Saya membalas senyuman tersebut dengan sumringah lalu beranjak menuju seorang yang lain untuk menyapa dan berjabat tangan. Beliau itu seorang pimpinan pada level tertentu dan juga sangat dekat dengan Tuhan (setidaknya melalui omongan atau ujaran-ujaran kudusnya).
Saya lalu mendekat, mengucapkan salam, tetapi orang tersebut berpaling dan tunduk menatap layar ponsel tanpa melihat ke arah saya. Saya berhenti sejenak setelah lebih dekat lalu menyapanya dengan predikat yang melekat pada dirinya.Â
Ia hanya bilang iya ya ya ya... sambil tidak lepas tatapan lekat pada layar poneselnya. Benar-benar sedang menikamti hal duniawi yang sering 'diceritakan' agar kita menghindari kelekatan pada keduniawian tersebut.Â
Mungkin sangat sibuk, membaca artikel penting di internet, dan juga mungkin masih belum diperkenankan untuk berjabat tangan walaupun pemerintah telah mengumumkan berakhirnya PPKM. Saya masih pakai masker sebab itu di dalam ruangan.Â
Bila tangan tidak berjabat tapi setidaknya sapaan salam tidak berlalu begitu saja atau menyungging senyuman. Dalam relasi interpersonal hal-hal kecil macam itu sudah cukup sebagai tanda menghargai kehadiran orang lain.
Saya lalu melangkah menuju ke tempat duduk yang agak ke belakang sembari merenung sejenak. Saya membatin bawha tidak danya jabat tangan tadi mengindikasikan belum diperbolehnya berjabat tangan dilingkungan kerja.Â
Saya berpikir positif. Lalu duduk merunduk sembari membuka handphone untuk menyimak beberapa cuitan di twitter sebab acara belum juga mulai.
Beberapa orang rekan lalu mulai berdatangan. Menebar senyuman dan berjabat tangan satu dan yang lain. Â Beliau yang adalah atasan dimana tadi sibuk dengan phonsel ketika saya datang menyapa juga menjabat tangan orang lain yang masuk ke dalam ruangan tersebut.Â
Saya agak tertegun dan protes dalam batin atas perlakuan diskriminatifnya. Tapi protes saya tidak lama sebab tangan-tangan kawan berkawan berjuluran ke arah saya untuk saling menjabat. Saya menyambut dengan penuh sukacita sembari mengucapkan selamat hari raya dan juga tahun baru 2023.
Saya lalu memutuskan untuk tidak merasa terganggu dengan gestur sanga orang kudus tersebut (saya menyebut orang kudus sebab setelahnya akan ada firman Tuhan mengalir dari mulutnya selancar air terjun Niagara).Â
Ketika memutuskan untuk mengendalikan diri saya agar tidak larut dalam intimidasi dan penindasan emosi yang sama sekali tidak teratur. Saya menata respon dengan baik seba  itu yang ada pada saya dan bisa saya kedalikan.