Mohon tunggu...
Fernando Talebong
Fernando Talebong Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Music and Fashion Addict

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Alasan Mengapa Orang Sering Kali Lupa Password

9 November 2021   22:33 Diperbarui: 10 November 2021   02:07 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Fenomena lupa merupakan kegagalan seseorang di dalam menggali atau mengingat kembali informasi yang telah disimpan di gudang ingatan. Beberapa ahli menyatakan bahwa fenomena lupa terjadi seiring kerusakan informasi karena jarang digunakan, akan tetapi para ahli psikologi kognitif menyatakan bahwa lupa terjadi karena interferensi atau terhalang oleh informasi yang lain, dapat berupa informasi baru ataupun informasi lama.

Salah satu fenomena lupa yang sangat sering terjadi sekarang ialah fenomena lupa password. Lupa password adalah hal yang kerap kali dialami oleh kebanyakan orang dalam kehidupannya. Hal ini terkadang menyebabkan pengguna tidak dapat masuk ke berbagai situs dan akun media sosial mereka. 

Tidak hanya akun media sosial, fenomena lupa password sering sekali membuat orang-orang tidak dapat mengakses gawai atau laptop mereka, password internet banking, bahkan ada suatu kejadian seseorang yang lupa akan password smart lock pintunya, sehingga ia tidak bisa masuk ke rumahnya sendiri. Fenomena lupa password membuat banyak orang berjuang mengingat kata sandi kerena mereka saat ini membutuhkannya.   

Password sendiri adalah hal yang sangat penting untuk diingat dalam menjaga keamanan data. Menurut studi terbaru dari Mastercard, saat ini rata-rata orang memiliki sepuluh akun, perangkat, atau aplikasi berbeda, di mana kita harus memasukkan kata sandi (password) paling sedikit satu kali dalam seminggu. 

Menurut perhitungan rata-rata, seseorang memasukkan sekitar 8 password dalam seminggu. Namun, 84 persen orang lupa akan password yang mereka miliki dan harus mengganti password mereka berulang kali di mana untuk mengganti password membutuhkan waktu sekitar 11 menit. Sedangkan, mengubah password biasanya terjadi lebih dari lima kali per bulan. Hal ini tentu saja akan banyak menguras waktu kita dan membuat kita merasa terbebani.

Lupa password bisa dijelaskan dengan beberapa teori lupa atau memori. Memori sangat tergantung pada persepsi atau pengalaman, sehingga pengalaman-pengalaman itu sendiri meninggalkan jejak di otak kita. Masing-masing memori dalam setiap kepala mempunyai kapasitas yang berbeda-beda (individual differences). Beberapa pengalaman yang tidak meninggalkan kesan tertentu umumnya tidak disimpan sehingga mudah dilupakan.

Ada 4 teori lupa yang dikemukakan oleh para ahli:

Pertama ialah Decay Theory  dimana teori ini beranggapan bahwa memori semakin aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Informasi yang disimpan dalam memori akan meninggalkan jejak-jejak (Memori Traces) yang bila dalam jangka waktu lama tidak ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran, akan rusak atau menghilang (Anderson 1995, hal 203; Stemberg 2006, hal 207). Teori ini juga disebut atropi atau theory desense. Oleh karena itu, sangat jelas teori ini menitikberatkan pada lama interval yang menunjukkan rentang lamanya waktu antara pemasukan bahan sampai ditimbulkannya kembali bahan itu.

Kedua ialah Teori Interferensi di mana teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan), akan tetapi jejak-jejak ingatan saling bercampur aduk, mengganggu satu sama lain. Bisa jadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu ingatan informasi yang lama, tetapi bisa juga terjadi sebalikanya. Jelas bahwa teori ini menitikberatkan pada isi intercal yaitu aktivitas-aktivitas yang mengisi intercal akan mengusahakan atau menggangu jejak ingatan sehingga kemungkinan individu akan mengalami kelupaan.

Ketiga ialah Teori Retrieval dimana teori ini menjelaskan kegagalan informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang yang ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan untuk mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan perunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.

Keempat ialah Teori Motivated dimana teori ini menyatakan bahwa kita akan cenderung berusaha melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan, hal-hal yang menyakitkan, atau cenderung tidak menyenangkan ini akan ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. 

Teori ini didasarkan pada teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Stigmud Freud. Jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada. Contoh kasusnya jika seseorang patah hati sehingga menimbulkan trauma yang dalam namun ego berkembang untuk mengubah pandangan yang sedang terguncang, seseorang mulai mencari kesibukan sehingga lupa akan hal-hal yang dapat membuat id terguncang lagi. Ego pun menetralkan id dan superego dari keterpurukan yang membuat seseorang dapat lupa akan ingatan yang menyakitkan.

Dari keempat teori tersebut, fenomena lupa password lebih mengarah pada teori yang pertama yaitu Decay Theory karena ingatan kita akan informasi pembuatan akun yang pernah kita buat akan menjadi rusak karena kita jarang mengulangnnya. Sulitnya kita mengakses informasi ini disebabkan karena kita tidak mengakses informasi tersebut secara rutin sehingga layaknya pesan di atas pasir yang tergerus ombak, lama kelamaan informasi tersebut akan sulit kita ingat.

Tidak hanya faktor di atas, otak juga bisa menjadi penyebabnya. Otak kita memiliki lebih dari 100 juta neuron ini ternyata mampu memisahkan manakah informasi penting dan mana yang tidak. Hal ini terjadi karena benda tersebut dianggap tidak penting dan hanya masuk kedalam ingatan jangka pendek kita yang mampu mengingat sekitar tujuh angka dalam rentang waktu 30 detik saja. 

Bandingkan dengan uang yang hampir setiap orang pasti mengingat dengan jelas semua bentuk uang walaupun ia tidak melihatnya setiap saat. Hal ini terjadi karena otak kita menggangap jika uang adalah aspek penting dalam hidup sehingga ingatan ini tersimpan dalam memori jangka panjang kita.

Terkadang kita secara tidak sadar melupakan suatu ingatan. Bisa jadi hal itu disebabkan karena ingatan tersebut membuat kita trauma atau membuat kita merasa tidak nyaman. Namun beberapa  beberapa ilmuan yang meragukan hal ini karena teori tersebut bukanlah hal yang bisa diterima secara universal sebab nyaris mustahil untuk menguji fenomena di atas.

Oleh karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa, fenomena lupa password terasa sangat mansiawi. Walaupun begitu, kebiasaan ini harus diminalisir karena lupa password bukanlah masalah sepele. Resikonya mulai dari kehilangan akun hingga kesulitan untuk mengurus administrasi. Meski manusawi, lupa password bisa dicegah dengan beberapa cara dan tips seperti berikut ini:

1.Pakai Kata yang Mudah Diingat

Kalau sering lupa password karena jenis kata yang digunakan atau kombinasinya sangat bervariasi, mungkin kamu bisa coba ganti dengan kata atau kombinasi yang lebih mudah diingat. Seperti misalnya nama depan atau nama belakang, tanggal lahir, nama pacar atau mantan anda, nama orang tua, tempat lahir, nama jalan tempat tinggal, nama hewan peliharaan, nama guru favorit, nama makanan atau minuman favorit kamu, dsb. Hal ini akan sangat membantu kamu. Perlu diketahui bahwa kata sandi dalam bentuk huruf sangat mudah untuk diingat, oleh karena itu kebanyakan orang akan memilih kata yang sederhana yang mengingatkan mereka akan suatu suatu kejadian yang mereka alami.

2.Cantumkan Nomor Telepon Anda

Nomor HP merupakan salah satu alat pengaman yang berguna saat kita mengalami lupa password atau sandi kamu. Secara mendasar apabila kamu gagal login, kamu bisa melakukan recovery atau pemulihan sandi melalui nomor telepon yang kamu cantumkan pada saat pembuatan akun di media sosial, situs blog, dll.

3.Cantumkan Pertanyaan Rahasia yang Mudah

Pada saat pembuatan sebuah akun, ada beberapa provider yang menggunakan kalimat pertayaan untuk recovery password yang baru dengan mencantumkan kalimat pertanyaan yang bisa dijawab oleh pihak yang membuat akun tersebut saat mendaftar. Nah, kamu bisa memasukkan jawaban-jawaban yang sangat mudah kamu ingat dari pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mengantisipasi jika kamu lupa password pribadi kamu kedepannya. Misalkan, nama guru favorit kamu di sekolah, nama hewan peliharaan kamu, nama makanan kesukaan kamu, dsb.

4.Catat dan Simpan Kata Sandi di Tempat yang Aman

Untuk menghindari faktor lupa password akun pribadi kamu, kamu perlu melakukan upaya pencegahan dengan menyimpan kata sandi tersebut di sebuah file di laptop dan HP atau menuliskan password tersebut pada selembar kertas kemudian disimpan di tempat yang aman atau tempat pribadi kamu seperti dalam lemari atau laci meja belajar pribadi kita agar orang lain tidak melihatnya. Satu saran yang perlu diingat yaitu jangan mencatat password pada banyak kertas atau buku, cukup dengan satu buku saja sudah cukup agar tidak berpotensi diketahui oleh orang lain

5.Gunakan Kombinasi Karakter

Biasanya pada saat pembuatan akun diminta untuk mengkombinasikan karakter saat membuat password. Misalnya kombinasi dari huruf, angka, dan simbol. Usahakan agar kamu menghindari nomor telepon maupun tanggal ulang tahun sebaga password yang mudah untuk ditebak. 

Sumber Referensi:

Anderson, J. R. Learning and Memory: An Intergratted Approach, 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York. 1995

Ellish, H., & Hunt R. R. Fundamentals of Cognitive Psyhcology, 5th Edition. WM C. Brown Communications, Inc, Dubuque: Iowa. 1993

Matlin, M. W. Cognition, 4th Edition. Harcout Brace Collage Publisher: Fort Worth: Texas. 1998

Pudjono, M. “Teori-teori Kelupaan,”. Volume 15, No 2, 89-9. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada

Sarumpaet, T. I. R. “Teori-teori Lupa: Forgetting Theories”

Schacter, D. L. The Seven Sins of Memory: Insight from Psycology and Cognitive Neuroscience. American Psycologist, 54, 3, 182-203. 1999

Schunk, D. H. Learning Theories: An Educational Perspective. 4th Edition. Pearson Education. 2012

Sternberg, R. J. Cognitive Psycology. 4th Edition. Harcourt-Brace Collage Publisher, Fort Worth: TX. 2006.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun