Untuk menguji alasan-alasan diatas, penulis mencoba menelaah penjualan Unilever dan Indofood untuk melihat penurunan daya beli ini, disebabkan:
- Consumer goods adalah barang kebutuhan dasar atau primer, sehingga lebih "tahan resesi" dibandingkan barang sekunder atau tersier.
- Unilever dan Indofood adalah perusahaan terbuka sehingga datanya bisa diperoleh secara bebas, penulis mengambil dari Bursa Efek Indonesia BEI. Â
- Unilver dan Indofood adalah perusahaan consumer goods yang mapan dan sudah berurat-berakar di seluruh Indonesia sejak lama.
- Produk mereka sangat bervariasi untuk kalangan bawah sampai atas.
- Sangat jarang masyarakat membeli produk consumer goods lewat on-line, biasanya konsumen membeli langsung di minimarket, kedai, pasar atau swalayan. Â Â
Penjualan UNILEVER (UNVR)
Melihat data di BEI, pertumbuhan persentase pendapatan tahunan Unilever adalah double digits di zaman SBY, tetapi merosot jadi single digit memasuki 2015 dimana tahun penuh pertama Jokowi berkuasa (lihat tabel dibawah ini).Â
Lebih mengerikan lagi memasuki 2017, kenaikan persentase penjualan makin menurun lagi.Â
Jika dibandingkan kuartal 1 2017 dengan kuartal 1 2016, persentase pendapatan Unilever merosot 19.02%.Â
Dengan harga murah dan penyajian yang mudah, Indo Mie sudah menjadi menu wajib baik sarapan atau makan malam penduduk Indonesia. Dengan penetrasi pasar yang masif, penulis melihat data pendapatan Indofood di laman BEI.
Keadaan Indofood dengan Unilever lebih kurang "sebelas-duabelas", pertumbuhan penjualan Indofood di 2013-2014 (zaman SBY) adalah double digits,sedangakan sejak 2015-2016 Â hanya tumbuh single digit.Â
Lebih parahnya lagi, sudahlah menurun di 2015-2016, di tahun 2017 ini lebih menurun lagi.Â