Ada pihak-pihak yang mencoba menafikan bahwa para Pahlawan Revolusi yang dibawa hidup-hidup ke lubang buaya tidak mengalami penyiksaan. Mereka berusaha "memperhalus" apa yang menimpa para pahlawan revolusi itu bahwa mereka "hanya" ditembak tanpa ada penyiksaan sekalipun. Hal itu sekarang yang penulis banyak lihat di pemberitaan dan medsos belakangan ini.
Dari kesaksian tiga orang anak Pahlawan Revolusi yaitu Agus Wijoyo (anak dari Brigjen Sutoyo Siswomihardjo), Amelia Yani (anak dari Letjen A. Yani) dan Chaterine Panjaitan (anak dari Brigjen Donald Isaac Panjaitan) atas perlakuan dan gerak-gerik pasukan yang menculik bapak mereka, dan dengan memakai pola berpikir secara logika, saya menarik kesimpulan 100% Pahlawan Revolusi yang dibawa hidup-hidup ke Lubang Buaya mengalami penyiksaan sebelum diberondong oleh peluru.
Inilah fakta-fakta sebagai dasar yang menjadi landasan kesimpulan saya (lihat yang di tebalkan)
Agus Widjoyo:
Saat itu kami sekeluarga ada di rumah. Kami hanya punya dua kamar, orang tua saya di kamar depan dan saya di kamar belakang. Kebetulan jalan di samping rumah sedang terbuka lebar karena garasi direnovasi.
Sehingga mereka datang dan bisa langsung masuk ke belakang rumah. Mereka menggedor kamar pembantu yang membawa kunci pintu, mengambilnya dan kemudian masuk ke dalam rumah.
Mereka banyak sekali. Saya hanya mendengar dari dalam kamar. Perilaku mereka kasar, menusuk-nusuk pintu dengan sangkur. Tidak ada penggunaan senjata api.
Tidak ada gunanya perlawanan, ayah lalu keluar mengikuti mereka.
Amelia Yani:
"Ayah berbalik dan menutup pintu kaca. Dalam jarak 1,5 meter, tembakan beruntun tepat mengenai ayah kami," ujarnya.
"Beliau jatuh berlumur darah. Kami menangis dan menjerit-jerit sejadinya melihat ayah kami diseret-seret. Mereka menarik kedua kaki ayah kami dan berlari menyeretnya," ujarnya.
"Kami sambil menangis menjerit mengikuti ayah kami di belakang prajurit Cakrabirawa yang," tuturnya.
Chaterine Panjaitan:
Berseragam lengkap, kemudian D.I. Panjaitan turun ke ruang tamu. Seorang berseragam hijau dan topi baja berseru, "Siap. Beri hormat," Tapi Panjaitan hanya mengambil topi, mengapitnya di ketiak kiri. Tak diacuhkan begitu, si tentara memukul Panjaitan dengan gagang senapan, hingga ia tersungkur. Setelah itu, kejadian bergulir cepat. Dor! Dor! "Darah menyembur dari kepala Papi," kata Catherine.
"Saya melihat kepala Papi ditembak dua kali," Catherine mengisahkan. "Dengan air mata meleleh, saya berteriak, "Papi..., Papi...." Saya ambil darah Papi, saya usapkan ke wajah turun sampai ke dada."
Fakta / Premis
1. Penculikan Brigjen Sutoyo Siswomihardjo, kesaksian terpenting adalah "Saya hanya mendengar dari dalam kamar. Perilaku mereka kasar, menusuk-nusuk pintu dengan sangkur".
2. Penculikan Letjen Ahmad Yani, kesaksian terpenting adalah:
- "Ayah kami meninju salah satu Cakrabirawa yang berani membentak beliau........
- ......ayah kami diseret-seret. Mereka menarik kedua kaki ayah kami dan berlari menyeretnya," ujarnya.
3. Penculikan Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan, kesaksian terpenting adalah "..... si tentara memukul Panjaitan dengan gagang senapan, hingga ia tersungkur. Setelah itu, kejadian bergulir cepat. Dor! Dor! "Darah menyembur dari kepala Papi," kata Chaterine.
Kesimpulan Penulis:
1. Jelas ada tindak kekejian terjadi dari manusia yang hilang akal warasnya, Letjen Ahmad Yani tercatat diberondong oleh 10 peluru untuk membunuhnya.
2. Ada perbuatan kasar baik melalui ucapan dan tindakan.
3, Perbuatan kasar dan bar-bar itu tidak sebatas ketika para jenderal masih hidup, bahkan ketika mereka sudah meregang nyawapun masih diperlakukan tidak berperikemanusiaan.Â
4. Perbuatan kasar ini didemontrasikan secara telanjang dilakukan di rumah para jenderal dan didepan keluarga mereka, ironisnya oleh orang yang berpangkat lebih rendah. Â
Kesimpulan akhir dari penulis, di rumah jenderal itu saja pasukan pemberontak sudah memperlihatkan perilaku bengisnya,logikanya apalagi di markas mereka di Lubang Buaya. Sungguh pasti sangat memilukan dan tak terperikan apa yang terjadi oleh para jenderal yang masih dibawa hidup-hidup kesana.
Semoga jiwa mereka tenang beristirahat di alam baka...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H