Mohon tunggu...
F. Norman
F. Norman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Pemerhati Sosial dan Politik Amatiran....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dengan Singkong, Jutaan Rakyat Miskin Bisa Dientaskan, Ada dalam NAWACITA tapi Jokowi Melupakan

7 Oktober 2016   13:18 Diperbarui: 12 September 2017   08:03 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cover dokumen Nawacita (dok: KPU)
Cover dokumen Nawacita (dok: KPU)
 Jika saja Pemerintah menetapkan 20 persen bioethanol dicampur pada premium, maka diperlukan sekitar 6 juta kiloliter bioethanol setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian, dibutuhkan sekitar 6 kg singkong untuk menghasilkan 1 liter bioethanol, sehingga setahunnya diperlukan suplai 36 juta ton singkong dari petani. Jika HPP satu kilo harga singkong adalah Rp 1.000, maka akan mengalir uang kontan langsung ke penduduk miskin sebesar Rp 36 Triliun. Ini lebih besar dari dana desa tahun 2015 sebesar Rp 20 Triliun.

Bayangkan jika setiap 1 KK penduduk miskin mendapat hak menggarap tanah sebesar 2 hektar, dan setiap hektarnya dapat menghasilkan 30 ton singkong, maka pendapatan kotor setiap KK adalah Rp 60 juta pertahun atau Rp 5 juta perbulan dari berbudidaya singkong saja. Belum lagi jika mereka mendapatkan hasil dari menanam tanaman tumpang sari atau mendirikan usaha patungan untuk mengolah singkong menjadi bioethanol. 

Berapa lahan yang dibutuhkan? Pemerintah cukup menyediakan lahan seluas 1,2 – 1,5 juta hektar. Ini juga sejalan dengan Nawacita yang bahkan akan membagikan 9 juta hektar lahan bagi petani dan buruh tani. Dengan memberikan lahan 2 hektar per KK, kalau 1 KK terdiri dari 4 jiwa maka aka nada 2,4 - 3 juta jiwa yang secara langsung terangkat dari garis kemiskinan. Belum lagi efek berantai menggeliatnya perekonomian sekitar perkebunan singkong, akan ada sekian juta orang akan terangkat dari jurang kemiskinan. Ini sejalan dengan Nawacita yang mendorong pembanguanan dari desa/pinggiran. 

Sekarang tinggal apakah kemauan Pemerintah mau menangkap peluang ini, sebab ada lima sasaran Nawacita terwujud sekaligus dengan pengentaskan kemiskinan sebagai sasaran utama. Berikut dengan “bonus” yang berlimpah seperti; mengurangi laju devisa keluar negeri akibat impor minyak mentah atau premium, sampai menahan laju urbanisasi ke kota. Intinya singkong akan menggairahkan perekonomian nasional secara berkesinambungan sebab bioethanol adalah termasuk energi baru yang terbarukan (EBT).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun