Mohon tunggu...
Ferri Agustian Sukarno
Ferri Agustian Sukarno Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Pemungut garis dan kata di kakilima serba aspal kersang

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tak Ada yang Kita Tahu Tentang Seni, Kecuali Namanya

23 September 2022   15:21 Diperbarui: 23 September 2022   16:51 1512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dibawah senja kemerahan yang begitu hangat, seorang mahasiswa bertanya pada saya, "Pak Ferri, apa itu seni?" Saya lebih memilih diam sambil tersenyum memandangi burung-burung yang berkicauan di ranting Pohon Beringin. 

"Pak, kenapa bapak malah diam dan tersenyum?"

Saya menoleh padanya dan menjawab, "Dalam banyak hal, kita tak pernah dapat mengerti sepenuhnya secara tuntas."

"Bagaimana, pak? Saya tidak memahami apa yang bapak katakan."

"Iya, seperti halnya cinta/kasih sayang. Perhatikan dengan baik. Apakah kita bisa memahami cinta/kasih sayang/apapun itu namanya. Sepenuh-penuhnya. Setuntas-tuntasnya? Apakah dia itu? kenapa dia ada? dan bagaimana dia bekerja? Dan lain sebagainya."

"Tidak, pak."

"Memang enggak akan pernah juga sih. Sejalan dengan apa yang dikatakan Jalaluddin Rumi: tak ada yang kita tahu tentang cinta, kecuali namanya. Tapi apa karena kita sebatas tahu namanya, maka kita belum boleh mencintai/mengasihi seseorang? Begitu juga halnya dengan seni. Apa karena kita sebatas tahu namanya, maka kita belum boleh menciptakan karya seni?"

"Enggak sih, pak. Tapi menarik loh penjelasannya."

"Perjalanan mengerti, memahami atau mengenal itu sifatnya sepanjang hayat, harus dilakoni seumur hidup. Dan barangkali sampai akhir menutup mata sekalipun, hal-hal tadi tak pernah dapat kita mengerti sepenuhnya secara tuntas."

"Jadi apa sebaiknya kita tidak perlu mencari tahu? Toh tidak pernah ada ketuntasan juga didalamnya"

"Tetap perlu dong. Apakah sesudah makan, maka seumur hidup kamu enggak akan lapar lagi? Enggak kan? Ya begitupun dengan pencarian terhadap makna-makna tadi. Semuanya butuh proses, mensyaratkan waktu. Dan itulah hidup. C'est la vie.

Malam merambat pelan. Sebuah pesan masuk dalam gawai, "Hey. Lagi apa? Gmn kerjaannya hari ini?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun