Mohon tunggu...
Feren Nevita Meiliana
Feren Nevita Meiliana Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Pelayanan BK kepada Anak Berkebutuhan Khusus (Tuna Netra)

3 Desember 2020   16:12 Diperbarui: 2 April 2022   13:18 3309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dosen Pengampu:  Bu Naili Rofiqoh. S.Psi., M.si.

Nama: Feren Nevita Meiliana (191330000558)

Kelas : 3 PGSD A3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN , UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA 2020      

(Essay dibuat untuk tugas UTS mata kuliah Bimbingan Konseling )

“ Strategi Pelayanan untuk anak berkebutuhan khusus ( Tuna Netra )”

PENDAHULUAN

Bimbingan  dalam konseling  yaitu  suatu  tindakan dalam perlakuan bantuan kepada peserta didik melalui  tindakan dalam lingkup lingkungan sekitar. Dalam mengupayakan tindakan bimbingan ini melalui dengan seorang konselor yang merupakan tenaga ahli atau profesional dalam hal bimbingan dan konseling . Tujuan dalam penindakan Bimbingan Konseling yaitu untuk membantu kepada peserta didik agar melihatkan kemampuan dia melalui kompetensi yang dimiliki dari peserta didik tersebut agar perkembangan anak tersebut optimal dengan baik dengan diolah kemampuannya.

Dalam adanya program bimbingan konseling ini kita sebagai konselor dapat memberikan pengaplikasian dalam penanganan anak yang berkebutuhan khusus salah satunya yang saya bahas kali ini yaitu  anak Tuna Netra yang memiliki permasalahan dalam indra penglihatannya secara dari lahir, meskipun adanya permasalahan dalam indera penglihatannya mereka masih punya saraf yang normal seperti anak yang lain. 

Adanya pelayanan khusus bagi anak Tuna Netra yang berbeda dengan anak yang lain, maka dari itu para pemerintah harus memberikan suatu perhatian penuh bagi anak yang berkebutuhan khusus yaitu Tuna Netra. Kita harus memberikan pelayanan khusus agar  tidak merasa terasingkan dan didiskriminasi dalam hal pendidikan di lingkungan sekitarnya. Dibutuhkan pula dengan adanya pendampingan khusus bagi mereka yang menyandang tunanetra.

PEMBAHASAN

Children and adolescents with visual impairments are a group of studente with unique learning needs. Often misunderstood and  often under- served by the counselling profession,these children or adolescents need counselling services just like other children. Federal law makes it important that all counselors who work with children or adolescents, even those who do not work in public school settings, are knowledgeable about identification and services for those with visual disabilitise. In addition, counselors have a proffesional responsibility to facilitate counditions that promote full potential for all individuals, including exceptional group As knowledge and experience, counselors can serve children and their families  more fully intended by legal and professional guidelines.  Most counselors will meet in their practice children and adolescents who are visually impaired. According to the U.S Departement of Education about 9 % of the classified schoolschool- age population has federally recognized disibilities and recevives spesial education and related services. This number does not include gifted children, who also differ significantly from the norm and require identification, curricular modification, and counseling interventions. Or include students with visual imperments who are not eigible for special education but who can  quality for education and counseling servicelike any other child. ( Shari Tarver-Behring and Michael E. Spagna : 1 )

Bimbingan dalam Konseling dengan cara perlakuan  bantuan kepada peserta didik melalui pembentukan di lingkungannya dengan kondusif dilakukan secara benar dalam perlakuan bantuan dengan baik.. Model pembelajaran terhadap peserta didik yang berkebutuhan khusus yang di persiapkan oleh guru di sekolah, ditujukan agar  peserta didik mampu berinteraksi terhadap lingkungan sosial.(Dwinita : 2 )

Anak yang berkebutuhan Khusus dengan adanya keterbatasan dalam bentuk fisik , mental maupun secara emosional yang dapat mempengaruh pertumbuhan dan perkembangan pada anak.  Lalu anak tuna netra dengan tidak berfungsinya mata secara optimal sehingga dapat menghambat interaksi sosial lalu dengan aktifitas sehari- harinya. Dalam suatu pendidikan yang anak dalam mengalami gangguan penglihatan disebut pendidikan luar biasa ini berlaku juga yang mampu melihat tapi terbatas yang kurang memanfaatkan untuk kepentingan hidup terutama bidang belajar.  ( Muhammad Awwad : 51)

