Dalihan na tolu merupakan dasar hidup masyarakat Batak Toba yang mengatur masyarakatnya dalam berelasi dan bersikap kepada setiap lapisan elemen masyarakat suku Batak Toba dimanapun mereka berada. Dalihan na tolu yang dianggap sebagai tungku yang tiga atau tungku yang terbuat dari tiga buah batu yang disusun simetris untuk bersama-sama menopang kuali saat memasang.
Dalihan na tolu merupakan bentuk perumpamaan dari kehidupan masyarakat Batak Toba yang didasari tiga unsur pokok dalam kehidupan masyarakat yang masing-masing memiliki fungsi dan peran masing- masing dalam kehidupan bermasyarakat seseorang secara adat, yaitu dongan satubuha, hula-hula, dan boru.Â
Apakah itu hula-hula?
Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu. Hula - hula merupakan kelompok orang -- orang yang posisinya sangat dihormati keluarga marga pihak istri.Â
Sehingga dalam kehidupan sehari - hari kita dapati juga istilah yang disebut somba marhula -- hula yang berarti hormat kepada pihak istri agar memperolah keselamatan dan kesejahteraan. Peran dari hula hula yaitu ketika ada anak yang baru lahir, adat pernikahan, dan juga dalam adat orang meninggal.
Baca juga :Â Peranan Tulang (Paman) pada Budaya Batak Toba
Apakah itu dongan sabutuha?
Dongan sabutuha merupakan orang-orang yang memiliki marga yang sama dengan kita. Kita sebagai masyarakat batak, diwajibkan untuk mengenali siapa saja dongan sabutuha kita. Hal ini dikarenakan adanya hubungan persaudaraan yang erat dengan samanya marga yang dimiliki dan juga dibutuhkan ke akraban, agar nantinya kelak kita dapat saling tolong menolong dengan dongan sabutuha kita.Â
Apakah boru?
Boru itu terbagi atas dua, yaitu hela (suami dari boru kita) dan bere (anak saudara perempuan kita yang memang dipandang oleh orang Batak masuk unsur  boru mengikuti ibunya). Jika dibandingkan hela dengan bere, orang lekas condong berpendapat hela itu lebih dekat kepada kita daripada bere. Pendapat ini benar, kalau kita pandang dari hubungan sehari-hari.
Tetapi dari sudut keturunan darah, maka bere itu lebih dekat kepada kita. Tugas dari boru itu sendiri adalah sebagai penengah ketika terjadi suatu permasalahan ditengah tengah keluarga, dan juga menolong pihak hula-hula dalam suatu acara adat atau bisa disebut juga dengan manghobasi.Â
Baca juga : Budaya Patriarki yang Masih Melekat di Kalangan Masyarakat Tertentu, Seperti di Masyarakat Batak Toba
Mengapa harus tiga batu?
Harus adanya tiga batu karena dalihan itu di ibaratkan sebagai tungku yang menahan periuk, dimana menurut pemahaman orang Batak zaman dahulu, harus tiga batu agar dapat seimbang dalam menahan periuk tersebut. Jika ditambah menjadi empat atau lima batu, ketika ukurannya tidak sama, maka akan terjadi ketimpangan.Â
Maka dari itu disebut lah istilah Dalihan Natolu ini, agar ini menjadi dasar bagi keluarga batak dalam menjalani kehidupannya sebagai orang batak.
Baca juga : Tradisi Berpantun atau Umpasa pada Pernikahan Batak Toba, Arti dan Maknanya
Demikianlah penjelasan singkat saya mengenai Dalihan Na Tolu yang saya dapati ketika saya melakukan wawancara singkat dengan Bapak Uda saya yang merupakan salah seorang Raja Adat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H