Mohon tunggu...
Feri Nata
Feri Nata Mohon Tunggu... Guru -

Guru di Sekolah Kristen Calvin, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekolah Kristen Calvin Membangun Kisah Kehidupan

16 Agustus 2017   21:49 Diperbarui: 17 Agustus 2017   22:06 4656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Modernisme mereduksi manusia menjadi sangat sederhana. Dalam pandangan modern, manusia diwakili oleh rasionya. Orang tahu yang benar akan melakukan yang benar. Orang tahu sesuatu yang baik akan menginginkan hal yang baik itu. Namun, faktanya manusia tidak selalu berpikir dalam menentukan pilihan dan melakukan sesuatu. Dalam kebudayaan kita, kita hampir tidak pernah mempertanyakan mengapa mandi perlu dua kali sehari. Pada zamannya, orang sekelas Raja Louis XIV hanya mandi dua kali seumur hidupnya. Banyak hal yang kita terima begitu saja dari kebudayaan kita. Bahkan, banyak dari kita tahu hal yang baik dan benar, tetapi memilih untuk melakukan hal sebaliknya yang salah dan buruk.

Manusia tidak serta-merta berubah menjadi baik hanya dengan diberikan pengetahuan. Kita juga mendapati bahwa Alkitab tidak hanya berisi pernyataan hal yang harus kita lakukan dan tidak boleh kita lakukan. Alkitab berisi kisah-kisah yang bukan hanya membangun pengetahuan kita, tetapi juga membangkitkan "rasa" dalam hati kita. Hal inilah yang mendasari pendekatan Sekolah Kristen Calvin dalam mendidik siswa-siswinya. Sekolah Kristen Calvin tidak hanya mengisi otak siswa-siswi dengan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi juga mengetuk hati siswa-siswi, membangkitkan rasa cinta mereka kepada hal-hal yang baik dan benar. Sekolah ini membangun kisah-kisah kehidupan, bukan hanya sekadar tahu banyak hal. Dapat dikatakan, Sekolah Kristen Calvin adalah sekolah kehidupan.

Membangun Kisah sebagai Komunitas Kristen

Sekolah Kristen Calvin bukan hanya "sekolah". Sekolah ini merupakan suatu komunitas orang-orang percaya. Guru dan siswa berinteraksi lebih dari sekadar mengajar dan belajar. Siswa-siswi dihadapkan pada suatu miniatur komunitas gereja. Mereka diajak membaca dan merenungkan Firman TUHAN. Mereka diajak untuk "mencicipi" indahnya gereja TUHAN sebagai komunitas yang saling mengasihi dan mendukung dalam pertumbuhan rohani. Guru-guru mendampingi siswa-siswi dalam perkembangan mereka sebagai anak dan remaja. Berbagai pergumulan siswa-siswi menjadi pokok doa bagi guru-guru.

Sekolah Kristen Calvin berusaha menciptakan suasana kekeluargaan di sekolah, suatu keluarga Kristen. Siswa-siswi belajar bertumbuh bersama dalam kelompok kecil yang membahas Firman Tuhan. Dalam kelompok kecil ini, mereka membahas masalah-masalah yang lebih kontekstual dengan hidup mereka sehari-hari. Mereka belajar untuk saling mendoakan dan bertumbuh bersama sebagai komunitas umat Allah.

Membangun Kisah sebagai Pembelajar Kristen

Sekolah Kristen Calvin tentunya mengajarkan Fisika untuk kelas IPA dan Ekonomi untuk kelas IPS. Sebagai sekolah dengan kurikulum nasional, Sekolah Kristen Calvin juga memberikan pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika untuk setiap jenjang, mulai dari SD hingga SMA. Namun, Sekolah Kristen Calvin mengambil suatu sudut pandang kristiani dalam mengajarkan semua mata pelajaran tersebut. Allah memberikan wahyu umum dan wahyu khusus kepada manusia. Pemahaman akan wahyu khusus (Firman Tuhan) dengan tepat akan menjadi dasar bagi pemahaman yang benar akan wahyu umum (ciptaan dengan semua aspeknya). Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal 1:7).

Seorang cendekiawan Kristen, C.S. Lewis, pernah mengungkapkan, "Education without values, as useful as it is, seems rather to make man a more clever devil." Sekolah (pendidikan) tanpa nilai-nilai yang baik (tanpa takut akan TUHAN), cenderung akan membuat murid-muridnya menjadi orang jahat yang lebih pintar. Bruno Tesch, adalah seorang kimiawan dan pebisnis yang menemukan Zyklon B, pestisida berbasis sianida yang digunakan untuk membunuh 1,2 juta orang di kamar gas dan kamp konsentrasi selama Holokaus. Kita bisa daftarkan banyak sekali nama-nama di bawah Bruno Tesch.

Sekolah Kristen Calvin tentunya berharap siswa-siswi menjadi pandai. Namun, bukan hanya itu. Sekolah Kristen Calvin mengintegrasikan nilai-nilai kristiani di dalam tiap-tiap mata pelajaran. Siswa-siswi diharapkan menyadari peran mereka sebagai pelajar di hadapan TUHAN. Mereka diajak untuk menggumulkan panggilan mereka di hadapan TUHAN. Bukan semata-mata belajar untuk masuk perguruan tinggi favorit lalu bekerja untuk kaya. Mereka digugah untuk bertanggung jawab atas talenta-talenta yang TUHAN berikan kepada mereka. Mereka bisa saja menjadi pebisnis, akuntan, arsitek, guru, dokter, karyawan, dan sebagainya. Namun, mendasari semua jenis pekerjaan tersebut, mereka menyadari bahwa mereka mengerjakan semuanya itu sebagai respons mereka atas panggilan dari TUHAN.

Suasana kelas di SMP Kristen Calvin
Suasana kelas di SMP Kristen Calvin
Membangun Kisah sebagai Kristen Indonesia

Sekolah Kristen Calvin memilih kurikulum nasional di tengah-tengah tren sekolah internasional. Sekolah Kristen Calvin hendak mendidik siswa sebagai warga negara Indonesia yang menyadari tanggung jawabnya terhadap bangsa dan negara. Hal ini bukanlah basa-basi. Hal ini tertulis dan visi sekolah: "Membentuk karakter kristiani yang beriman, berilmu, dan berperasaan tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa". Pelajaran Sejarah dan Pendidikan Kewarganegaraan diberikan bukan hanya sebagai syarat kurikulum nasional, tetapi sebagai perenungan identitas ke-Indonesia-an di dalam diri siswa-siswi.

Mereka digugah untuk berkarya bagi Indonesia. Mereka diajak melihat akar sejarah keberadaan mereka sebagai bangsa Indonesia lalu ditantang untuk berkontribusi pada zaman ini. Pelajaran Geografi diberikan bukan sebagai daftar hapalan, tetapi sebagai perenungan akan kayanya alam Indonesia dan bagaimana mereka berespons terhadap hal tersebut. Mereka diajak untuk mengunjungi langsung situs-situs sejarah, budaya, dan wisata alam yang terbentang di seluruh Nusantara. Melalui hal ini, siswa-siswa lebih menghargai keberadaan mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Siswa-siswi SMA Kristen Calvin berfoto di sela-sela Latihan Dasar Kepemimpinan di Highland, Mega Mendung
Siswa-siswi SMA Kristen Calvin berfoto di sela-sela Latihan Dasar Kepemimpinan di Highland, Mega Mendung
Sekolah Kristen Calvin baru akan menginjak usia 10 tahun. Belum banyak alumni yang terjun untuk membangun bangsa dan negara Indonesia. Namun, suatu perkembangan yang baik sedang terjadi. Persentase alumni SMA Kristen Calvin yang diterima di perguruan tinggi negeri terus meningkat. Mereka menyebar ke Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Brawijaya, dan lain-lain. Dalam 10 hingga 20 tahun lagi diharapkan mereka sudah mengambil peran di dalam masyarakat, bersumbangsih bagi Indonesia. Kisah mereka dimulai di Sekolah Kristen Calvin.

Siswa-siswi SMA Kristen Calvin berkunjung ke Palyja
Siswa-siswi SMA Kristen Calvin berkunjung ke Palyja
Sumber Gambar: Dokumen Sekolah Kristen Calvin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun