[Oh, Mbak kerjanya di Surabaya ya?]
[Tidak, Mas. Aku lagi pergi dari rumah. Tidak tahan tinggal di rumah. Ibu sama bapak tidak peduli sama anak-anaknya. Hobinya mereka berdua berantem mulu. Kakakku juga sama. Dia kerjanya sampai larut malam. Sehingga jarang sekali mengajakku ngobrol. Aku memakhluminya.]
Aku mencoba sabar memamahi apa yang sedang terjadi denganmu waktu itu. Meskipun aku tidak pernah mengalaminya sendiri. Setahuku, kebanyakan korban broken home selalu merasa benci kepada orangtuanya dan berani meninggalkan rumah.
Tak terasa seiring berjalannya waktu, kita sudah menghabiskan banyak obrolan lewat aplikasi itu. Dan kaupun ucapkan terima kasih balik.
[Terima kasih, Mas, sudah mau menjadi teman untukku. Kamu orangnya baik, Mas. Beda dengan kebanyakan laki-laki yang ku kenal. Mereka hanya modus. Ujung-ujungnya tercium juga niatnya kenalan sama aku, yaitu tergoda dengan tubuhku.]
Memang semenjak aku melihat fotomu yang mengenakan daster bawahnya sampai atas lutut. Kau begitu menggoda. Kau memiliki tubuh yang indah di mata para lelaki. Rambutmu yang terikat dengan poni miring memayungi raut wajahmu.Â
Posemu di atas motor dengan kaki kananmu naik di kaki kirimu sangat menawan. Tapi garis di wajahmu terbaca. Bahwa kau memang terlihat banyak dilumuri kepedihan. Bagiku, kau terlalu manis untuk dinistakan. Sebagai perwakilan, aku meminta maaf atas kelakuan para laki-laki hidung belang yang telah berbuat keji.
Kau jadi semakin terbuka semenjak mengenalku di sosmed itu. Hari itu, kali pertama kau mengunggah foto seorang lelaki.
Aku bertanya di kolom komentar.
[Jadi, dia pacarmu?].
[Benar, Mas.]
Balasmu singkat.
[Apa kamu baik-baik saja chatting-an sama aku. Aku takut saja. Nanti dikira mengganggu hubungan orang lain.]
[Tidak apa-apa, Mas. Kamu jangan menghindar dariku. Aku bahagia punya teman laki-laki sepertimu, Mas.]
Balasmu manja.
Kadang akupun jadi ingin genit sama kamu. Ah, apa beda jadinya aku sama kebanyakan laki-laki itu.
[Kalau punya masalah, apa tidak sebaiknya kamu ceritakan sama pacarmu?. Bukannya curhat sama orang lain sepertiku. Maaf, bukan maksud aku keberatan.]