Mohon tunggu...
Feriadi Tampubolon
Feriadi Tampubolon Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang penulis yang suka menulis berbagai pandangan tentang berbagai isu sosial, budaya, olahraga, dan teknologi. Dengan latar belakang di bidang komunikasi dan jurnalistik, saya tertarik menulis artikel yang dapat memberikan sudut pandang baru kepada pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Doom Spending: Ketika Anak Muda Terjebak Belanja di Masa Sulit

4 Oktober 2024   22:14 Diperbarui: 5 Oktober 2024   14:23 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari sisi kesehatan mental, doom spending juga dapat menciptakan perasaan bersalah dan kecemasan yang lebih dalam. Setelah kepuasan instan dari belanja mereda, banyak orang yang merasa menyesal atas keputusan impulsif mereka, yang pada gilirannya dapat meningkatkan tingkat stres dan memperburuk kesejahteraan emosional.

Mengatasi Doom Spending

Untuk menghindari doom spending, penting bagi anak muda untuk lebih sadar terhadap pola belanja mereka dan memahami dorongan emosional di balik perilaku tersebut. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan membuat anggaran yang ketat dan mematuhi batas pengeluaran yang telah ditentukan. Mencatat setiap pengeluaran juga dapat membantu seseorang melihat seberapa besar uang yang dihabiskan untuk barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan.

Selain itu, mengurangi waktu di media sosial dan membatasi paparan terhadap konten konsumtif dapat membantu mengurangi dorongan untuk berbelanja. Mengalihkan perhatian pada aktivitas yang lebih produktif, seperti olahraga, membaca, atau mengembangkan hobi baru, juga bisa menjadi cara untuk mengatasi stres tanpa harus menghabiskan uang.

Terakhir, jika belanja sudah menjadi masalah yang serius, mencari bantuan dari ahli keuangan atau psikolog dapat menjadi langkah yang bijak. Mereka dapat memberikan panduan dalam mengelola keuangan serta mengatasi aspek emosional yang memicu perilaku konsumtif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun