Lah wong isinya sudah dikeruk habis, jadi mengembalikan ekosistem-nya adalah wajib, tidak perlu penghargaan sebenarnya.
Saya jadi berfikir, bahwa di Indonesia itu logika pelestarian lingkungan hidup sudah ngawur dan keblinger.
Kasus lain adalah penghargaan Kalpataru yang diterima oleh pengusaha Hashim Joyohadikusumo pada tahun 2014 lalu.
Beliau mendapat HPH sebanyak 27.000 hektar melalui PT. Tidar Kerinci Agung. Kemudian dari lahan seluas itu, 2.400 hektar beliau jadikan wilayah konservasi.
Ini artinya beliau merusak hutan HPH beliau sebanyak 91,1% atau sebanyak 24.600 hektar, dan melestarikan 8,9%. Lah orang yang merusak hutan Indonesia sebanyak itu malah dapat penghargaan Kalpataru. Tentunya ini tanda tanya besar ???
Tidak heran sebenarnya jika kredibilitas pernghargaan Kalpataru kemudian dipertanyakan.
Bahkan banyak pelestari lingkungan hidup yang kemudian mengembalikan penghargaan Kalpataru yang mereka peroleh, diantaranya Marandus Sirait dan Hasoloan Manik. Mereka malu, karena penghargaan tersebut tidak sejalan dengan idealisme mereka.
Bumi itu adalah ibu kita, memeliharanya adalah kewajiban kita, tidak perlu penghargaan ba bi bu ...... yang akhirnya hanya merusak kesakralan kewajiban tersebut.
Oya, berikut ini terjemahan percakapan antara Zulkifli Hasan (sekarang ketua MPR) dan Harrison Ford dalam video ini (https://www.youtube.com/watch?v=E6fKSwyNIkU)
HF : Terima kasih atas waktunya, kami telah berkeliling negara anda selama beberapa minggu, kami ada beberapa pertanyaan. Pada 15 tahun terakhir ini 80% hutan Indonesia telah mengalami kerusakan parah. Saya menanyakan kepada banyak orang indonesia, mengapa ini terjadi?, mereka mengatakan pak, bahwa ada 2 hubungan yang sangat kuat antara bisnis dan politik di negeri ini
ZH : Yang lain, anda tau kita baru berdemokrasi, tapi saya yakin kita dalam waktu yang panjang mungkin akan terjadi titik seimbang.