Tujuan Bimbingan dalam konseling untuk anak berkebutuhan khusus di SD dalam pelayanan bertujuan agar setelah mereka mendapat pelayanan dari bimbingan konseling anak tersebut dapat mencapai dalam penyesuaian dan perkembangan secara optimal  dengan sesuai bakat dan sisa kemampuannya lalu nilai yang dimiliki dalam dirinya. Dalam pengetahuan secara umum tujuan ini mengarah dengan adanya variasi dalam perbedaan antar individu anak. Hal ini dapat mengingat setiap siswa yang memiliki keunikan tertentu.( Supiartna : 4 )

Layanan Bimbingan Konseling kepada anak Tuna Netra

Bimbingan Konseling untuk Tuna Netra yaitu suatu perlakuan bantuan kepada anak individu maupun dengan secara kelompok dilakukan melalui pembicaraan lalu dengan cara interaksi , lalu dengan memberikan suatu nasehat gagasan yang tau arahan yang dapat memperhatikan tentang norma yang berlaku dengan mandiri. 

Anak Tuna Netra cenderung memiliki masalah dalam pendidikan , sosial, emosi, kesehatan, dalam permasalahan ini kita perlu antisipasi dengan cara konselor memberikan pelayanan pendidikan, arahan, bimbingan, latihan dengan memberikan kesempatan bagi anak tersebut, sehingga permasalahan yang mungkin akan timbul nantinya dapat di atasi sendiri dengan sedini mungkin.

Jenis – Jenis Pelayanan dalam Bimbingan Konseling :  

1.      Layanan Orientasi

 Bimbingan Konseling untuk anak Tuna Netra yaitu suatu perlakuan pemberian bantuan kepada para  individu maupun kelompok dengan cara melalui pembicaraan , interaksi, nasehat, dan gagasan dengan arahan yang dapat memperhatikan norma sehingga dia bisa mandiri. Dalam hal ini dengan adanya muncul  pemikiran anak Tuna Netra mampu untuk mandiri tanpa bantuan orang lain.

 Sebagaimana yang telah dikemukakan , pengembangan dalam kemanusiaan hendaknya mencapai pribadi dengan pendiriannya secara matang dengan kemampuan sosial , kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketakwaan yang dalam. Tetapi dalam kenyataannya kita sering menjumpai keadaan pribadi yang kurang berkembang , kesosialan yang kurang dan adanya dalam memilih , lalu keimanan yang masih dangkal. Hal ini banyak kita jumpai pada anak tuna netra sehingga berpengaruh aspek lain ke depannya nanti.

 Anak Tuna Netra yang memiliki keterbatasan atau  ketidakmampuan dalam menerima informasi dari luar melalui indra penglihatannya dan penerimaan rangsang hanya dapat melalui pemanfaatan indera  lainnya. Sehingga anak Tuna Netra perlu sekali dengan adanya pelayanan bimbingan konseling yang dapat memungkinkan anak itu dapat memahami lingkungan sekolah yang ada di sekitar dia yang baru dimasuki. 

Hal ini dapat mempermudah dan mempelancar anak itu dalam adanya lingkungan yang baru, kegiatan orientasi ini  memungkinkan bisa anak tuna netra mengetahui dengan posisi tujuan lalu obyek yang ada di sekitarnnya lalu dapat memungkinkan serta mengetahui cara bagaimana anak tersebut untuk mencapai tujuan obyek itu.

2. Layanan Informasi

Indera pendengaran sebagai saluran yang utama penerima informasi keterbatasan atau ketidakmampuan dalam fungsi penglihatan, sebagai pengganti layanan informasi ini memungkinkan kepada anak tuna netra dapat menerima dan dapat memahami berbagai ragam informasi di sekitarnya.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran

 Layanan ini yang dimaksudkan agar pembagian dapat dikosentrasikan dengan tepat dan tidak ada kesalahan penempatan penyaluran yang di dalam kelas, kelompok belajar, program latihan, kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan potensi bakat minat di dalam dirinya dan harus tau kondisi pribadinya.

4. Layanan Konseling Perorangan

Anak Tuna Netra yang memiliki keterbatasan dalam visualisasi. Akibatnya akan dalam anak tersebut mempunyai permasalahan sehingga anak tersebut harus memerlukan dalam sebuah layanan  konseling perorangan. Layanan ini memungkinkan kepada anak Tuna Netra untuk mendapatkan secara langsung dengan tatap muka di guru pembimbing dalam pembahasan dalam permasalahan dan solusi  dalam pribadi yang dialaminya.

5. Layanan Pembelajaran

 Layanan bimbingan konseling ini bagi Tuna Netra yang dapat memungkinkan dalam mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan dia belajar dengan secara baik, materi yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan dalam belajarnya, serta ada berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar yang lainnya..

 6. Layanan Bimbingan Kelompok

Anak Tuna Netra bersama dengan anak lainnya secara bersama melalui kelompok yang dapat memperoleh berbagai bahan sumber dari guru pembimbingnya dengan pokok bahasan tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dalam hidupnya sehari – hari dan  untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu, maupun sebagai dengan  pelajar , dan untuk  dalam pertimbangan untuk pengambilan keputusan  atau tindakan tertentu.

7.  Layanan Konseling Kelompok 

Anak Tuna Netra dapat memungkinkan memperoleh layanan bimbingan dan konseling dengan memperoleh kesempatan pembahasan dan permasalahan yang dialami dirinya memalui kelompok. Masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dapat  dialami oleh masing  dari anggota kelompok itu sendiri.

Contoh dalam strategi dalam pelayanan pengajaran bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus yang Tuna Netra bisa dalam pengajaran dengan menggunakan tulisan braille , gambar timbul , benda model dan benda nyata . sedangkan dapat menggunakan media  bersuara yaitu tape recorder. 

Untuk membantu kepada anak Tuna Netra dalam beraktivitas di sekolah luar biasa yang tempat mereka belajar mengenai Orientasi dan mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantarannya mempelajari bagaimana cara anak Tuna Netra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan khusus anak tuna netra yang terbuat dari aluminium tersebut. (Oki Dermawan : 889)

Tujuan saya pemilihan topik ini dengan untuk memberi informasi tentang strategi yang tepat dalam pelayanan BK terhadap anak berkebutuhan khusus yaitu anak Tuna Netra.

Kesimpulan :

Dapat saya simpulkan dari essay saya ini yaitu anak Tuna Netra yang memiliki permasalahan pada anak yang mempunyai kekurangan secara indrawi , yakni indra penglihatan. Disini ada 6 layanan konseling dengan ada salah satunya perorangan pelayanan ini dengan memungkinkan bagi anak Tuna Netra untuk mendapatkan secara langsung dengan adanya tatap muka dengan guru pembimbing dengan pembahasan dan solusi dalam permaslaahan pribadi yang dialaminya. 

Lalu ada layanan konseling kelompok terhadap anak tuna netra memungkinkan memperoleh layanan bimbingan dan konseling untuk memperoleh kesempatan dalam dan permasalahan yang dialaminya melalui  kelompok. Masalah yang dibahas itu yaitu masalah pribadi yang dialami masing dari   anggota kelompok itu sendiri. Sedangkan media yang dimaksud yang dapat mempermudah dalam pengajaran bisa dengan media bersuara yang dapat di praktekkan dalam mengajar oleh guru dengan contohnya tape recorder. Lalu media cetak bisa menggunakan tulisan braille.

Daftar Pustaka  :

  1. Dwinita, Dina. 2012. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. Jurnal Bimbingan Konseling. Vol. 1 No. 3 Sept. 2012., Padang: UNP.
  2. Supiartna, Rendra Khaldun. 2012.  PENDEKATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Volume 7, No. 1, Juni 2018.
  3. Muhammad Awwad. 2012.  Urgensi Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.  Jurnal Bimbingan Konseling. Volume 7, No. 1, Juni 2015.
  4. Oki Dermawan. 2013.  STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB. Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2013, Vol. 6, No.2 .
  5. Shari Tarver-Behring , Michael E. Spagna. 2004. Counseling With Exceptional Children. Vol. 36 , No. 8.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun