan fisik dan mental seorang pecandu narkoba. Dan rehabilitasi merupakan langkah proses yang harus dijalani sebagai pemulihan untuk dapat hidup normal kembali seperti semula. Jika dibandingkan tempat rehabilitasi di Indonesia dengan di luar negeri, Indonesia merupakan tempat rehabilitasi terbaik.salah satunya adalah Cakrawala Sebaru yang terletak di kepulauan seribu, Jakarta. Dari metode yang digunakan, kemudian tempatnya, hingga budget yang harus dikeluarkan. Sehingga penanganan terbaik akan diberikan kepada pengguna.
Dengan keyakinan dan sikap optimis bangsa ini untuk membantu rehabilitasi pecandu maka impian mewujudkan negeri yang bebas dari narkoba semakin nyata.