Mohon tunggu...
Feri NauvalAmzaar
Feri NauvalAmzaar Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Keep your thoughts to others, yall

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bumi Asing

23 Februari 2020   19:24 Diperbarui: 23 Februari 2020   19:39 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kringggg..... (suara bel bebunyi pertanda upacara akan segera dimulai)  

Para siswa baru pun segera menuju ke lapangan dan langsung berbaris dengan tertib.  Hari itu sangat cerah dan bernuansa seragam putih abu , awan-awan seakan tersenyum manis kepadaku.

Upacara pun dimulai, aku berbaris di bagian depan. Tubuhku gemetar, mencoba beradaptasi dengan SMA Taruna Bangsa. Ya, ini adalah sekolah yang aku impikan sejak kecil.

Aku akan berbagi sedikit cerita tentang usahaku untuk bersekolah disini .Awalnya aku tidak menyangka jika aku bisa besekolah di sini, sekolah terfavorit di kalangan taruna-taruna Indonesia. Aku hampir dikirim ayahku keluar negeri, karena masa SMP ku yang begitu berantakan, ibu dan ayah merasa sangat kecewa kepadaku. Aku begini juga karena mereka yang selalu berantem setiap hari, dan selalu pilih kasih kepadaku dan adik perempuanku yang benama Gimmi.

Sejak kecil Gimmi yang selalu dimanja dan dipenuhi kebutuhannya, sedangkan aku hanyalah seorang anak yang kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuaku. Bahkan masuk ke sekolah ini pun dengan usahaku sendiri, ya aku mendapatkan beasiswa, meskipun sekolahku berantakan dan sering berantem, tapi aku termasuk siswa yang berprestaasi di bidang akademik maupun non-akademik.

''Hai, namaku Alfa'', ucap seseorang menghampiriku dan menjabat tanganku
''Oh hallo, namaku Gamma'', balasku sambil menerima jabatan darinya
''Kamu jurusan apa?'',tanya Alfa kepadaku.
''Jurusan IPA, sebenarnya aku ingin masuk jurusan IPS, tapi karena dipaksa orang tuaku untuk masuk jurusan IPA, jadi ya sudah apa boleh buat hehe'',jawabku sambil sedikit mencurahkan isi hatiku.
''Aku berharap kita satu kelas ya, salam kenal'', ucapnya sambil melambaikan tangan kepadaku dan langsung kembali ke barisannya.
Akhirnya upacara pun dimulai, suasana menjadi sedikit sunyi ,hanya tedengar suara para petugas upacara yang sedang menjalankan tanggungjawabnya.

Seketika tubuhku mendadak melemas dan pandanganku mulai buram,dan.... pluk, tubuhku terjatuh ke tanah dan semuanya menjadi gelap.
''Argh...ini dimana?'', tanyaku kepada petugas UKS.
''Kamu sedang di UKS, tadi kamu pingsan dilapangan'', jawab petugas
''Gamma, ini diminum dulu obatnya, tadi aku sempat mampir ke apotek terdekat untuk membelinya'', ucap Alfa yang tiba-tiba datang ke ruangan UKS dan memberikan sebuah pil obat untukku.
''Terima kasih banyak Alfa'', ucapku sambil menerima obat yang diberikan oleh Alfa.
''Oh iya, tadi aku sudah melihat papan madding tentang pembagian kelas, kabar baiknya kita sekelas'', ucap Alfa dengan wajah gembira.
''Wah aku merasa sangat senang, salam kenal Alfa, aku senang bertemu denganmu'', ucapku tak kalah senangnya dengan Alfa.
Aku dan Alfa pun bergegas menuju ke kelas X MIPA 2, dan kita mendapatkan kursi paling depan dipojok dekat pintu. Suasana kelas pun masih terlihat canggung, kita saling bekenalan satu sama lain, mereka semua baik.
Kringggg...... (bel kedua berbunyi pertanda pelajaran akan dimulai).
Semua siswa pun mempersiapkan diri untuk memulai pelajaran pertama, yaitu kimia. 5 menit kemudian, Bu Meli tiba dikelas. Seketika suasana kelas berubah menjadi hening, karena katanya Bu Meli termasuk guru yang killer di sekolah ini.
''Baiklah, kita akan mulai pelajaran hari ini dengan perkenalan terlebih dahulu'', ucap bu Meli.
''Perkenalkan nama saya, Gammastar Jacksonant, panggil saja aku Gamma, putra dari Alexander Xiomio, dan Famella Chintyabella''
''Hai, namaku Alfa Bettagam, panggil saja aku Alfa''
''Hai namaku Agatha Ainsley Arabella, panggil saja aku Bella''
Begitulah kegiatan perkenalan sampai seluruh siswa mendapatkan giliannya untuk memperkenalkan diri.
Tiba-tiba bu Meli mendatangi meja Gamma....
''HEI KAMU! Siapa yang suruh kamu makan!'', ucap bu Meli dengan keras
Semua siswa pun tekejut mendengar suaranya. Suara yang keras, tegas, dan lantang.
''Oh, iya maaf bu, tadi pagi saya tidak sempat sarapan, makanya saya makan karena tidak kuat menahan lapar'', ucap Gamma
''Iya bu, tadi Gamma juga pingsan ditengah-tengah upacara'', sahut Alfa mencoba membelaku.
''Tidak ada alasan, sekarang kamu keluar dan tidak boleh ikut pelajaran saya, dan waktu istirahat nanti temui saya diruang guru'', tegas bu Meli.
''Baik bu'', ucap Gamma dengan nada pasrah.
Gamma pun segera keluar dari kelas dan pelajaran kimia dilanjutkan kembali.
''Huft andai saja di dunia ini tidak ada aturan, pasti akan sangat menyenangkan'', ucap Gamma di dalam hati.


Sambil menungu jam istirahat, Gamma duduk di koridor taman dekat lapangan sambil menonton kelas 11 mipa 4 sedang bertanding basket. Gamma melirik satu gadis yang tengah memegang bola basket itu dan berhasil mendapatkan satu poin.
''Wah cantik dan hebat teknik pemainan basketnya'', ucap Gamma sambil melirik gadis itu dengan tatapan kagum.
Tiba-tiba sebuah bola melambung ke arah Gamma, dan pandangan Gamma pun pelahan-lahan kabur dan semuanya menjadi hitam.
''Argh kepalaku pusing sekali'', jerit Gamma sambil memegang kepalanya.
''Kamu Gamma?'', ucap gadis yang menyebabkan Gamma pingsan.
''Hah? Kamu tahu namaku?,'' ucap Gamma.
''Aku Emelia, cewek yang selalu kamu bully ketika kita masih SMP, kamu ingat? Kamu pernah mendorongku hingga aku tersungkur di lapangan dan sampai bajuku kotor dan tangan serta kaki ku terluka'', ucap gadis itu.
''Emelia? Cewek cupu, hitam, kotor, jelek, berkacamata, dan kutu buku itu? Tapi mengapa kamu berubah drastis begini?'', tanya Gamma dengan nada sedikit terkejut.
''Ya, aku Emelia yang baru, bukan Emelia yang selalu diam saat harga dirinya diinjak-injak'', ucap Lia dengan tegas.
''Tapi mengapa kamu sudah kelas 11, sedangkan aku baru saja masuk SMA?'', tanya Gamma kepada Lia.
''Aku memang siswi yang cerdas dan aku diizinkan untuk lompat dua tingkat kelas sekaligus'', ucap Lia dengan sedikit menyombongkan diri.
''Kamu cantik dan cerdas, ternyata dulu kamu sangat menawan dan aku baru mengetahuinya sekarang'', ucap Gamma.
Lia hanya terdiam melihat perubahan sikap Gamma kepada dirinya.
''Aku minta maaf ya karena sikapku yang sangat keterlaluan saat SMP lalu'', ucap Gamma memohon dan mengulurkan tangannya kepada Lia.
''Iya sudah lupakan saja, btw aku juga minta maaf banget ya karena lemparan bola ku membuat kamu menjadi seperti ini'', ucap Lia dengan rasa bersalah.
Ya begitulah Lia, gadis cantik, cerdas, dan baik hati. Dia tidak pernah dendam kepada siapa pun, sekalipun orang itu sudah menyakitinya. Dia mempunyai hati yang lapang untuk memaafkan segala kesalahan orang lain.
''Iya tidak apa-apa, terima kasih karena kamu telah memaafkanku Lia,''ucap Gamma lembut.
''Terima kasih kembali, kamu baik-baik ya disini, aku akan melanjutkan pertandingan basketku dengan tim putra'', ucap Lia santun.
''Semagat Lia, kamu pasti menjadi juaranya'', ucap Gamma.
Lia pun tersenyum dan segera bergegas menuju lapangan karena pertandingan akan segera dimulai kembali.
''Emelia, gadis yang dulu sangat aku benci, kini menjadi cinta pertamaku di SMA, memang benar kata pepatah jika kamu sangat membenci seseoang, barangkali itu adalah takdirmu dan perasaan cinta yang terlampiaskan oleh rasa benci'', ucap Gamma dalam hati.


Kringgg...... (bel berbunyi pertanda Gamma harus segera ke ruang guru untuk menemui bu Meli).
Gamma pun bergegas menuju ruang guru. Tibanya Gamma disana, dia menjadi pusat perhatian para guru karena parasnya yang cukup tampan.
Gamma pun bertanya kepada salah satu guru.
''Assalamualaikum, bu. Saya Gamma dari kelas 10 MIPA 2 ingin menanyakan keberadaan bu Meli'', ucap Gamma dengan santun.
''Waalaikumsalam, mari saya antar ke meja bu Meli'', ucap guru piket itu.
Gamma pun mengikuti guru piket itu menuju tempat keberadaan bu Meli.
''Gamma silahkan duduk dan berikan surat ini kepada orang tua kamu'', ucap bu Meli sambil memberikan amplop putih yang berisikan secarik kertas.
''Saya mohon bu, maafkan kesalahan saya tadi dan jangan berikan surat  peringatan ini kepada saya, lagi pula makan disaat jam pelajaran tidak termasuk kesalahan yang fatal'', ucap Gamma membela diri.
''Jangan mencoba merayu, berikan saja surat ini kepada orang tuamu, dan kamu tidak boleh mengulangi kesalahanmu itu terutama di jam pelajaran saya, biasakan sarapan dulu sebelum memulai aktivitas'', ucap bu Meli sambil menasehati Gamma.
''Baiklah bu, saya akan memberikan surat ini kepada orang tua saya,'' ucap Gamma.
''Dasar guru tak punya perasaan, seandainya dia berada diposisi aku, pasti dia akan melakukan apa yang aku lakukan'', gerutu Gamma di dalam hati sambil berjalan meninggalkan ruang guru.
''Argh, aku benci peraturan, sangat merepotkan dan membosankan'', rintih Gamma.


Kring... kring.... Kring.... (bel bebunyi pertanda pelajaran hari ini selesai dan seluruh siswa siswa dipersilahkan pulang).
Seluruh siswa pun bergegas bersiap-siap untuk menemui kasur mereka masing-masing. Berbeda dengan Gamma, dia selalu merasa malas untuk pulang dan bertemu orang tuanya, karena tiada hari tanpa perkelahian kedua orang tuanya yang sangat menyakitkan baginya. Tapi Gamma hari ini harus pulang untuk memberikan surat peringatan yang menyusahkan ini.
Gamma pun segera menuju parkiran untuk mengambil motor kesayangannya itu.
''Sial aku harus menyiapkan telingaku lagi untuk mendengar pertengkaran mereka'', ucap Gamma sambil menghidupkan mesin motornya dan segera melaju menuju rumahnya.
Jarak sekolah sampai rumah Gamma sekitar 3 Km, dan memakan waktu kurang lebih 15 menit.
''Huft akhirnya sampai'', ucap Gamma dengan nafas terengah-engah.
Sesampainya dirumah, Gamma membuka helm full race-nya itu dan langsung masuk ke dalam rumah.
Baru saja Gamma mau mengetuk pintu, dari dalam terdengar suara pertengkaran kedua orang tuanya. Terlihat Gimmi sedang menangis sendiri di ruang tamu.
Aku pun langsung menghampiri Gimmi dan menanyakan penyebab dia menangis.
''De? Kamu kenapa menangis?'', tanyaku kepada Gimmi.
''Hiks....hiks.... dede mau beli mainan, tapi papa mala mala (marah-marah)... dede takut kak'', jawab Gimmi dengan isak tangisnya.
''Yaudah ya dede jangan nangis lagi, ayo kita beli mainannya sekarang'', ucapku sambil mencoba menenangkan Gimmi.
Aku pun langsung menggendongnya untuk naik ke motorku. Aku menghidupkan mesin motorku dan segera melaju ke toko mainan langganan Gimmi.
Sesampainya ditoko mainan, Gimmi langsung bergegas turun dan menghampiri mainan yang ingin dia beli.
''Selamat datang di toko kami, ada yang bisa saya bantu?'', ucap pelayan di toko itu kepada Gimmi, tapi Gimmi malah mengabaikannya begitu saja.
''Kakak, dede mau yang ini, yang ini, yang itu'', ucap Gimmi sambil menunjuk semua mainan yang diinginkannya.
Melihat Gimmi tertawa dan bahagia seperti ini membuatku sangat bahagia.
''Iya dede ambil aja ya, nanti kakak yang bayar'', ucapku.
''Asikk, siap kak, dede mau pilih-pilih dulu ya, ayo ikutin Gimmi'', ucap Gimmi dengan nada bicaranya yang menggemaskan.
Aku pun mengikuti Gimmi berkeliling toko mainan yang tempatnya sangat luas itu.
''Kaka mari kita bayar ini, dede telah memilih semua mainan yang ingin dibeli'', ucap Gimmi sambil menarik tanganku menuju kasir.
Aku pun membayarnya dan ku lihat kembali senyum Gimmi yang sangat manis. Aku sangat menyanyanginya.
Setelah selesai melakukan transaksi pembelian mainan untuk Gimmi, aku pun langsung menggendongnya kembali ke atas motorku.
''Makaci kakak sayang, dede sayang kaka'', ucapnya sambil memeluk dan mencium pipiku.
''Iya dede sayang, sama-sama, jangan nangis lagi ya, kakak juga sayang dede'', ucapku sambil mencubit kedua pipinya.
Aku pun menghidupkan mesin motorku dan bergegas menuju rumah. Sesampainya di rumah mama dan papa masih saja berdebat, dan akhirnya aku dan Gimmi langsung menaiki tangga dan masuk ke kamar.
''Kaka, dede mau bobo dulu ya... huaa'', ucap Gimmi sambil menguap.
''Iya dede, selamat tidur ya, jangan dengerin mama papa, bobo yang nyenyak dede nya kaka', ucapku.
''Oce kaka, kaka juga istilahat (istirahat) ya, babai'', ucap Gimmi dan masuk ke kamarnya.


Aku masuk ke kamarku dan langsung berbaring dikasur untuk melepas letih.
Tiba-tiba aku teringat suatu pengalaman pahitku
3 tahun yang lalu...
''Mah, Gamma berangkat sekolah dulu ya'',ucap Gamma.
''Ini sarapan dulu sayang'', tutur mama.
''Iya mah nanti aja di sekolah,ini udah telat'', ujar Gamma.
Tiba-tiba.. drakkk...drakk..drakk..(terdengar suara kaca yang pecah).
''GAMMA!! Berani-beraninya kamu! Kamu tau ini apa? Ini vas bunga yang mama beli saat liburan di Brazil, kamu keterlaluan! Makanya kalau jalan,mata itu digunakan dengan baik'',ucap Mama.
''Iya mah, maaf , lagian itu juga ga seberapa kok'',ucap Gamma.
Plak... apa kamu bilang? Ini ga seberapa? Kamu tau? Ini berharga banget buat mama!'',ucap Mama dan menampar Gamma.
''Ya, nanti Gamma ganti dengan uang Gamma sendiri'',ucap Gamma.
''Keluar kamu dari rumah ini!'',ucap Mama sambil membereskan semua barang-barangku.
''Mama jahat!, Mama tega mengusirku gara-gara vas ini? Lalu,aku ini siapa mah? Anak mama bukan? Hiks...hikss.hikss...'',ucap Gamma sambil menangis.
Aku pun langsung angkat kaki dari rumah itu, dan pergi ke rumah nenek, dan memutuskan untuk libur sekolah beberapa hari sampai hatiku benar- benar pulih.
Aku cukup lama berada dirumah nenek, beliau sangat baik kepadaku. Setiap pagi dia selalu memasak untukku, selalu menemaniku, dia sangat menyanyangiku..
''Huf, kejadian itu membuatku trauma akan marahnya mama'', ucap Gamma dalam hati.
''Huaaa, daripada aku terus memikirkan hal pahit, lebih baik aku tidur sejenak'',tutur Gamma sambil menguap.
Akhirnya Gamma pun tertidur..
Mentari pun mulai terbenam, burung-burung berterbangan, awan mendung seakan mau menangis melihat keadaan bumi.


