Dalam teori hubungan internasional, konstruktivisme muncul sebagai alternatif dari dua pendekatan dominan yaitu realisme dan liberalisme. Realisme menekankan kekuatan militer dan kepentingan negara, sementara liberalisme berfokus pada institusi dan kerja sama internasional.Â
Di sisi lain, konstruktivisme menawarkan perspektif yang lebih fleksibel dengan menekankan pentingnya ide, norma, dan identitas dalam membentuk dinamika politik global.
Konstruktivisme memandang dunia bukan sebagai sesuatu yang statis, tetapi sebagai arena yang terus berubah atau dinamis, dipengaruhi oleh interaksi sosial, gagasan, dan pemahaman bersama. Ide dan identitas berperan penting dalam membentuk cara negara-negara berperilaku, baik secara individu maupun kolektif.Â
Esai ini akan mengeksplorasi bagaimana konstruktivisme memahami perubahan global, dengan fokus pada bagaimana ide dan identitas membentuk tatanan dunia modern.
Pemahaman Dasar Konstruktivisme
Konstruktivisme berakar pada gagasan bahwa realitas sosial, termasuk tatanan internasional, dibangun secara sosial (socially constructed). Artinya, dunia internasional tidak hanya dipengaruhi oleh materi, seperti kekuatan militer atau ekonomi, tetapi juga oleh hal-hal non-material seperti nilai, norma, budaya, dan identitas.Â
Alexander Wendt, salah satu tokoh utama konstruktivisme, menyatakan bahwa "anarki adalah apa yang negara-negara buat dari itu" (anarchy is what states make of it). Dengan kata lain, kondisi anarki dalam sistem internasional tidak bersifat alamiah, tetapi dibentuk oleh pemahaman dan interaksi antara aktor-aktor internasional.
Dalam perspektif konstruktivis, perilaku negara-negara di kancah internasional bukan hanya didorong oleh kepentingan material mereka, tetapi juga oleh identitas dan ide yang mereka yakini.Â
Misalnya, keputusan untuk bekerja sama atau berkonflik tidak selalu didorong oleh perhitungan rasional mengenai keuntungan dan kerugian material, tetapi bisa juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dipegang oleh suatu negara atau norma yang berlaku dalam komunitas internasional.
Peran Ide dalam Perubahan Global
Dalam konstruktivisme, ide dipandang sebagai faktor utama perubahan dalam sistem internasional. Ide dapat merujuk pada gagasan, prinsip, atau pandangan dunia yang dipegang oleh negara, masyarakat, atau kelompok tertentu. Ide-ide ini dapat menjadi dasar bagi pembentukan kebijakan luar negeri, aliansi, atau bahkan perubahan politik di tingkat domestik maupun global.
Salah satu contoh penting tentang bagaimana ide membentuk perubahan global adalah runtuhnya Perang Dingin. Dalam teori realis, Perang Dingin dianggap sebagai konflik kekuasaan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.Â
Namun, konstruktivisme menekankan peran penting ideologi dalam mengakhiri Perang Dingin. Perubahan ideologi di dalam Uni Soviet, terutama di bawah kepemimpinan Mikhail Gorbachev dengan gagasan glasnost (keterbukaan) dan perestroika (restrukturisasi), mengubah dinamika global.Â
Gorbachev mulai merombak hubungan Uni Soviet dengan negara-negara Barat berdasarkan prinsip-prinsip yang berbeda dari pemikiran Perang Dingin yang kaku. Ini menandakan bahwa perubahan ide dapat meruntuhkan struktur kekuatan yang sudah mapan dan menciptakan tatanan dunia baru.
Pada era modern, ide-ide seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan kapitalisme global telah menyebar secara luas dan menjadi fondasi tatanan internasional yang berlaku saat ini. Meskipun ide-ide ini tidak selalu diterima secara universal, mereka tetap memainkan peran penting dalam membentuk cara negara-negara berinteraksi satu sama lain.
Identitas sebagai Faktor Pembentuk Perilaku Negara
Selain ide, identitas juga memainkan peran penting dalam konstruktivisme. Identitas suatu negara mempengaruhi cara negara tersebut memandang dirinya sendiri dan bagaimana ia memandang aktor internasional lainnya.Â
Identitas ini bisa dibentuk oleh sejarah, budaya, agama, dan pengalaman politik. Perilaku negara di kancah internasional seringkali mencerminkan identitas ini.
Misalnya, identitas nasional Amerika Serikat yang kuat sebagai pendukung demokrasi dan kebebasan telah memengaruhi kebijakan luar negerinya selama bertahun-tahun.Â
AS kerap terlibat dalam misi penyebaran demokrasi dan intervensi militer di negara-negara yang dianggap otoriter atau berlawanan dengan prinsip-prinsip kebebasan politik.Â
Kebijakan ini, meskipun sering didorong oleh kepentingan nasional, juga berakar pada identitas yang dibangun oleh sejarah AS sebagai negara yang didirikan di atas prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan.
Identitas juga bisa berubah seiring waktu. Negara-negara dapat mengubah cara mereka memandang diri sendiri, dan ini akan memengaruhi bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia.Â
Contoh lain adalah identitas Jerman setelah Perang Dunia II. Setelah mengalami kekalahan dalam perang dan terpecah menjadi dua negara, identitas Jerman Barat berfokus pada rekonsiliasi, integrasi dengan Eropa, dan pembangunan ekonomi. Identitas ini membantu membentuk kebijakan luar negeri Jerman Barat yang mendukung integrasi Eropa dan perdamaian regional.
Norma dan Pembentukan Perubahan Sosial di Tingkat Global
Selain ide dan identitas, norma juga menjadi elemen penting dalam konstruktivisme. Norma adalah aturan atau standar perilaku yang diterima secara sosial, baik di tingkat nasional maupun internasional. Norma berfungsi sebagai pedoman bagi aktor-aktor internasional dalam menentukan tindakan yang dianggap pantas atau tidak pantas.
Perubahan norma global dapat membawa dampak besar terhadap politik internasional. Sebagai contoh, norma terkait hak asasi manusia telah berubah drastis dalam beberapa dekade terakhir. Dulu, hak asasi manusia dianggap sebagai urusan domestik suatu negara, dan campur tangan luar dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan.
 Namun, sejak akhir abad ke-20, norma internasional tentang hak asasi manusia semakin menekankan pentingnya melindungi individu dari pelanggaran yang dilakukan oleh negara, yang memunculkan konsep intervensi kemanusiaan.
Perubahan norma ini menyebabkan dunia internasional lebih siap untuk campur tangan dalam kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia, seperti intervensi NATO di Kosovo pada tahun 1999.Â
Perkembangan norma ini mencerminkan bagaimana konstruktivisme melihat perubahan dalam politik internasional sebagai hasil dari transformasi sosial, bukan hanya dari perhitungan kekuatan militer atau ekonomi.
Tantangan Global dan Konstruktivisme
Dalam menghadapi tantangan global saat ini, konstruktivisme menawarkan perspektif yang berbeda dengan teori-teori tradisional. Misalnya, dalam menghadapi isu perubahan iklim, konstruktivisme menyoroti bagaimana ide-ide dan norma tentang lingkungan berkembang dan menjadi pusat perhatian global.Â
Sekarang, negara-negara di seluruh dunia semakin mengakui pentingnya kerjasama global dalam menghadapi tantangan ini, dan norma terkait tanggung jawab lingkungan mulai berubah.
Selain itu, identitas global, seperti kesadaran bersama sebagai "warga dunia," mulai muncul dan membentuk perilaku negara dan masyarakat. Ketika isu-isu global semakin kompleks, seperti migrasi, terorisme, atau pandemi, konstruktivisme menekankan pentingnya kolaborasi berbasis nilai-nilai dan norma yang dikembangkan bersama.
Kesimpulan
Konstruktivisme menawarkan pandangan yang dinamis terhadap perubahan global, dengan menekankan bahwa ide, identitas, dan norma memainkan peran penting dalam membentuk dunia modern.Â
Di saat teori realisme dan liberalisme berfokus pada kepentingan material dan kekuatan fisik, konstruktivisme memperlihatkan bahwa perubahan sosial dan politik global seringkali didorong oleh transformasi pemikiran, keyakinan, dan identitas.
Dalam dunia yang terus berkembang dan menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, perspektif konstruktivis memberikan wawasan penting tentang bagaimana interaksi sosial dapat membentuk tatanan dunia.Â
Dengan memahami peran ide dan identitas dalam politik internasional, kita bisa melihat bahwa perubahan global bukan hanya soal perebutan kekuasaan dan sumber daya, tetapi juga tentang bagaimana kita membayangkan dan membangun dunia bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI