Mohon tunggu...
F. Norman
F. Norman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Pemerhati Sosial dan Politik Amatiran....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saya 100% Percaya Pahlawan Revolusi Disiksa, Logika dari Kesaksian Anak Korban

22 September 2017   09:27 Diperbarui: 22 September 2017   09:38 31301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Beliau jatuh berlumur darah. Kami menangis dan menjerit-jerit sejadinya melihat ayah kami diseret-seret. Mereka menarik kedua kaki ayah kami dan berlari menyeretnya," ujarnya.

"Kami sambil menangis menjerit mengikuti ayah kami di belakang prajurit Cakrabirawa yang," tuturnya.

Chaterine Panjaitan:

Catherine Pandjaitan (depan, kedua dari kiri), putri sulung Mayjen Anumerta DI Pandjaitan bersama keluarga di depan Monumen Pancasila Sakti (dok:VOA)
Catherine Pandjaitan (depan, kedua dari kiri), putri sulung Mayjen Anumerta DI Pandjaitan bersama keluarga di depan Monumen Pancasila Sakti (dok:VOA)
Kesaksian dari satu korban yang menjadi sasaran pembantaian adalah Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan atau D.I. Panjaitan. Dan putrinya, Catherine Panjaitan, menjadi saksi mata penculikan itu. Kata Catherine, penculikan terjadi sekitar pukul 04.30, pada 1 Oktober 1965.
Berseragam lengkap, kemudian D.I. Panjaitan turun ke ruang tamu. Seorang berseragam hijau dan topi baja berseru, "Siap. Beri hormat," Tapi Panjaitan hanya mengambil topi, mengapitnya di ketiak kiri. Tak diacuhkan begitu, si tentara memukul Panjaitan dengan gagang senapan, hingga ia tersungkur. Setelah itu, kejadian bergulir cepat. Dor! Dor! "Darah menyembur dari kepala Papi," kata Catherine.

"Saya melihat kepala Papi ditembak dua kali," Catherine mengisahkan. "Dengan air mata meleleh, saya berteriak, "Papi..., Papi...." Saya ambil darah Papi, saya usapkan ke wajah turun sampai ke dada."

Fakta / Premis

1. Penculikan Brigjen Sutoyo Siswomihardjo, kesaksian terpenting adalah "Saya hanya mendengar dari dalam kamar. Perilaku mereka kasar, menusuk-nusuk pintu dengan sangkur".

2. Penculikan Letjen Ahmad Yani, kesaksian terpenting adalah:

  • "Ayah kami meninju salah satu Cakrabirawa yang berani membentak beliau........
  • ......ayah kami diseret-seret. Mereka menarik kedua kaki ayah kami dan berlari menyeretnya," ujarnya.

3. Penculikan Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan, kesaksian terpenting adalah "..... si tentara memukul Panjaitan dengan gagang senapan, hingga ia tersungkur. Setelah itu, kejadian bergulir cepat. Dor! Dor! "Darah menyembur dari kepala Papi," kata Chaterine.

Kesimpulan Penulis:

1. Jelas ada tindak kekejian terjadi dari manusia yang hilang akal warasnya, Letjen Ahmad Yani tercatat diberondong oleh 10 peluru untuk membunuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun