Mohon tunggu...
Feri NauvalAmzaar
Feri NauvalAmzaar Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Keep your thoughts to others, yall

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bumi Asing

23 Februari 2020   19:24 Diperbarui: 23 Februari 2020   19:39 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


Aku terbangun dan melihat jam dinding telah menunjukkan pukul 18.00 WIB.
Aku pun langsung bergegas mandi dan bersih-bersih. Setelah itu, aku merasa lapar, dan berniat akan turun ke bawah.
Prok prok prok... (suara hentakkan kaki Gamma menuruni satu demi satu anak tangga).
Tiba-tiba..
Drak...drak..drak (terdengar suara kaca yang pecah).
Seakan hatiku remuk, ini vas bunga kesayangan mama yang lainnya.
Mama pun datang dan menghampiriku.
''Ada apa Gamma? Apa yang pecah?'', tanya mama.
''Mah, Gamma benar-benar ga sengaja, mah maafin Gamma..hikss..hiksss",ucap Gamma sambil menangis dan berlutut kepada mama nya.
''Eh kenapa sayang, gapapa nanti juga mama bisa beli lagi kok'',ucap Mama.
Gapapa nanti juga bisa beli lagi kok // kamu tau ini berharga buat mama?keluar kamu dari sini.
Mendadak mama ku menjadi aneh begini, apa yang terjadi kepada mama?
Setelah itu aku pun makan  dan bergegas ke kamar untuk persiapan sekolah besok.
Keesokan harinya..
Matahari memancarkan sinarnya tersenyum kepadaku. Awan cerah itu membuatku kembali membalas hangatnya senyuman mentari itu.
Aku akan berangkat ke sekolah, dan memulai hariku dengan baik hari ini, aku akan berprinsip bahwa 'hari ini harus lebih baik dari hari kemarin'.
Aku segera sarapan dan menuju garasi untuk mengambil motor kesayangku itu.
''Ih, kok susah sih kuncinya'',ucap Gamma.
Gamma pun bergegas mencari oli, dan segera memperbaiki kuncinya itu.
Akhirnya Gamma pun berhasil menghidupkan mesin motornya dan melaju ke sekolah.
Sesampainya aku di koridor sekolah, aku terlambat dan gerbang pun sudah di tutup, tapi sesaat kemudian pak satpam mendadak membuka gerbang dan mempersilahkan ku masuk.
"Ada apa ini? Apa yang terjadi kepada pak satpam? Biasanya dia selalu bertindak tegas bagi siapa pun yang terlambat, aku pun berpikir bahwa mungkin hari ini pak satpam sedang baik hati.


Aku pun melaju ke parkiran dan segera bergegas masuk kelas. Sesampainya aku di koridor sekolah, aku teringat surat yang diberikan Bu Meli kepadaku, AKU TIDAK MEMBAWANYA. TAMATLAH RIWAYATKU.
Aku memasuki kelas dengan sangat gelisah, terlihat beberapa temanku membersihkan kelas.
''Asslamualaikum'',ucap salamku.
''Waalaikumsalam'', jawab semua temanku yang ada di dalam kelas.
''Bagaimana ini, aku tidak membawa surat itu'', ucap Gamma dalam hati.
Bel pun berbunyi pertanda pelajaran akan segera di mulai.
Bu Meli memasuki kelas dan mengajar dengan tenang. Tapi ada yang aneh, Bu Meli tersenyum kepadaku seolah-olah tidak terjadi masalah apa pun antara aku dengannya.
Setelah pelajaran Bu Meli , beliau pun keluar kelas, dan anehnya lagi beliau tidak menanyakan surat itu.
''Ada apa dengan Bu Meli? Apa yang telah terjadi dengannya?", ucapku dalam hati.
"Ada apa ini? Apa yang terjadi kepada mama, pak satpam, dan Bu Meli?
Mereka semua aneh, seakan- akan dunia ini milikku dan aku bebas melakukan apa saja.
Akhirnya aku memutuskan untuk mencoba satu hal yang tidak baik, yaitu dengan mengambil jajanan di kantin tanpa membayarnya.
"Pak,pesan bakso 2 porsi ya,kuahnya banyakin",tuturku.
"Siap dik, 5 menit lagi sampai ke mejamu",ucap mas bakso.
5 menit kemudian, sampailah 2 porsi bakso ke mejaku. Aku pun melahapnya hingga habis tak tersisa.
Setelah itu, aku pun langsung meninggalkan tempat itu. Ini sungguh sangat aneh, aku belum membayar makananku,tapi mas bakso itu tidak memanggilku dan menyuruhku untuk membayar makananku.
Aku pun berpikir dan aku sudah menyimpulkan bahwa Tuhan lah yang mengatur semua ini, Tuhan telah mengabulkan keinginanku.
Dan sekarang aku akan hidup sesuai apa yang aku impikan , aturan sudah tidak berlaku.
"Oh Tuhan terima kasih", ucapku dalam hati.
Aku pun merayakan kehidupan ini dengan mengelilingi sekolah.
"Sekarang,aku akan bertindak semauku",tuturku bersungguh-sungguh.
Tak lama kemudian, ada seorang anak yang lewat didepan ku dan dia tak sadar menginjak kakiku.
"Agr, agr",jeritku.
"Aduh maaf ya ga sengaja keinjek", ucap orang itu.
"Maksud kamu apa ya, ini kaki saya sakit,dan sepatu saya kotor,cepat bersihkan sepatu saya!",ucapku.
"Biasa aja dong ngomongnya, kamu tau aku siapa? Kakak kelasku, biasain ngomong sama kakak kelas itu yang sopan, lagian aku kan ga sengaja nginjek sepatu kamu, sepatu murah kok diperdebatkan hahaha", ucap kakak kelas itu sambil tertawa.
"Bluk... jaga omongan kamu ya, meskipun kamu kakak kelas,aku ga takut!", ucapku memukulnya.
Blak bluk blak bluk...
Seketika suara itu mengundang satu sekolah untuk menghampiri tempat itu. Aku dan kakak kelas itu berkelahi di tempat itu.
Tiba- tiba ada ibu guru jalan menuju tempat perkelahian itu, tetapi mereka diam saja,tidak ada respon apa pun.
"Bagus, inilah kehidupan yang aku impikan",ucap Gamma.
Sesaat kemudian, Lia menghampiri tempat kejadian itu ,dan menarikku ke tempat lain.
"Gamma,apa yang kamu lakukan?, Ini tidak baik, kamu tau dia siapa? Dia anak pemilik sekolah ini, kamu bisa saja dikeluarkan dari sekolah ini ,sekarang cepat kamu minta maaf",ucap Lia memarahiku.
"Plak..apa maksud kamu?, Jangan suka ngurusin hidup orang ya",ucapku dan aku tidak sengaja menampar Lia.
Seketika suasana menjadi hening, semua siswa yang disana berpaling ke arah aku dan Lia.
"Hiksss..hikss...kamu tega, Gamma",ucap Lia sambil menangis dan perlahan-lahan meninggalkan Gamma.
"Aku kenapa?kenapa aku memukul Lia? Dia itu cinta pertama aku di SMA bukan?,mengapa aku tega berbuat itu kepadanya?",tuturku dalam hati.
Ku lihat kakak kelas tadi sudah tidak ada ditempatnya.
"Dasar pengecut",ujarku.


Kringg... kring... (bel berbunyi pertanda seluruh siswa suda diperbolehkan untuk pulang).
Aku pun masuk ke kelas untuk mengambil tasku, ini kali pertama aku bolos pelajaran tapi tidak dihukum, ini sangat menyenangkan.
Dengan tersenyum, aku pun menuju parkiran untuk mengambil motorku dan segera bergegas pulang ke rumah.
Tiba-tiba motorku berhenti dengan sendirinya, ku lihat ternyata bensinnya habis.
"Ah, sialan!, Aku lupa untuk mengisi bensinnya",ucap Gamma.
Aku pun menepikan motorku ke sisi jalan dan berpikir apa yang aku lakukan. Tak lama kemudian, terlihat Lia lewat di depanku. Ini aneh, dia mengabaikanku begitu saja.
"Apakah dia marah kepadaku?, Ah aku tidak peduli, lagi pula aku sudah berhenti untuk menyukainya", ucapku dalam hati.
Aku pun menelusuri jalan, berniat mencari pom bensin dan mengambil tanpa membayarnya.
"Huft , sungguh melelahkan", ucapku.
Aku membuka ponsel ku untuk mencari alamat pom bensin.
"Semoga dengan ponsel ini bisa membantuku mencari pom bensin terdekat",tuturku.
Baru saja aku ingin menghidupkan layar ponselku, tetapi ponsel ku jatuh dan nyawanya telah hilang.
"Ah ponsel sialan!",ucapku.


Tak lama kemudian, aku melihat pria tampan yang menghampiri sebuah motor sport miliknya, tertera di motor sportnya 'Airsoft'.
"Ku rasa dia anak orang kaya",ucapku sambil memikirkan beberapa ide.
"Aku akan membunuhnya lalu mencuri mobilnya",ucapku dalam hati.
Bluk..bluk..( Gamma memukuli anak orang kaya itu).
"Kamu siapa, apa maksudmu?", ucap anak itu.
Brush... sebuah pisau tertancap di bagian perut anak itu. Aku pun langsung mengambil kunci motornya yang diletakkan di dalam sakunya, dan langsung bergegas mencari pom bensin terdekat.


Di tengah perjalanan, ada seorang nenek yang sudah tua yang sedang menjajakan jualannya, tapi karena aku buru-buru, akhirnya aku menabrak nenek itu tanpa bertanggungjawab.
"Kamu akan mendapatkan dampak akibat dari perbuatan kamu ini anak muda", tutur nenek itu.
Tapi aku terus mengemudi tanpa menghiraukannya.
Tak lama kemudian, aku menemukan pom bensin, dan aku langsung mencuri beberapa liter bensin dan bergegas untuk kembali kepada motorku yang telah mogok tadi.
Sesampainya aku disana, ku lihat motorku sudah tidak ada ditempatnya.
"Ah, pasti motorku telah dicuri oleh dunia yang sudah tidak ada aturannya ini", ucapku.
Aku pun pulang ke rumah dengan menggunakan motor hasil curianku ini.
Sesampainya dirumah, aku langsung naik tangga dan masuk ke kamarku. Ku lihat Gimmi sedang berada dikamarku sambil memegang perutnya.
"Kak, aku lapar, mama gamau masak", ucap Gimmi.
Aku pun berpikir bahwa dunia ini sudah benar-benar kacau sampai-sampai mama tidak mau masak untuk anaknya sendiri.
Aku pun turun ke bawah dan memasak sesuatu untuk Gimmi. Akhirnya Gimmi makan dan tertidur pulas.


Setelah itu aku pun bersih-bersih dan tiduran sejenak di kamarku. Tiba-tiba terdengar suara ambulance datang menghampiri rumahku. Aku pun bergegas turun ke bawah dan melihat apa yang terjadi. Ku lihat papaku yang sudah tertutup wajahnya dengan kain putih dan mamaku dengan matanya yang berlinang air mata. Perlahan-lahan aku mendekati mama ku.
"Mama, ini ada apa?", tanyaku.
"Gamma, papa kamu..papaa...papaa...hiks..hikss..",ucap Mama.
Bukannya malah menjawab pertanyaanku, tapi mama tetap saja menangis tanpa henti. Terlihat Gimmi disudut pintu yang juga sedang menangis.
Papa pun dibawa ke dalam rumah. Ternyata? Papa sudah tiada!
Aku menanyakan sekali lagi kepada Mama.
"Mama, apa yang terjadi kepada papa? Mengapa hal ini bisa terjadi? Hikss..hikss..",ucapku sambil menangis.
"Tadi sewaktu mama dan papa sedang makan siang diluar, ada seseorang yang tiba-tiba menusuk papa dari belakang, dia adalah pemilik perusahaan Airsoft.. hiks..hikss..mama pun langsung membawa papa ke rumah sakit, tapi nyawa papa sudah tidak bisa tertolong lagi, akhirnya mama memutuskan untuk membawa papa ke rumah, Gamma sayang.. papa sudah tiada nak", ucap Mama sambil mengelus kepalaku dan Gimmi.
Aku terdiam sejenak. Airsoft? Itu adalah lambang yang tertera di motor pria tampan yang aku bunuh tadi.
"Astaga, tidak disangka mereka membalas dendamnya secepat ini", ucapku.
Aku pun langsung bersimpuh di kaki papa.
"Papa..hikss..Hiksss...maafin Gamma, ini semua salah Gamma..hiks..hikss..",ucapku.
"Tapi bagaimana perusahaan Airsoft tahu kalau akulah yang membunuh anaknya?",tanyaku dalam hati.
Aku pun langsung menyelidiki kasus ini.
Aku pergi ke sebuah restauran , yaitu tempat kejadian papa ditusuk dengan pisau.
Disana terlihat kakak kelas yang waktu itu berkelahi denganku, ya dia anak pemilik sekolah SMA Nusantara, tempatku bersekolah.
"Hahahaha, kamu puas sekarang? Rasakan apa yang telah kamu perbuat Gamma!", ucap Kakak kelas itu.
"Kamu yang melakukan semua ini?",tanyaku.
"Ya, orang yang kamu bunuh itu adalah saudaraku, dia kakakku. Aku melihat semua kejadian itu. Dia datang ke sini bersamaku. Dan aku langsung mencari tahu siapa kamu,dan berniat akan membunuh salah satu keluargamu, dan alhasil papamu telah ku bunuh.. hahahaha",ucap kakak kelas itu sambil tertawa.
"Tenang saja Gamma, sekarang urusan kita sudah selesai",ucapnya.
Aku pun teringat kata-kata seorang nenek yang berteriak keras kalau aku akan menerima dampak dari perbuatan ku ini.
Aku pun mencari nenek itu dan segera meminta maaf.
"Nek, saya minta maaf, saya bersalah",ucapku.
"Baik, tapi jangan pernah kamu lakukan kesalahan besar ini lagi",ucap nenek itu.
"Kamu harus menjadi orang baik nak, dunia ini bukan milikmu, kamu membutuhkan orang lain,kamu harus menjadi orang yang berguna bagi orang lain, jangan bertindak semaunya saja,bangunlah nak, kamu harus bangkit dari kesesatan pikiranmu ini",ucap nenek itu menasihatiku.
Ku buka mataku. Ini aneh, aku masih berada ditempat tidur, tasku berada disampingku. Terdengar suara papa dan mama yang sedang berkelahi, ku lihat vas bunga kesayangan mama masih tersimpan di tempatnya. Bukankah aku baru saja bertemu dengan seorang nenek yang sedang menasihatiku?. Tunggu dulu, kok papa masih hidup? Ku lihat Gimmi berada di kamarnya sedang tertidur pulas.
" Apakah ini adalah mimpi?",tanyaku dalam hati.
Oh Tuhan ternyata ini adalah mimpi. Aku bermimpi hidup di dunia asing tanpa aturan. Ternyata, hidup tanpa aturan sungguh tidak menyenangkan, aku kehilangan papaku karena kesalahanku.


Hidup tanpa aturan memunculkan banyak sekali kebencian yang bersemayam menjadi balas dendam dan berujung kematian.
Ternyata selama ini, aturan lah yang menata hidup kita. Tuhan telah menentukan dengan adil dampak, dan akibat dari perbuatan yang kita lakukan. Kita hanya dituntut untuk selalu berbuat baik agar tidak ada penyesalan didalam hidup ini.

Dari dampak kesalahan-kesalahan yang  kita terima, kita menjadi sadar dan tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama, itu semua membuat kita menjadi seseorang dengan kepribadian yang lebih baik.


-Berlanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun