Pada abad ini, Bahasa Inggris menjadi bahasa global dunia. Di dunia manapun seseorang berada, selama menggunakan Bahasa Inggris maka komunikasi akan dipahami oleh lawan bicaranya. Seperti contoh di beberapa tempat wisata, semua pengunjung Internasional menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa utama dalam berkomunikasi dengan masyarakat lokal. Begitu juga, apabila berkunjung ke negara lain maka bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa global, Bahasa Inggris. Bahasa Inggris tidak hanya menjadi bahasa internasional yang hanya digunakan ketika terjadi komunikasi antara dua orang yang berasal dari dua negara atau lebih. Seperti contoh, Bahasa Arab, yang merupakan bahasa internasional, digunakan ketika orang dari negara yang berbeda bertemu dengan orang  Arab. Berbeda dengan Bahasa Inggris yang penggunaanya menyebar di seluruh dunia sekalipun tidak ada hubungannya sama sekali dengan negara-negara yang berbahasa Inggris. Dengan kata lain, Bahasa Inggris adalah lingua franca dunia yang menjadi alat komunikasi antara orang-orang yang  berbeda negara.
Sebagai bahasa global, tentu penggunaannya bukan hanya sebagai media berkomunikasi secara verbal, melainkan juga dalam berbagai segi kehidupan seperti bahasa pemprograman komputer, buku panduan produk, sumber-sumber pendidikan, ekonomi dan lain- lain. Bahkan, dalam kurikulum pendidikan, Bahasa Inggris tidak hanya diajarkan di negara yang berbahasa Inggris sebagai bahasa utama, tetapi hampir di semua negara di seluruh dunia. Dengan penggunaan yang sangat masif hampir di seluruh aspek kehidupan, maka mempelajari Bahasa Inggris menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipungkiri.
Berangkat dari kerangka ini, maka upaya pendidikan yang dilakukan suatu bangsa selalu memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang. Bahasa Inggris untuk bekal di dunia akademik agar mampu bersaing dan dapat menghadapi era globalisasi. Pada zaman globalisasi sekarang, kita tidak hanya dituntut untuk mempelajari pendidikan yang bersifat universal. Karena kita tidak hidup sendirian tapi bermasyarakat,  kita tidak hidup di negara yang hanya satu-satunya di dunia, melainkan bertetangga. Dalam bertetangga pasti ada hubungan, dalam hubungan pasti ada komunikasi dan dalam komunikasi pasti ada bahasa. Bahasa apakah yang akan kita gunakan dalam berkomunikasi dengan Negara lain? atau mempelajari ilmu atau buku-buku dari negara lain yang tidak se-bahasa dengan kita? Tentunya dunia sudah menetapkan satu bahasa internasional pemersatu antarnegara untuk melakukan komunikasi, yaitu Bahasa Inggris. Sebenarnya, pembelajaran Bahasa Inggris di jenjang SMA sebanyak 4 jam pelajaran atau berapa pun mampu mengundang pertanyaan mendasar, apakah pembelajaran ini ditujukan untuk kepentingan siswa selama sekolah ataukah kepentingan ujian? Pertanyaan ini berkaitan dengan kapan bahasa Inggris akan diajarkan.  Jika untukkepentingan siswa selama sekolah, kemampuan berbahasa Inggris seharusnya menjadi syarat bagi calon siswa untuk  menempuh studi. Sebab selama sekolah para siswa berhadapan dengan literatur- literatur berbahasa Inggris, berkesempatan mengikuti program kegiatan-kegiatan internasional yang mensyaratkan kemampuan berbahasa Inggris. Artinya, siswa yang tidak dapat berbahasa Inggris tentu  tidak akan mampu mengikuti program dan kegiatan itu dengan optimal.
Kemampuan dasar berbahasa Inggris mencakup membaca (reading), mendengar (listening), menulis (writing), dan berbicara (speaking). Keempat kemampuan dasar ini merupakan keterampilan (skill) dan berada pada ranah psikomotor. Maka, pengajaran bahasa Inggris seharusnya menekankan pada keterampilan reading, listening, writing dan speaking, bukan pada pengetahuan tentang bahasa Inggris. Sampai sekarang, pembelajaran bahasa Inggris di SMP hingga perguruan tinggi menekankan pada pengetahuan tentang bahasa Inggris. Evaluasinya terfokus pada pengetahuan, bukan keterampilan berbahasa. Titik tekan dan fokus ini menjadi salah satu penyebab kegagalan pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia. Kritik terhadap pembelajaran bahasa Inggris sudah lama sekali mengemuka, tetapi lagi-lagi solusinya tidak efektif.
Dilihat dari fungsinya di dalam kurikulum, ESP di jenjang SMA baik dari guru dan siswa menganggap bahwa Bahasa Inggris hanya sebagai salah satu mata pelajaran yang tidak begitu penting dan hanya diajarkan sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan kurikulum nasional. Dilihat dari manfaatnya, pengajaran ESP di SMAIT Ihsanul Fikri Mungkid tidak begitu terlihat, ini ditandai dengan kurangnya penguasaan materi pembelajaran Bahasa Inggris yang mengacu kepada unsur-unsur keislaman. Siswa hanya menangkap materi pembelajaran hanya sebatas penguasaan kosakata gramatika Bahasa Inggris secara umum saja. Padahal dilihat dari tekanan esensinya, pengajaran Bahasa Inggris di SMA diarahkan kepada kemampuan siswa dalam membaca, menulis, dan menyimak berbagai hal yang berkaitan dengan faktor keislaman.
METODOLOGI
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksudkan di sini adalah untuk melihat, meninjau, dan mengambarkan tentang objek yang diteliti seperti apa adanya tanpa melakukan pengontrolan terhadap suatu perlakuan dan akhirnya menarik suatu kesimpulan tentang hal tersebut. Data yang diperoleh dari lapangan akan dideskripsikan melalui kata-kata oleh penulis. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi (ketika penelitian sedang berlangsung) dan menyajikan apa adanya. Sehingga dalam penelitian ini tidak perlu menguji hipotesis dan membuat ramalan  hasil.
Dalam pengumpulan data pada penelitian ini digunakan metode Trianggulasi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain observasi, teknik dokumentasi dan wawancara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persepsi Tentang Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMAIT Ihsanul Fikri Mungkid
Pelaksanaan mata pelajaran bahasa Inggris ini cenderung ditafsirkan dan dilaksanakan secara berbeda - beda. Siswa ada yang menganggapnya sebagai mata pelajaran yang berisi materi bahasa Inggris umum yang berisi pengetahuan dasar bahasa Inggris umum dengan berbagai unsur dan keterampilannya. Sebaliknya, ada pula yang berpendapat bahwa mata pelajaran ini adalah untuk tujuan khusus yang disesuaikan dengan bidang studi siswa, sekalipun dalam pelaksanaannya cenderung belum mencerminkan esensinya sebagai mata pelajaran untuk tujuan tertentu.