PENDAHULUAN
Pada jenjang SMA, bahasa asing menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh siswa. Bahasa asing tersebut adalah bahasa inggris. Bahasa inggris sebagai bahasa asing yang global dan universal di dunia. Mempelajari bahasa asing adalah salah satu langkah awal yang baik untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain dalam lingkup internasional. Bahasa Inggris menjadi global lingua franca (bahasa penghubung) utama karena dua  hal, yaitu geografis-sejarah dan sosial- budaya. Bahasa  Inggris  menjadi bahasa utama dalam perdagangan, diplomasi, dan juga pendidikan di dunia.
Pada zaman mutakhir seperti sekarang ini, banyak penelitian dan sumber-sumber ilmu pengetahuan yang ditulis dan dipresentasikan dalam Bahasa Inggris. Sehingga, menguasai Bahasa Inggris dapat menjadi salah satu pintu untuk menguasai pengetahuan-pengetahuan mutakhir. Semenjak dahulu sampai sekarang, ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak ditulis menggunakan Bahasa Inggris. Ini mempengaruhi pengguna sumber-sumber dalam Bahasa Inggris seperti para akademisi dan siswa. Sumber-sumber ilmu pengetahuan yang ditulis dalam Bahasa Inggris dapat berupa buku, artikel, maupun jurnal. Hal ini menuntut mereka untuk bisa berbahasa Inggris secara tulisan maupun lisan. Seorang akademisi atau siswa akan diakui karya-karyanya secara luas bila mereka bisa menciptakan suatu terobosan yang bermanfaat bagi dunia yang biasanya ditulis atau dipresentasikan kepada masyarakat dunia menggunakan bahasa global, yakni Bahasa Inggris.
Bahasa Inggris digunakan tidak terbatas pada semua sektor, ini karena Bahasa Inggris sebagai penunjang sarana komunikasi seluruh warga dunia tentang berbagai lini. Dalam dunia pendidikan, Bahasa Inggris adalah bahasa  pengantar  dalam lingkup ilmu multidisipliner. Penggunaan Bahasa Inggris dalam bidang ilmu multidisipliner ini melahirkan English for Specific Purpose (ESP) yang berfokus pada pemerolehan keahlian profesional yang terintegerasi dengan beragam kecakapan, disipliner, dan praktik. Misalnya, Bahasa Inggris dalam dunia Pendidikan, Teknik, Kesehatan, Ekonomi, Hukum, Agama, dan lain-lain. ESP bertujuan untuk mempermudah komunikasi antar pelaku suatu bidang tertentu. Sehingga, pembelajaran ESP dalam dunia akademik sangat dianjurkan untuk digalakkan, mengingat setiap bidang selalu mengalami perkembangannya sendiri termasuk pendidikan yang berlatarbelakang keislaman.
Bahasa Inggris di SMAIT Ihsanul Fikri Mungkid
Dalam dunia pendidikan Bahasa Inggris mempunyai peran yang sangat penting, karena dengan bahasa inggris, dapat diibaratkan sebagai kunci untuk menguasai ilmu pengetahuan. kita dapat mempelajari ilmu pengetahuan yang menggunakan bahasa pengantar bahasa inggris. Sebagaimana yang kita ketahui, beberapa referensi pendidikan Islam menggunakan bahasa pengantar bahasa Arab, misalnya buku tentang kedokteran milik Ibnu Sina, tentang Matematika milik Al Jabar, tentang politik dan sejarah milik Ibnu Khaldun. Buku-buku mereka saat ini diajarkan di negara-negara barat misalnya di Jerman, Inggris, Canada, ataupun Amerika. Sehingga buku-buku mereka yang berbahasa Arab itu telah diadopsi dan diterjemahkan  dalam bahasa Inggris.
Dengan menguasai bahasa Inggris, kita juga dapat bertukar informasi tentang Islam, ilmu pengetahuan, ataupun keduanya yang lebih dikenal dengan Sains Islam. Dan juga kita dapat berdakwah dengan menggunakan tulisan-tulisan seperti artikel ataupun menyusun buku dalam bahasa Inggris berisikan kajian Islam, kemudian kita publikasikan ke dalam internet. Seperti yang kita tahu bahwa media internet sangat efektif sebagai alat penyebar informasi dan bahasa inggris adalah bahasa yang sering digunakan dalam internet. Maka dapat dipahami bahwa bahasa Inggris sangat penting dalam dunia pendidikan Islam.
Sebagai bahasa universal, bahasa Inggris dalam dunia pendidikan Islam adalah termasuk sebuah media komunikasi untuk berdakwah ke seluruh dunia terutama dunia Barat seperti Amerika dan Eropa. Kita tetap mempelajari Islam dengan menggunakan bahasa aslinya yaitu bahasa Arab, setelah itu kita dapat menyebarkan ke orang-orang non-muslim. Selain itu, alasan lain adalah bahasa Inggris juga sangat penting karena bahasa ini juga bisa digunakan sebagai media untuk menyelesaikan kesalahpahaman, misalnya bila terdapat seseorang atau beberapa orang non muslim Barat yang mengalami kesalahpahaman dalam mempelajari agama Islam, dan mereka tidak ataupun kurang mampu memahaminya, kita dapat membantu mereka dengan memberikan penjelasan tentang Islam dengan menggunakan bahasa Inggris. Dalam dunia pendidikan, masih terjadi beberapa hambatan dalam mengajarkan bahasa Inggris terutama  dalam pendidikan Islam. Masalah utamanya adalah masih kurangnya kesadaran siswa untuk mempelajari dan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa asing mereka. hal ini masih dikarenakan bahasa inggris dianggap sebagai suatu pelajaran yang sulit.
Selain dengan menggunakan cara tradisional, pengajaran bahasa inggris dapat menggunakan metode ceramah dalam mengajarkan bahasa Inggris. Ada cara-cara lain yang memungkinkan siswa lebih tertarik kepada bahasa  Inggris, misalnya sering menggunakan metode permainan, mengadakan music club, menyanyi bersama dengan lagu-lagu yang menggunakan bahasa Inggris, ataupun menonton film yang menggunakan bahasa Inggris setelah itu membahas film itu, baik dari segi cerita, karakter, budaya maupun hal-hal lain yang berhubungan dengan film itu dengan menggunakan bahasa Inggris bagi mahasiswa di perguruan tinggi islam.
Di Indonesia, Bahasa Inggris dilihat sebagai media yang penting untuk mengembangkan dan memacu pertumbuhan ekonomi, sehingga pengajaran bahasa Inggris diharapkan bisa membantu tercapainya tujuan tersebut  (Alisjahbana, 1990). Dalam bidang pengajaran Bahasa Inggris, penekanan diberikan untuk kebutuhan memahami naskah dan dokumen yang berhubungan dengan perkembangan teknologi (Alwasilah, 2005). Sementara itu, Rudiyanto (1988) mencatat banyaknya ilmuwan di Indonesia yang belajar di luar negeri untuk kepentingan pengembangan iptek. Mereka yang belajar di luar negeri membutuhkan sertifikat TOEFL (Test of English as a Foreign Language) yang menjadi persyaratan (Kareviati, 2004). Dewasa ini, bahasa Inggris di Indonesia semakin dibutuhkan dalam berbagai bidang seperti diplomasi, birokrasi, perdagangan, dan pariwisata, yang membutuhkan kontak langsung dengan pihak asing (Alisjahbana, 1990). Di Indonesia, pengajaran bahasa Inggris di institusi pendidikan ditekankan pada penggunaan bahasa Inggris untuk akademis (Bire, 1993). Dijelaskan lebih lanjut bahwa tradisi pengajaran bahasa Inggris di Indonesia menekankan siswa untuk menghafal kosakata dan menerjemahan. Tidak mengherankan pengajaran bahasa Inggris di negara kita lebih pada membaca dan menerjemahkan (Rudiyanto, 1988). Penekanan pada tata bahasa dan keterampilan membaca dapat mempermudah pelaksanaan ujian karena aspek-aspek bahasa yang ditanyakan lebih mudah dinilai (Harmer, 2001).
Urgensi Bahasa Inggris Sebagai Mata Pelajaran di SMAIT Ihsanul Fikri Mungkid
Pada abad ini, Bahasa Inggris menjadi bahasa global dunia. Di dunia manapun seseorang berada, selama menggunakan Bahasa Inggris maka komunikasi akan dipahami oleh lawan bicaranya. Seperti contoh di beberapa tempat wisata, semua pengunjung Internasional menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa utama dalam berkomunikasi dengan masyarakat lokal. Begitu juga, apabila berkunjung ke negara lain maka bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa global, Bahasa Inggris. Bahasa Inggris tidak hanya menjadi bahasa internasional yang hanya digunakan ketika terjadi komunikasi antara dua orang yang berasal dari dua negara atau lebih. Seperti contoh, Bahasa Arab, yang merupakan bahasa internasional, digunakan ketika orang dari negara yang berbeda bertemu dengan orang  Arab. Berbeda dengan Bahasa Inggris yang penggunaanya menyebar di seluruh dunia sekalipun tidak ada hubungannya sama sekali dengan negara-negara yang berbahasa Inggris. Dengan kata lain, Bahasa Inggris adalah lingua franca dunia yang menjadi alat komunikasi antara orang-orang yang  berbeda negara.
Sebagai bahasa global, tentu penggunaannya bukan hanya sebagai media berkomunikasi secara verbal, melainkan juga dalam berbagai segi kehidupan seperti bahasa pemprograman komputer, buku panduan produk, sumber-sumber pendidikan, ekonomi dan lain- lain. Bahkan, dalam kurikulum pendidikan, Bahasa Inggris tidak hanya diajarkan di negara yang berbahasa Inggris sebagai bahasa utama, tetapi hampir di semua negara di seluruh dunia. Dengan penggunaan yang sangat masif hampir di seluruh aspek kehidupan, maka mempelajari Bahasa Inggris menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipungkiri.
Berangkat dari kerangka ini, maka upaya pendidikan yang dilakukan suatu bangsa selalu memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang. Bahasa Inggris untuk bekal di dunia akademik agar mampu bersaing dan dapat menghadapi era globalisasi. Pada zaman globalisasi sekarang, kita tidak hanya dituntut untuk mempelajari pendidikan yang bersifat universal. Karena kita tidak hidup sendirian tapi bermasyarakat,  kita tidak hidup di negara yang hanya satu-satunya di dunia, melainkan bertetangga. Dalam bertetangga pasti ada hubungan, dalam hubungan pasti ada komunikasi dan dalam komunikasi pasti ada bahasa. Bahasa apakah yang akan kita gunakan dalam berkomunikasi dengan Negara lain? atau mempelajari ilmu atau buku-buku dari negara lain yang tidak se-bahasa dengan kita? Tentunya dunia sudah menetapkan satu bahasa internasional pemersatu antarnegara untuk melakukan komunikasi, yaitu Bahasa Inggris. Sebenarnya, pembelajaran Bahasa Inggris di jenjang SMA sebanyak 4 jam pelajaran atau berapa pun mampu mengundang pertanyaan mendasar, apakah pembelajaran ini ditujukan untuk kepentingan siswa selama sekolah ataukah kepentingan ujian? Pertanyaan ini berkaitan dengan kapan bahasa Inggris akan diajarkan.  Jika untukkepentingan siswa selama sekolah, kemampuan berbahasa Inggris seharusnya menjadi syarat bagi calon siswa untuk  menempuh studi. Sebab selama sekolah para siswa berhadapan dengan literatur- literatur berbahasa Inggris, berkesempatan mengikuti program kegiatan-kegiatan internasional yang mensyaratkan kemampuan berbahasa Inggris. Artinya, siswa yang tidak dapat berbahasa Inggris tentu  tidak akan mampu mengikuti program dan kegiatan itu dengan optimal.
Kemampuan dasar berbahasa Inggris mencakup membaca (reading), mendengar (listening), menulis (writing), dan berbicara (speaking). Keempat kemampuan dasar ini merupakan keterampilan (skill) dan berada pada ranah psikomotor. Maka, pengajaran bahasa Inggris seharusnya menekankan pada keterampilan reading, listening, writing dan speaking, bukan pada pengetahuan tentang bahasa Inggris. Sampai sekarang, pembelajaran bahasa Inggris di SMP hingga perguruan tinggi menekankan pada pengetahuan tentang bahasa Inggris. Evaluasinya terfokus pada pengetahuan, bukan keterampilan berbahasa. Titik tekan dan fokus ini menjadi salah satu penyebab kegagalan pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia. Kritik terhadap pembelajaran bahasa Inggris sudah lama sekali mengemuka, tetapi lagi-lagi solusinya tidak efektif.
Dilihat dari fungsinya di dalam kurikulum, ESP di jenjang SMA baik dari guru dan siswa menganggap bahwa Bahasa Inggris hanya sebagai salah satu mata pelajaran yang tidak begitu penting dan hanya diajarkan sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan kurikulum nasional. Dilihat dari manfaatnya, pengajaran ESP di SMAIT Ihsanul Fikri Mungkid tidak begitu terlihat, ini ditandai dengan kurangnya penguasaan materi pembelajaran Bahasa Inggris yang mengacu kepada unsur-unsur keislaman. Siswa hanya menangkap materi pembelajaran hanya sebatas penguasaan kosakata gramatika Bahasa Inggris secara umum saja. Padahal dilihat dari tekanan esensinya, pengajaran Bahasa Inggris di SMA diarahkan kepada kemampuan siswa dalam membaca, menulis, dan menyimak berbagai hal yang berkaitan dengan faktor keislaman.
METODOLOGI
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksudkan di sini adalah untuk melihat, meninjau, dan mengambarkan tentang objek yang diteliti seperti apa adanya tanpa melakukan pengontrolan terhadap suatu perlakuan dan akhirnya menarik suatu kesimpulan tentang hal tersebut. Data yang diperoleh dari lapangan akan dideskripsikan melalui kata-kata oleh penulis. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi (ketika penelitian sedang berlangsung) dan menyajikan apa adanya. Sehingga dalam penelitian ini tidak perlu menguji hipotesis dan membuat ramalan  hasil.
Dalam pengumpulan data pada penelitian ini digunakan metode Trianggulasi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain observasi, teknik dokumentasi dan wawancara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persepsi Tentang Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMAIT Ihsanul Fikri Mungkid
Pelaksanaan mata pelajaran bahasa Inggris ini cenderung ditafsirkan dan dilaksanakan secara berbeda - beda. Siswa ada yang menganggapnya sebagai mata pelajaran yang berisi materi bahasa Inggris umum yang berisi pengetahuan dasar bahasa Inggris umum dengan berbagai unsur dan keterampilannya. Sebaliknya, ada pula yang berpendapat bahwa mata pelajaran ini adalah untuk tujuan khusus yang disesuaikan dengan bidang studi siswa, sekalipun dalam pelaksanaannya cenderung belum mencerminkan esensinya sebagai mata pelajaran untuk tujuan tertentu.
Bidang pengajaran Bahasa Inggris dengan tujuan tertentu atau lebih  dikenal dengan English for Specific Purpose (ESP) merupakan bidang pengajaran bahasa Inggris yang sudah lama. English for Specific Purpose (ESP) adalah pengajaran bahasa Inggris untuk tujuan-tujuan tertentu. Hutchinson dan Waters (1987: 19) mendefinisikan "ESP is an  approach  to  language teaching in which all decisions as to content and method are based on the learner's reason for learning". Dari  pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ESP adalah suatu pendekatan dalam pengajaran yang mengedepankan kebutuhan atau alasan si pembelajar mempelajari bahasa Inggris. ESP digambarkan sebagai pengajaran bahasa Inggris untuk tujuan tujuan tertentu yang dapat dikhususkan. Namun ahli lainnya menggambarkan bahwa ESP adalah pengajaran bahasa Inggris yang dilaksanakan pada studi-studi akademik atau pengajaran Bahasa Inggris untuk tujuan pekerjaan tertentu atau untuk tujuan profesi tertentu.
Materi ajar memegang peranan penting dalam upaya pencapaian suatu tujuan pengajaran. Begitu besarnya peran materi ajar sehingga Tomlinson (1998) menyatakan bahwa bidang apa pun yang diajar dalam kerangka pengajaran yang berpusat pada pelajar, materi ajar merupakan yang terpenting. Selain materi ajar, tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran.
Pada dasarnya esensi tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan dirumuskan dalam bentuk deskripsi yang spesifik. Berikutnya  yang  tidak kalah penting dalam pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran. Jack C. Richard mengutip pendapat Anthony (1986:15) mengatakan pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yakni serangkaian asumsi yang bersifat aksiomatis tentang sifat dan hakikat bahasa sedangkan metode merupakan rencana menyeluruh mengenai penyajian materi pengajaran bahasa secara teratur dan didasarkan atas suatu pendekatan yang dipilih. Selain itu, Hamalik dalam Arsyad (2007:15) mengemukakan bahwa penggunaan media pembelajaran dalam proses belejar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baik, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Pendapat yang sama  juga dikemukakan oleh Syandri (2015:5) bahwa "using media can attract the students' attentions, give the students spirit to ask questions, and help the teachers explain the materials. Fourth, all the students have positive attitudes towards the used of visual media in the instructional process because they can understand the materials better and were not bored during the instructional process". Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Terakhir di dalam komponen pembelajaran adalah evaluasi. Menurut Gagne (1979:82) setiap guru atau perancang pembelajaran pasti ingin mendapatkan kepastian bahwa kegiatan belajar mengajarnya selama kurun waktu tertentu memiliki nilai guna bagi proses pembelajaran. Setidaknya guru ingin mengetahui apakah rancangan pelajarannya berhasil dan mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran Bahasa Inggris dalam konteks ESP (English for Spesific Purpose) di SMAIT Ihsanul Fikri Mungkid bertujuan agar siswa  mampu menggunakan bahasa Inggris baik secara tertulis maupun lisan dalam memahami bacaan dalam teks berbahasa Inggris. Tujuan pembelajaran tersebut sesuai dengan pembelajaran bahasa Inggris yang terbagi atas bahasa Inggris, Bahasa Inggris profesi, dan ada juga Bahasa Inggris studi naskah Bahasa Inggris. Secara khusus tujuan pembelajaran Bahasa Inggris adalah agar siswa dapat memahami Tata Bahasa (grammar) dasar Bahasa Inggris dan kemampuan dasar membaca (pengajaran Bahasa Inggris secara umum), tujuan yang mengacu kepada pengajaran ESP adalah siswa diharapkan memiliki pengetahuan tentang struktur kalimat dalam bahasa Inggris, teknik-teknik pemahaman bacaan teks-teks yang ditulis dalam bahasa Inggris, serta mampu memahami makna kosa kata dalam konteks kajian Islam (pengajaran bahasa Ingris untuk tujuan tujuan khusus). Siswa mampu memahami grammar bahasa Inggris dan buku-buku serta artikel yang berhubungan dengan science dan technologi. Siswa diharapkan memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif sesuai dengan mutu nasional dan internasional yang berbasis kompetensi, terutama dalam membangun dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan Bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan yang mencakup: listening, speaking, reading, dan writing.
Tujuan speaking and listening mencakup kemampuan siswa untuk memahami dan mengungkapkan informasi dalam komunikasi lisan, dan meliputi fonologi bahasa Inggris, penekanan kata dan kalimat, ritme dan intonasi, dan informasi yang disampaikan lewat sistem-sistem tersebut. Tujuan reading adalah mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam memahami, mengartikan, merefleksikan, menanggapi dan menikmati teks-teks tulis. Sedangkan dalam dimensi writing, tujuannya adalah untuk mengenalkan Bahasa Inggris tertulis pada siswa, termasuk kemampuan menyusun dan menyajikan berbagai jenis teks. Tujuan ini juga meliputi perkembangan sistem bunyi-simbol dalam Bahasa Inggris, kosakata, dan tata bahasa. Keempat keterampilan berbahasa yang ada dalam pembelajaran Bahasa Inggris di atas lebih ditekankan pada reading competency guna memahami teks-teks keagamaan, hukum, ekonomi, sosial, politik, atau disiplin ilmu lain. Mengembangkan kemampuan menyerap kosakata bahasa Inggris serta mengembangkan pemahaman teks bacaan.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru dalam menyampaikan proses pembelajaran menggunakan pendekatan, metode, dan teknik. Dengan adanya pendekatan, metode, dan teknik kegiatan pembelajaran akan dapat berwarna/ bervariasi dan kegiatan tersebut juga dapat terlaksana dengan baik. Menurut Subana dan Sunarti (2011) Istilah pendekatan (approach) sering dikaitkan dengan metode (method) dan teknik (technique). Semua istilah itu merupakan tiga aspek yang saling berkaitan. Pendekatan digunakan untuk merujuk pada rancang bangun  silabus (syllabus design) dan pendekatan bersifat filosofis/aksioma, sedangkan metode merupakan cara melaksanakan pembelajaran. Lain halnya dengan teknik yang mengandung pengertian berbagai cara dan alat yang digunakan guru dalam kelas. Dengan demikian, teknik adalah daya upaya, usaha, cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pengajaran.
Apabila merujuk kepada pengertian di atas, sudah tentu guru memahami cara menggunakan dan menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan materi ajar yang digunakan. Materi ajar yang digunakan akan dapat tuntas dan dapat dipahami oleh siswa apabila guru dapat menerapkan metode pembelajaran secara tepat dan efektif. Berdasarkan hasil observasi dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di kelas terlihat bahwa sebagian besar guru sudah menggunakan berbagai metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student centered learning). Hal ini terlihat dari penggunaan metode pembelajaran role playing, active learning, discussion, presentation, dan lain-lain. Selain menggunakan metode pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (student centered learning), pembelajaran bahasa Inggris pada hampir seluruh sekolah sebagian besar menggunakan metode pembelajaran yang berpusat kepada guru. Hal ini terlihat dengan masih secara dominannya guru menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran. Selain itu juga, terlihat guru masih menggunakan metode penugasan, presentasi, latihan, audiolingual, dan lain sebagainya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Melihat fenomena bahwa pembahasan isu-isu pada saat ini banyak menggunakan Bahasa Inggris, sudah menjadi kemestian bahwa siswa perlu menguasai Bahasa Inggris sebagai alat untuk mengetahui isu kekinian serta untuk menerbitkan hasil pemikiran dan penelitiannya. Dalam sebuah proses pembelajaran, perspektif dari setiap individu sangat berperan dalam proses pencapaian tujuan dari pembelajaran yang dilakukan. Perspektif akan berpengaruh terhadap perilaku, sikap, respon dan motivasi yang dimiliki. Dengan kata lain, perspektif yang positif terhadap sesuatu akan membuat seseorang memiliki motivasi untuk mewujudkan sesuatu tersebut. Seperti contoh, ketika seseorang memiliki perspektif yang positif terhadap Bahasa Inggris, maka mereka akan berupaya untuk mempelajari dan menguasainya dengan mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dengan baik atau bahkan akan mencari sumber-sumber lain atau aktifitas tambahan untuk meningkatkan kemampuannya.
Begitu pula sebaliknya, ketika seseorang bersikap apatis terhadap Bahasa Inggris, maka sikap malas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran akan timbul. Dampak yang akan timbul kemudian ialah bahwa siswa tersebut tidak akan berpartisipasi secara maksimal di dalam pembelajaran untuk mengikuti mata pelajaran bahasa Inggris.
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, Sutan Takdir. (1990). The teaching of English in Indonesia. Dalam James Britton, Roberts E.Syeffer and Ken Watson (Eds.). Teaching and Learning English Worldwide. hal: 315- 327. Multilingual Matters: Philadelphia.
Alwasilah, A. Chaedar. (2005). "Ada Apa dengan Ilmu Bahasa?". Pikiran Rakyat (12 Maret 2005).
Arsyad, Azhar. (2008). Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. David Crystal, Â (1997). English as a global language. Cambridge: Cambridge University Press.
Gagne, Robert. (1979). Principle of Instructional Design, Hoit: Rinehart and Winton.
Hutchinson T. & A. Waters(1987) English for Specific Purposes: A Â learning Centred Approach, Cambridge: Cambridge university Press.
Nunan, David. (2003). Practical English Language Teaching. New York: McGraw-Hill.
Richards, JackC & Theodore S. Rodgers, ( 2000). Approaches and Methods in Language Teaching, UK: Cambridge University Press.
Spradley, James P. (1997). Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Subana dan Sunarti (2011). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Syandri, Gusmaizal. (2015:5) A Case Study on the Used of Visual Media in English Instructional Process at State Islamic Secondary School 1 Malang. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME) e-ISSN: 2320--7388,p-ISSN: 2320--737X Volume 5, Issue 4 Ver. I (Jul - Aug. 2015), PP 46-56 www.iosrjournals.org
Tomlinson, B. (1998). Materials Development in Language teaching, Cambridge: Cambridge University Press.
Zuliati Rohmah, (2015) . "English as global Language", Journal Bahasa dan Seni, (Universitas Negeri Malang).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H