Tanggal 9 Desember 2015 akan menjadi hari bersejarah bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah perjalanan demokrasi di Indonesia, pemilihan kepala daerah (pilkada) akan dilaksanakan secara serentak. Pilkada serentak yang pertama ini akan diikuti oleh 263 daerah di Indonesia, yang terdiri dari 9 propinsi, 219 kabupaten dan 35 kota. Para pemilih di daerah-daerah itu akan menentukan siapa calon kepala daerah terpilih yang akan menjalankan roda pemerintahan daerahnya selama 5 tahun ke depan. Berdasarkan data yang dihimpun dari KPU, pilkada serentak tanggal 9 Desember 2015 diikuti oleh 20 pasang calon Gubernur/Wakil Gubernur, 679 pasang calon Bupati/Wakil Bupati dan 108 pasang calon Walikota/Wakil Walikota. Total, ada 807 pasangan calon kepala daerah yang resmi mendaftar sebagai peserta pilkada serentak tanggal 9 Desember 2015.
Dari 807 pasangan yang mendaftar menjadi peserta pilkada serentak, hanya 263 pasang calon yang akan dinobatkan menjadi kepala daerah terpilih. Sebagai negara kesatuan yang menganut sistem pemerintahan otonomi daerah, kepala daerah adalah penentu laju pembangunan dan kualitas pemerintahan daerah. Pemerintah daerah adalah ujung tombak keberhasilan pembangunan nasional. Karena implementasi program-program pembangunan nasional akan bergantung pada kekuatan kepemimpinan daerah. Oleh karena itu penting untuk menempatkan para pemimpin berkarakter dan berjiwa negarawan untuk menjadi pemimpin-pemimpin di daerah.
Negarawan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, negarawan diartikan sebagai seorang ahli kenegaraan; ahli dalam menjalankan negara (pemerintahan); pemimpin politik yang secara taat asas menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan.
Thomas Jefferson mempunyai defenisi yang bagus untuk membedakan politikus dan negarawan. Menurutnya politikus hanya memikirkan bagaimana memenangkan pemilihan yang akan datang, sedangkan negarawan memikirkan kelangsungan generasi yang akan datang.
Seorang negarawan selalu berpikir untuk kemajuan bangsa dan negaranya. Apabila ia memiliki jabatan dan kekuasaan, maka ia akan menggunakan kewenangan dan sumber daya yang dimiliki untuk mewujudkan visi besarnya. Membangun fondasi dengan kepemimpinan berkarakter untuk kelangsungan generasi selanjutnya. Ia tidak hanya melakukan segala sesuatu dengan benar tetapi juga melakukan hal-hal yang benar.
Kawah Candradimuka
Seperti halnya kisah bayi Tetuka dalam cerita pewayangan yang diceburkan dan digembleng di dalam kawah candradimuka, bayi itu kemudian tampil sebagai ksatria perkasa yang kemudian dikenal dengan nama Gatotkaca. Atau kisah Bambang Wisanggeni yang sewaktu masih bayi diceburkan ke dalam kawah candradimuka oleh Dewasrani dengan maksud untuk membunuhnya. Namun Wisanggeni tidak mati, melainkan justru berubah menjadi ksatria mahasakti.
Kepemimpinan daerah adalah kawah candradimuka kepemimpinan nasional Indonesia. Dari kepemimpinan daerah akan tampil para pemimpin-pemimpin nasional Indonesia yang berkarakter negarawan. Karena dari kepemimpinan daerah seorang pemimpin mendapatkan pengalaman menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh rakyat secara langsung. Dari kepemimpinan daerah seorang kepala daerah belajar berinteraksi secara langsung dengan rakyatnya. Dari kepemimpinan daerah ia juga mengerti bagaimana menerapkan otonomi daerah, sehingga ketika ia memimpin satuan pemerintahan di atasnya ia mampu mensinkronkan daerah-daerah otonom agar bergerak dalam irama dan tujuan yang sama.
Kepemimpinan daerah sebagai kawah candradimuka kepemimpinan nasional mulai dibuktikan dengan tumbuhnya tunas-tunas baru kepemimpinan masa depan Indonesia. Daerah mulai menghasilkan kepala daerah dan pemimpin-pemipin kelas dunia. Nama-nama seperti Basuki Tjahaja Purnama, Tri Rismaharini, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo atau Bima Arya Sugiarto tampil sebagai pemimpin kelas dunia. Mereka tidak hanya berhasil menjalankan pembangunan dan roda pemerintahan daerahnya, tetapi juga berhasil mendapatkan penghargaan-penghargaan bertaraf internasional. Dan yang paling fenomenal adalah keberhasilan Joko Widodo menjadi Presiden Republik Indonesia setelah keberhasilan kepemimpinannya ketika dipercayakan rakyat menjadi walikota Solo dan gubernur DKI Jakarta. Rakyat mulai memberikan kepercayaan kepada para pemimpin daerah yang berhasil mengemban tugas dan amanah ketika memimpin pembangunan daerahnya untuk naik kelas. Naik kelas menjadi pemimpin nasional, naik kelas menjadi Presiden Republik Indonesia.
Menyemai Benih Negarawan
Pelaksanaan pilkada serentak di tengah menurunnya kepercayaan rakyat terhadap partai politik dan kebuntuan regenerasi kepemimpinan di dalam partai politik, harus membuat rakyat semakin cerdas dan militan. Kita bukan hanya sedang mencari sosok-sosok pemimpin negarawan dari 807 pasang calon kepala daerah yang akan mengikuti pilkada serentak tanggal 9 Desember 2015 yang akan datang. Tapi kita akan menyemai sebanyak mungkin pemimpin-pemimpin berkarakter negarawan yang akan menjadi benih-benih kepemimpinan daerah dan nasional di masa yang akan datang.
Seperti halnya tanah yang subur, kepemimpinan daerah adalah lahan yang sangat subur untuk menyemai benih yang terbaik. Kita akan menyemai benih-benih kepemimpinan itu menjadi pemimpin-pemimpin yang siap dipanen di masa yang akan datang. Apabila kita menyemai benih yang terbaik, benih itu akan tumbuh menghasilkan buah yang terbaik, buah yang dihasilkan dari kepemimpinan itu tentu akan berguna untuk kemajuan daerah, dan biji dari buah yang dihasilkan oleh kepemimpinan itu dapat disemai kembali untuk menghasilkan buah bagi generasi selanjutnya.
Kepemimpinan daerah adalah kawah candradimuka kepemimpinan nasional Republik Indonesia. Pilkada serentak tanggal 9 Desember 2015 harus dijadikan momentum untuk menyemai sebanyak mungkin tunas-tunas baru kepemimpinan daerah. Tunas-tunas yang akan tumbuh dan berbuah menjadi pemimpin nasional masa depan. Para pemimpin berkarakter negarawan yang selalu berpikir dan bertindak untuk kemajuan bangsa dan negaranya, berani bersikap benar dan selalu mempunyai visi dalam membangun untuk kelangsungan generasi selanjutnya. Karakter pemimpin yang tidak berpikir untuk sekedar memenangkan pemilihan, tapi juga merebut hati rakyat melalui program-program pembangunan yang mensejahterakan rakyatnya.
Keberhasilan pembangunan daerah kita ditentukan oleh pilihan kita pada tanggal 9 Desember 2015 yang akan datang. Kita harus mampu memilih benih-benih kepemimpinan daerah terbaik dari 807 pasang calon kepala daerah peserta pilkada serentak. Kualitas demokrasi beserta kualitas kepemimpinan yang dihasilkan oleh proses demokrasi ditentukan oleh kualitas para pemilihnya. Dalam menentukan pilihan, lebih dulu teliti rekam jejaknya, pelajari visi misi dan program-program pembangunannya dan awasi jalannya seluruh tahapan pemilihan.
Masa depan kepemimpinan nasional Republik Indonesia ditentukan oleh keberhasilan kita dalam menyemai benih-benih pemimpin negarawan dalam pilkada serentak yang akan datang. Kita tidak boleh salah memilih pemimpin. Pilihan kita yang akan menentukan masa depan pembangunan daerah kita. Daerah kuat, bangsa dan negara kuat. “Vox populi, vox Dei” suara rakyat, suara Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H