Era globalisasi dan neoliberalisme, yang dimulai pada akhir abad ke-20, membawa perubahan signifikan terhadap dinamika perjuangan kelas. Di satu sisi, kapitalisme global telah menciptakan kemajuan ekonomi di beberapa wilayah dunia, tetapi di sisi lain, ia juga memperdalam ketimpangan ekonomi global. Kelas borjuis sekarang bukan hanya terdiri dari kapitalis lokal, tetapi juga korporasi multinasional yang memiliki kendali besar atas sumber daya dan pasar internasional.
Perjuangan kelas di era modern ini juga menjadi lebih tersembunyi dan terfragmentasi. Di negara-negara maju, ketidaksetaraan meningkat tajam, di mana kelas pekerja terpinggirkan oleh perkembangan teknologi dan outsourcing. Di negara-negara berkembang, kelas pekerja seringkali terjebak dalam kondisi kerja yang eksploitatif, dengan upah rendah dan sedikit perlindungan sosial. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan baru tentang bagaimana perjuangan kelas harus didefinisikan dan diperjuangkan di era global ini.
Selain itu, gerakan sosial yang berakar pada perjuangan kelas kini sering bersinggungan dengan isu-isu identitas, seperti ras, gender, dan lingkungan. Contoh seperti gerakan "Occupy Wall Street" yang menentang keserakahan korporasi dan ketidaksetaraan ekonomi, serta gerakan buruh di negara berkembang yang memperjuangkan hak-hak pekerja di pabrik-pabrik global, menunjukkan bahwa perjuangan kelas tetap menjadi isu yang relevan, meskipun dengan wajah yang berbeda dari masa Marx.
Relevansi Teori Perjuangan Kelas Saat Ini
Dalam konteks modern, perjuangan kelas tidak hanya terjadi dalam bentuk fisik atau revolusi, tetapi juga dalam bentuk resistensi sehari-hari terhadap ketidakadilan ekonomi dan sosial. Kelas pekerja, meskipun terfragmentasi secara global, tetap menjadi kekuatan yang signifikan dalam upaya mengatasi ketimpangan yang semakin melebar.
Pandangan Marxis tentang perjuangan kelas tetap relevan ketika melihat fenomena seperti peningkatan ketimpangan kekayaan, peran dominan korporasi dalam politik global, dan marjinalisasi pekerja dalam ekonomi modern. Meskipun bentuk perjuangannya telah berubah, prinsip dasar bahwa ketimpangan struktural dalam distribusi kekayaan dan kekuasaan menyebabkan konflik sosial tetap berlaku. Selain itu, teori Marxis juga memberikan kerangka untuk menganalisis bagaimana kekuatan-kekuatan ekonomi global bekerja untuk mempertahankan status. Seperti yang terlihat dalam gerakan sosial kontemporer, banyak kelompok yang menentang kekuasaan korporasi, perubahan iklim yang didorong oleh eksploitasi kapitalis, serta ketidakadilan ekonomi yang terus berkembang, beroperasi dalam semangat perjuangan kelas.
Kesimpulan
Perjuangan kelas dalam teori Marxis, dari masa Karl Marx hingga dunia modern, telah melalui berbagai transformasi sesuai dengan perkembangan ekonomi dan politik global. Meskipun kapitalisme telah mengalami perubahan signifikan, ketidaksetaraan ekonomi dan kekuasaan yang menjadi dasar teori perjuangan kelas tetap relevan dalam menganalisis dinamika sosial dan politik hari ini.
Teori perjuangan kelas terus menawarkan kerangka analisis yang berguna untuk memahami ketimpangan dalam masyarakat modern, serta memberikan inspirasi bagi gerakan-gerakan sosial yang berjuang melawan eksploitasi dan ketidakadilan di seluruh dunia. Dengan demikian, meskipun dunia telah banyak berubah sejak masa Marx, gagasan perjuangan kelas tetap hidup dan relevan dalam konteks masyarakat global saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H