Mohon tunggu...
Fernandes Nato
Fernandes Nato Mohon Tunggu... Guru - Guru | Cricketer | Bererod Gratia

Saya adalah seorang pendidik pada sebuah sekolah swasta di Jakarta. Semoga melalui tulisan dan berbagi gagasan di media ini kita dapat saling memberdayakan dan mencerahkan. Mari kita saling follow 'tuk perluas lingkar kebaikan. Salam Kenal.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kampanye di Kampus: Mencederai Politik?

8 September 2022   00:29 Diperbarui: 8 September 2022   12:09 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Civitas akademik di kampus tentu bukanlah manusia rasional belaka yang hanya berkutat pada tataran teoritis saja. Mereka juga adalah manusia politik yang sesewaktu akan tercebur ke dalam praktik-praktik real politik yang terkadang berlari tunggang-langgang dari gagasan atau teori.

Pembibitan calon generasi masa depan suatu bangsa yang dilakukan di kampus/sekolah dengan penanaman nilai-nilai luhur yang tinggi dan juga melalui proses penyeleksian yang ketat tentu memberikan kesan elitisme tertentu. Kesan ini memang harus diterima dan tidak dapat dihindari sebab membentuk diri calon pemimpin masa depan bangsa yang elok dan baik  harus melewati banyak proses dan dinamika yang keras pun lembut sehingga butuh sosok yang memiliki 'jiwa ningrat' untuk menerimanya. Proses penggerusan sana-sini sehingga dapat menjadi elok dan baik harus memiliki kesiapan fisik dan psikis untuk dibenturkan pada banyak hal, termasuk politik praktis.

Kampanye Politik ketika masuk ke dalam ruang-ruang pembibitan tersebut (baca: kampus/sekolah) mestinya tidak perlu ditanggapi seacara reaktif. Dalam hal ini harus dilihat sebagai salah satu bagian dari proses persiapan diri calon pemimpin masa depan untuk berdialog dengan generasi lainnya yang telah lebih dahulu mencicip politik praktis. Proses dialog tersebut tentu harus egaliter bukan asimetris sehingga sangat mungkin mebentuk sebuh diskursus politik yang bermutu.

Desain Kampanye Politik Edukatif.

Bila merujuk pada filsafat Pendidikan Platon tadi, Paideia, yang mengidealisir calon pemimpin masa depan bangsa itu harus Kaloskagathos, elok dan baik,  melalui sistem pendidikan dan pembudayaan nilai tertentu dalam sebuah lembaga yang eksklusif, maka mestinya dengan hadirnya kampanye politik di dalam kampus menjadi ruang pertarungan untuk menguji gagasan dari mereka yang hendak maju menjadi represntasi warga negata dan/atau pemimpin sebuah negara seperti presiden.

Politisi yang hendak melakukan kampanye dan masuk ke dalam kampus harus memiliki kadar intelektual yang mumpuni dan juga khatam dengan etika politik. Sehingga kampanye yang dilakukan di dalam kampus menjadi kampanye yang bersifat edukatif serta memperkaya nilai yang telah dibentuk di dalam kampus tersebut.

Politisi yang masuk ke dalam kampus juga harus memiliki keterbukaan dan keluasan cara padang. Dihadapan kaum intelektual di kampus, menelanjangi kebodohan dan juga kekacauan cara berpikir politik politisi itu haruslah menjadi pemandangan yang jamak. Tidak perlu berkecil hati bila kampanye politik di kampus justeru menjadi ruang 'pemurnian' visi politik seorang politisi dalam mempersiapkan diri menata negara, mengatur Republik.

Bila seorang politisi tidak mempersiapkan diri dengan baik, maka wacana kampanye politik di kampus justerus dikhawatirkan akan menciderai keluhuran politik itu sendiri sebab 'pisau' politik tersebut akan jatuh ketangan orang bebal dan juga penyamun. Pisau politik yang mestinya digunakan untuk membedah 'kanker kronis' dalam sebuah sistem di negara yang penuh kebalauan tetapi justru akan menguliti rakyatnya sendiri.

Untuk itu wacana Kampanye politik di kampus harus dipandang sebagai sesuatu yang progrefis dan juga mendidik dalam berpolitik. Dari pada politisi masuk ke kampus dengan embel-embel tidak jelas tetapi ternyata berkampanye maka ada baiknya agar hal tersebut dibuat terang benderang. Kampanye di kampus dilegalkan dengan mekanisme tertentu yang diatur oleh KPU dan juga dalam pengawasan serius BAWASLU. Harus ada aturan yang lebih teknis untuk menghindari kebalauan dan pendangkalan mutu politik di Indonesia.

Civitas akademik kampus itu sendiri juga bukanlah makhluk apolitik dan memiliki kesalehan sosial yang sangat tinggi sehingga sangat mungkin bila, baik mahasiwa atapun dosen dan lainnya, memiliki afilisasi politik pada kandidat atau parpol tertentu. Kampanye politik di kampus membuat ruang remang-remang tersebut menjadi terang benderang.

Kampanye politik di kampus juga harus dipandang sebagai kanal dialogis antara politik praktis dan politik gagasan (teori-teori politik) antara pemikiran-pemikiran atau gagasan besar politik dengan praktik besar dalam bernegara. Wacana politik dan bernegara yang menjadi domain civitas akademik kampus berdialektika dengan praktik-praktik politik para politisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun