Jika dibeberapa daerah lain tari tradisi seperti luput dari pantauan radar remaja, hal itu tidak berlaku di Banyuwangi. Pandangan itu berbanding lurus dengan kesadaran orang tua untuk bisa mengikutkan anaknya agar bisa menari utamanya di sangar tari yang banyak tersebar di Banyuwangi. Hal inilah yang membuat regenerasi Gandrung Banyuwangi tetap terjaga.
Keuntungan lainnya dari tari itu juga memberi dampak pada kunjungan wisatawan yang datang ke Banyuwangi. Mengingat tak hanya Gandrung Sewu saja tema-tema kegiatan yang mengusung gerakan badan yang berirama dan diiringi dengan bunyi-bunyian. Ada juga  pementasan sendratari Meras Gandrung di Festival Lembah Ijen yang digelar di Taman Gandrung Terakota setiap bulannya.
Tak hanya aspek peningkatan kunjungan wisata, Tari Gandrung yang awalnya hanya ada saat hajatan atau sengaja dihadirkan dengan bayaran, kini semakin berkembang dimasyarakat. Bahkan intensitas pertunjukannya sering dijumpai baik dalam kegiatan gormsl maupun informal.
Tetap Istiqomah
Beberapa keuntungan itu tentunya tidak berlebihan jika Gandrung Sewu juga harus tetap digelar siapapun kelak Bupati yang akan memimpin Banyuwangi. Setidaknya dengan tetap menjaga event itu tetap ada setiap tahunnya akan membuat pelestarian seni tradisi tetap terjaga di Banyuwangi.
Apalagi Gandrung yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sehingga tanpa menafikan aspek kesenian tradisi lain di Banyuwangi diharapkan event tersebut tetap berjalan agar tetap menjaga ghirah penjagaan tradisi ini.
Tidak dipungkiri jika wadah tidak disediakan guna menampung segala kreativitas kaula muda bisa saja tari tradisi justru akan hilang ditelan bumi. Oleh sebab itu pemerintah pusat banyak melakukan upaya-upaya dalam melestarikan tari tradisional Indonesia
Salah satu yang sedang digalakan pemerintah pusat yang dalam hal ini dijalankan oleh Dinas Kebudaya dan Pariwisata (Disbudpar) dengan merekomendasikan sekolah-sekolah untuk mengadakan ekstrakulikuler menari tari tradisional.
Lalu kegiatan perlombaan tari antar sekolah tingkat nasional, seperti  Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FL2SN) atau lomba Suku Dinas Pariwisata, dengan reward jika memenangkan kompetisi, anak tersebut akan lebih mudah masuk sekolah yang diinginkannya dengan jalur prestasi.
Beberapa rekomendasi tersebut bagi Banyuwangi tidak begitu asing karena penerapannya sudah mulai berjalan dipelbagai tingkatan pendidikan di Banyuwangi. Bahkan untuk Tari Gandrung sendiri merupakan tarian wajib bagi anak-anak di Bumi Blambangan.
Terakhir penulis cukup apresiasi semangat dari peserta Gandrung Sewu Banyuwangi  setiap melihat perjuangan menuju ketitik itu hati serasa masygul bercampur rasa bahagia dan bangga tak terkira. Semoga semangat itu juga dibarengi dengan tetap digelarnya agenda itu seterusnya ditahun-tahun mendatang. Terlepas seberat apapun prosesnya pasti selalu ada ilmu dan pengalaman yang bermanfaat didalamnya.Â