Bidang pengajaran Bahasa Inggris dengan tujuan tertentu atau lebih  dikenal dengan English for Specific Purpose (ESP) merupakan bidang pengajaran bahasa Inggris yang sudah lama. English for Specific Purpose (ESP) adalah pengajaran bahasa Inggris untuk tujuan-tujuan tertentu. Hutchinson dan Waters (1987: 19) mendefinisikan "ESP is an  approach  to  language teaching in which all decisions as to content and method are based on the learner's reason for learning". Dari  pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ESP adalah suatu pendekatan dalam pengajaran yang mengedepankan kebutuhan atau alasan si pembelajar mempelajari bahasa Inggris. ESP digambarkan sebagai pengajaran bahasa Inggris untuk tujuan tujuan tertentu yang dapat dikhususkan. Namun ahli lainnya menggambarkan bahwa ESP adalah pengajaran bahasa Inggris yang dilaksanakan pada studi-studi akademik atau pengajaran Bahasa Inggris untuk tujuan pekerjaan tertentu atau untuk tujuan profesi tertentu.
Materi ajar memegang peranan penting dalam upaya pencapaian suatu tujuan pengajaran. Begitu besarnya peran materi ajar sehingga Tomlinson (1998) menyatakan bahwa bidang apa pun yang diajar dalam kerangka pengajaran yang berpusat pada pelajar, materi ajar merupakan yang terpenting. Selain materi ajar, tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran.
Pada dasarnya esensi tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan dirumuskan dalam bentuk deskripsi yang spesifik. Berikutnya  yang  tidak kalah penting dalam pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran. Jack C. Richard mengutip pendapat Anthony (1986:15) mengatakan pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yakni serangkaian asumsi yang bersifat aksiomatis tentang sifat dan hakikat bahasa sedangkan metode merupakan rencana menyeluruh mengenai penyajian materi pengajaran bahasa secara teratur dan didasarkan atas suatu pendekatan yang dipilih. Selain itu, Hamalik dalam Arsyad (2007:15) mengemukakan bahwa penggunaan media pembelajaran dalam proses belejar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baik, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Pendapat yang sama  juga dikemukakan oleh Syandri (2015:5) bahwa "using media can attract the students' attentions, give the students spirit to ask questions, and help the teachers explain the materials. Fourth, all the students have positive attitudes towards the used of visual media in the instructional process because they can understand the materials better and were not bored during the instructional process". Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Terakhir di dalam komponen pembelajaran adalah evaluasi. Menurut Gagne (1979:82) setiap guru atau perancang pembelajaran pasti ingin mendapatkan kepastian bahwa kegiatan belajar mengajarnya selama kurun waktu tertentu memiliki nilai guna bagi proses pembelajaran. Setidaknya guru ingin mengetahui apakah rancangan pelajarannya berhasil dan mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran Bahasa Inggris dalam konteks ESP (English for Spesific Purpose) di SMAIT Ihsanul Fikri Mungkid bertujuan agar siswa  mampu menggunakan bahasa Inggris baik secara tertulis maupun lisan dalam memahami bacaan dalam teks berbahasa Inggris. Tujuan pembelajaran tersebut sesuai dengan pembelajaran bahasa Inggris yang terbagi atas bahasa Inggris, Bahasa Inggris profesi, dan ada juga Bahasa Inggris studi naskah Bahasa Inggris. Secara khusus tujuan pembelajaran Bahasa Inggris adalah agar siswa dapat memahami Tata Bahasa (grammar) dasar Bahasa Inggris dan kemampuan dasar membaca (pengajaran Bahasa Inggris secara umum), tujuan yang mengacu kepada pengajaran ESP adalah siswa diharapkan memiliki pengetahuan tentang struktur kalimat dalam bahasa Inggris, teknik-teknik pemahaman bacaan teks-teks yang ditulis dalam bahasa Inggris, serta mampu memahami makna kosa kata dalam konteks kajian Islam (pengajaran bahasa Ingris untuk tujuan tujuan khusus). Siswa mampu memahami grammar bahasa Inggris dan buku-buku serta artikel yang berhubungan dengan science dan technologi. Siswa diharapkan memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif sesuai dengan mutu nasional dan internasional yang berbasis kompetensi, terutama dalam membangun dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan Bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan yang mencakup: listening, speaking, reading, dan writing.
Tujuan speaking and listening mencakup kemampuan siswa untuk memahami dan mengungkapkan informasi dalam komunikasi lisan, dan meliputi fonologi bahasa Inggris, penekanan kata dan kalimat, ritme dan intonasi, dan informasi yang disampaikan lewat sistem-sistem tersebut. Tujuan reading adalah mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam memahami, mengartikan, merefleksikan, menanggapi dan menikmati teks-teks tulis. Sedangkan dalam dimensi writing, tujuannya adalah untuk mengenalkan Bahasa Inggris tertulis pada siswa, termasuk kemampuan menyusun dan menyajikan berbagai jenis teks. Tujuan ini juga meliputi perkembangan sistem bunyi-simbol dalam Bahasa Inggris, kosakata, dan tata bahasa. Keempat keterampilan berbahasa yang ada dalam pembelajaran Bahasa Inggris di atas lebih ditekankan pada reading competency guna memahami teks-teks keagamaan, hukum, ekonomi, sosial, politik, atau disiplin ilmu lain. Mengembangkan kemampuan menyerap kosakata bahasa Inggris serta mengembangkan pemahaman teks bacaan.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru dalam menyampaikan proses pembelajaran menggunakan pendekatan, metode, dan teknik. Dengan adanya pendekatan, metode, dan teknik kegiatan pembelajaran akan dapat berwarna/ bervariasi dan kegiatan tersebut juga dapat terlaksana dengan baik. Menurut Subana dan Sunarti (2011) Istilah pendekatan (approach) sering dikaitkan dengan metode (method) dan teknik (technique). Semua istilah itu merupakan tiga aspek yang saling berkaitan. Pendekatan digunakan untuk merujuk pada rancang bangun  silabus (syllabus design) dan pendekatan bersifat filosofis/aksioma, sedangkan metode merupakan cara melaksanakan pembelajaran. Lain halnya dengan teknik yang mengandung pengertian berbagai cara dan alat yang digunakan guru dalam kelas. Dengan demikian, teknik adalah daya upaya, usaha, cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pengajaran.
Apabila merujuk kepada pengertian di atas, sudah tentu guru memahami cara menggunakan dan menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan materi ajar yang digunakan. Materi ajar yang digunakan akan dapat tuntas dan dapat dipahami oleh siswa apabila guru dapat menerapkan metode pembelajaran secara tepat dan efektif. Berdasarkan hasil observasi dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di kelas terlihat bahwa sebagian besar guru sudah menggunakan berbagai metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student centered learning). Hal ini terlihat dari penggunaan metode pembelajaran role playing, active learning, discussion, presentation, dan lain-lain. Selain menggunakan metode pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (student centered learning), pembelajaran bahasa Inggris pada hampir seluruh sekolah sebagian besar menggunakan metode pembelajaran yang berpusat kepada guru. Hal ini terlihat dengan masih secara dominannya guru menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran. Selain itu juga, terlihat guru masih menggunakan metode penugasan, presentasi, latihan, audiolingual, dan lain sebagainya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Melihat fenomena bahwa pembahasan isu-isu pada saat ini banyak menggunakan Bahasa Inggris, sudah menjadi kemestian bahwa siswa perlu menguasai Bahasa Inggris sebagai alat untuk mengetahui isu kekinian serta untuk menerbitkan hasil pemikiran dan penelitiannya. Dalam sebuah proses pembelajaran, perspektif dari setiap individu sangat berperan dalam proses pencapaian tujuan dari pembelajaran yang dilakukan. Perspektif akan berpengaruh terhadap perilaku, sikap, respon dan motivasi yang dimiliki. Dengan kata lain, perspektif yang positif terhadap sesuatu akan membuat seseorang memiliki motivasi untuk mewujudkan sesuatu tersebut. Seperti contoh, ketika seseorang memiliki perspektif yang positif terhadap Bahasa Inggris, maka mereka akan berupaya untuk mempelajari dan menguasainya dengan mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dengan baik atau bahkan akan mencari sumber-sumber lain atau aktifitas tambahan untuk meningkatkan kemampuannya.
Begitu pula sebaliknya, ketika seseorang bersikap apatis terhadap Bahasa Inggris, maka sikap malas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran akan timbul. Dampak yang akan timbul kemudian ialah bahwa siswa tersebut tidak akan berpartisipasi secara maksimal di dalam pembelajaran untuk mengikuti mata pelajaran bahasa Inggris.
DAFTAR PUSTAKA