Aku terbangun dan melihat jam dinding telah menunjukkan pukul 18.00 WIB.
Aku pun langsung bergegas mandi dan bersih-bersih. Setelah itu, aku merasa lapar, dan berniat akan turun ke bawah.
Prok prok prok... (suara hentakkan kaki Gamma menuruni satu demi satu anak tangga).
Tiba-tiba..
Drak...drak..drak (terdengar suara kaca yang pecah).
Seakan hatiku remuk, ini vas bunga kesayangan mama yang lainnya.
Mama pun datang dan menghampiriku.
''Ada apa Gamma? Apa yang pecah?'', tanya mama.
''Mah, Gamma benar-benar ga sengaja, mah maafin Gamma..hikss..hiksss",ucap Gamma sambil menangis dan berlutut kepada mama nya.
''Eh kenapa sayang, gapapa nanti juga mama bisa beli lagi kok'',ucap Mama.
Gapapa nanti juga bisa beli lagi kok // kamu tau ini berharga buat mama?keluar kamu dari sini.
Mendadak mama ku menjadi aneh begini, apa yang terjadi kepada mama?
Setelah itu aku pun makan  dan bergegas ke kamar untuk persiapan sekolah besok.
Keesokan harinya..
Matahari memancarkan sinarnya tersenyum kepadaku. Awan cerah itu membuatku kembali membalas hangatnya senyuman mentari itu.
Aku akan berangkat ke sekolah, dan memulai hariku dengan baik hari ini, aku akan berprinsip bahwa 'hari ini harus lebih baik dari hari kemarin'.
Aku segera sarapan dan menuju garasi untuk mengambil motor kesayangku itu.
''Ih, kok susah sih kuncinya'',ucap Gamma.
Gamma pun bergegas mencari oli, dan segera memperbaiki kuncinya itu.
Akhirnya Gamma pun berhasil menghidupkan mesin motornya dan melaju ke sekolah.
Sesampainya aku di koridor sekolah, aku terlambat dan gerbang pun sudah di tutup, tapi sesaat kemudian pak satpam mendadak membuka gerbang dan mempersilahkan ku masuk.
"Ada apa ini? Apa yang terjadi kepada pak satpam? Biasanya dia selalu bertindak tegas bagi siapa pun yang terlambat, aku pun berpikir bahwa mungkin hari ini pak satpam sedang baik hati.


Aku pun melaju ke parkiran dan segera bergegas masuk kelas. Sesampainya aku di koridor sekolah, aku teringat surat yang diberikan Bu Meli kepadaku, AKU TIDAK MEMBAWANYA. TAMATLAH RIWAYATKU.
Aku memasuki kelas dengan sangat gelisah, terlihat beberapa temanku membersihkan kelas.
''Asslamualaikum'',ucap salamku.
''Waalaikumsalam'', jawab semua temanku yang ada di dalam kelas.
''Bagaimana ini, aku tidak membawa surat itu'', ucap Gamma dalam hati.
Bel pun berbunyi pertanda pelajaran akan segera di mulai.
Bu Meli memasuki kelas dan mengajar dengan tenang. Tapi ada yang aneh, Bu Meli tersenyum kepadaku seolah-olah tidak terjadi masalah apa pun antara aku dengannya.
Setelah pelajaran Bu Meli , beliau pun keluar kelas, dan anehnya lagi beliau tidak menanyakan surat itu.
''Ada apa dengan Bu Meli? Apa yang telah terjadi dengannya?", ucapku dalam hati.
"Ada apa ini? Apa yang terjadi kepada mama, pak satpam, dan Bu Meli?
Mereka semua aneh, seakan- akan dunia ini milikku dan aku bebas melakukan apa saja.
Akhirnya aku memutuskan untuk mencoba satu hal yang tidak baik, yaitu dengan mengambil jajanan di kantin tanpa membayarnya.
"Pak,pesan bakso 2 porsi ya,kuahnya banyakin",tuturku.
"Siap dik, 5 menit lagi sampai ke mejamu",ucap mas bakso.
5 menit kemudian, sampailah 2 porsi bakso ke mejaku. Aku pun melahapnya hingga habis tak tersisa.
Setelah itu, aku pun langsung meninggalkan tempat itu. Ini sungguh sangat aneh, aku belum membayar makananku,tapi mas bakso itu tidak memanggilku dan menyuruhku untuk membayar makananku.
Aku pun berpikir dan aku sudah menyimpulkan bahwa Tuhan lah yang mengatur semua ini, Tuhan telah mengabulkan keinginanku.
Dan sekarang aku akan hidup sesuai apa yang aku impikan , aturan sudah tidak berlaku.
"Oh Tuhan terima kasih", ucapku dalam hati.
Aku pun merayakan kehidupan ini dengan mengelilingi sekolah.
"Sekarang,aku akan bertindak semauku",tuturku bersungguh-sungguh.
Tak lama kemudian, ada seorang anak yang lewat didepan ku dan dia tak sadar menginjak kakiku.
"Agr, agr",jeritku.
"Aduh maaf ya ga sengaja keinjek", ucap orang itu.
"Maksud kamu apa ya, ini kaki saya sakit,dan sepatu saya kotor,cepat bersihkan sepatu saya!",ucapku.
"Biasa aja dong ngomongnya, kamu tau aku siapa? Kakak kelasku, biasain ngomong sama kakak kelas itu yang sopan, lagian aku kan ga sengaja nginjek sepatu kamu, sepatu murah kok diperdebatkan hahaha", ucap kakak kelas itu sambil tertawa.
"Bluk... jaga omongan kamu ya, meskipun kamu kakak kelas,aku ga takut!", ucapku memukulnya.
Blak bluk blak bluk...
Seketika suara itu mengundang satu sekolah untuk menghampiri tempat itu. Aku dan kakak kelas itu berkelahi di tempat itu.
Tiba- tiba ada ibu guru jalan menuju tempat perkelahian itu, tetapi mereka diam saja,tidak ada respon apa pun.
"Bagus, inilah kehidupan yang aku impikan",ucap Gamma.
Sesaat kemudian, Lia menghampiri tempat kejadian itu ,dan menarikku ke tempat lain.
"Gamma,apa yang kamu lakukan?, Ini tidak baik, kamu tau dia siapa? Dia anak pemilik sekolah ini, kamu bisa saja dikeluarkan dari sekolah ini ,sekarang cepat kamu minta maaf",ucap Lia memarahiku.
"Plak..apa maksud kamu?, Jangan suka ngurusin hidup orang ya",ucapku dan aku tidak sengaja menampar Lia.
Seketika suasana menjadi hening, semua siswa yang disana berpaling ke arah aku dan Lia.
"Hiksss..hikss...kamu tega, Gamma",ucap Lia sambil menangis dan perlahan-lahan meninggalkan Gamma.
"Aku kenapa?kenapa aku memukul Lia? Dia itu cinta pertama aku di SMA bukan?,mengapa aku tega berbuat itu kepadanya?",tuturku dalam hati.
Ku lihat kakak kelas tadi sudah tidak ada ditempatnya.
"Dasar pengecut",ujarku.


Kringg... kring... (bel berbunyi pertanda seluruh siswa suda diperbolehkan untuk pulang).
Aku pun masuk ke kelas untuk mengambil tasku, ini kali pertama aku bolos pelajaran tapi tidak dihukum, ini sangat menyenangkan.
Dengan tersenyum, aku pun menuju parkiran untuk mengambil motorku dan segera bergegas pulang ke rumah.
Tiba-tiba motorku berhenti dengan sendirinya, ku lihat ternyata bensinnya habis.
"Ah, sialan!, Aku lupa untuk mengisi bensinnya",ucap Gamma.
Aku pun menepikan motorku ke sisi jalan dan berpikir apa yang aku lakukan. Tak lama kemudian, terlihat Lia lewat di depanku. Ini aneh, dia mengabaikanku begitu saja.
"Apakah dia marah kepadaku?, Ah aku tidak peduli, lagi pula aku sudah berhenti untuk menyukainya", ucapku dalam hati.
Aku pun menelusuri jalan, berniat mencari pom bensin dan mengambil tanpa membayarnya.
"Huft , sungguh melelahkan", ucapku.
Aku membuka ponsel ku untuk mencari alamat pom bensin.
"Semoga dengan ponsel ini bisa membantuku mencari pom bensin terdekat",tuturku.
Baru saja aku ingin menghidupkan layar ponselku, tetapi ponsel ku jatuh dan nyawanya telah hilang.
"Ah ponsel sialan!",ucapku.


Tak lama kemudian, aku melihat pria tampan yang menghampiri sebuah motor sport miliknya, tertera di motor sportnya 'Airsoft'.
"Ku rasa dia anak orang kaya",ucapku sambil memikirkan beberapa ide.
"Aku akan membunuhnya lalu mencuri mobilnya",ucapku dalam hati.
Bluk..bluk..( Gamma memukuli anak orang kaya itu).
"Kamu siapa, apa maksudmu?", ucap anak itu.
Brush... sebuah pisau tertancap di bagian perut anak itu. Aku pun langsung mengambil kunci motornya yang diletakkan di dalam sakunya, dan langsung bergegas mencari pom bensin terdekat.


Di tengah perjalanan, ada seorang nenek yang sudah tua yang sedang menjajakan jualannya, tapi karena aku buru-buru, akhirnya aku menabrak nenek itu tanpa bertanggungjawab.
"Kamu akan mendapatkan dampak akibat dari perbuatan kamu ini anak muda", tutur nenek itu.
Tapi aku terus mengemudi tanpa menghiraukannya.
Tak lama kemudian, aku menemukan pom bensin, dan aku langsung mencuri beberapa liter bensin dan bergegas untuk kembali kepada motorku yang telah mogok tadi.
Sesampainya aku disana, ku lihat motorku sudah tidak ada ditempatnya.
"Ah, pasti motorku telah dicuri oleh dunia yang sudah tidak ada aturannya ini", ucapku.
Aku pun pulang ke rumah dengan menggunakan motor hasil curianku ini.
Sesampainya dirumah, aku langsung naik tangga dan masuk ke kamarku. Ku lihat Gimmi sedang berada dikamarku sambil memegang perutnya.
"Kak, aku lapar, mama gamau masak", ucap Gimmi.
Aku pun berpikir bahwa dunia ini sudah benar-benar kacau sampai-sampai mama tidak mau masak untuk anaknya sendiri.
Aku pun turun ke bawah dan memasak sesuatu untuk Gimmi. Akhirnya Gimmi makan dan tertidur pulas.


Setelah itu aku pun bersih-bersih dan tiduran sejenak di kamarku. Tiba-tiba terdengar suara ambulance datang menghampiri rumahku. Aku pun bergegas turun ke bawah dan melihat apa yang terjadi. Ku lihat papaku yang sudah tertutup wajahnya dengan kain putih dan mamaku dengan matanya yang berlinang air mata. Perlahan-lahan aku mendekati mama ku.
"Mama, ini ada apa?", tanyaku.
"Gamma, papa kamu..papaa...papaa...hiks..hikss..",ucap Mama.
Bukannya malah menjawab pertanyaanku, tapi mama tetap saja menangis tanpa henti. Terlihat Gimmi disudut pintu yang juga sedang menangis.
Papa pun dibawa ke dalam rumah. Ternyata? Papa sudah tiada!
Aku menanyakan sekali lagi kepada Mama.
"Mama, apa yang terjadi kepada papa? Mengapa hal ini bisa terjadi? Hikss..hikss..",ucapku sambil menangis.
"Tadi sewaktu mama dan papa sedang makan siang diluar, ada seseorang yang tiba-tiba menusuk papa dari belakang, dia adalah pemilik perusahaan Airsoft.. hiks..hikss..mama pun langsung membawa papa ke rumah sakit, tapi nyawa papa sudah tidak bisa tertolong lagi, akhirnya mama memutuskan untuk membawa papa ke rumah, Gamma sayang.. papa sudah tiada nak", ucap Mama sambil mengelus kepalaku dan Gimmi.
Aku terdiam sejenak. Airsoft? Itu adalah lambang yang tertera di motor pria tampan yang aku bunuh tadi.
"Astaga, tidak disangka mereka membalas dendamnya secepat ini", ucapku.
Aku pun langsung bersimpuh di kaki papa.
"Papa..hikss..Hiksss...maafin Gamma, ini semua salah Gamma..hiks..hikss..",ucapku.
"Tapi bagaimana perusahaan Airsoft tahu kalau akulah yang membunuh anaknya?",tanyaku dalam hati.
Aku pun langsung menyelidiki kasus ini.
Aku pergi ke sebuah restauran , yaitu tempat kejadian papa ditusuk dengan pisau.
Disana terlihat kakak kelas yang waktu itu berkelahi denganku, ya dia anak pemilik sekolah SMA Nusantara, tempatku bersekolah.
"Hahahaha, kamu puas sekarang? Rasakan apa yang telah kamu perbuat Gamma!", ucap Kakak kelas itu.
"Kamu yang melakukan semua ini?",tanyaku.
"Ya, orang yang kamu bunuh itu adalah saudaraku, dia kakakku. Aku melihat semua kejadian itu. Dia datang ke sini bersamaku. Dan aku langsung mencari tahu siapa kamu,dan berniat akan membunuh salah satu keluargamu, dan alhasil papamu telah ku bunuh.. hahahaha",ucap kakak kelas itu sambil tertawa.
"Tenang saja Gamma, sekarang urusan kita sudah selesai",ucapnya.
Aku pun teringat kata-kata seorang nenek yang berteriak keras kalau aku akan menerima dampak dari perbuatan ku ini.
Aku pun mencari nenek itu dan segera meminta maaf.
"Nek, saya minta maaf, saya bersalah",ucapku.
"Baik, tapi jangan pernah kamu lakukan kesalahan besar ini lagi",ucap nenek itu.
"Kamu harus menjadi orang baik nak, dunia ini bukan milikmu, kamu membutuhkan orang lain,kamu harus menjadi orang yang berguna bagi orang lain, jangan bertindak semaunya saja,bangunlah nak, kamu harus bangkit dari kesesatan pikiranmu ini",ucap nenek itu menasihatiku.
Ku buka mataku. Ini aneh, aku masih berada ditempat tidur, tasku berada disampingku. Terdengar suara papa dan mama yang sedang berkelahi, ku lihat vas bunga kesayangan mama masih tersimpan di tempatnya. Bukankah aku baru saja bertemu dengan seorang nenek yang sedang menasihatiku?. Tunggu dulu, kok papa masih hidup? Ku lihat Gimmi berada di kamarnya sedang tertidur pulas.
" Apakah ini adalah mimpi?",tanyaku dalam hati.
Oh Tuhan ternyata ini adalah mimpi. Aku bermimpi hidup di dunia asing tanpa aturan. Ternyata, hidup tanpa aturan sungguh tidak menyenangkan, aku kehilangan papaku karena kesalahanku.


Hidup tanpa aturan memunculkan banyak sekali kebencian yang bersemayam menjadi balas dendam dan berujung kematian.
Ternyata selama ini, aturan lah yang menata hidup kita. Tuhan telah menentukan dengan adil dampak, dan akibat dari perbuatan yang kita lakukan. Kita hanya dituntut untuk selalu berbuat baik agar tidak ada penyesalan didalam hidup ini.

Dari dampak kesalahan-kesalahan yang  kita terima, kita menjadi sadar dan tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama, itu semua membuat kita menjadi seseorang dengan kepribadian yang lebih baik.


-Berlanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun