Mohon tunggu...
Ferdi Setiawan
Ferdi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - خذ ما صفا واترك ما كدر

Sedang menggeluti kajian ilmu syariat, filsafat, bahasa arab, dan self-development

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Setan dibelenggu di Bulan Ramadan, Kok Masih Banyak Yang Bermaksiat?

20 Mei 2020   19:02 Diperbarui: 20 Mei 2020   19:14 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Suatu hari syaithan al-mu’min atau setan yag menjadi qarin seorang mukmin bertemu dengan syaithan al-kafir atau setan yang menjadi qarin seorang kafir, syaithan al-kafir heran melihat keadaan syaithan al-mu’min yang kurus, lemah dan tidak berdaya dan berkata: kenapa kamu terlihat begitu kurus, lemah dan tidak berdaya? Syaithan al-mu’min menjawab: aku selama ini  bersama seorang mukmin, jika ia hendak makan maka ia menyebut nama Allah dan berdoa kepadanya sehingga aku tidak bisa makan dari makanannya dan aku menjadi kelaparan, begitu juga ketika ia hendak minum, ia selalu menyebut nama Allah sehingga aku tidak bisa minum dari minumannya dan aku jadi kehausan, begitu juga ketika ia hendak berpakaian, ia selalu mendahuluinya dengan menyebut nama Allah sehingga aku tidak dapat berpakaian dengan apa yang ia kenakan dan aku telanjang. Mendengar apa yang dikatakan syaithan al-mu’min, syaithan al-kafir berkata: kalau aku bersama seorang kafir yang tidak melakukan apa yang dilakukan seorang mukmin, maka aku dapat memakan apa yang ia makan, minum dari minumannya, dan mengenakan pakainnya.”

Percakapan diatas menjelaskan betapa memprihatinkan kondisi setan yang menjadi qarin dari seorang mukmin yang senantiasa menyebut nama Tuhannya, dan betapa mengejutkan keadaan setan yang menjadi qarin bagi seorang kafir yang bahkan tidak percaya kepada Allah. Dengan kondisi syaithan al-mu’min yang sangat memprihatinkan ini membuatnya tidak mampu memperdaya manusia dan menjerumuskannya kedalam kesesatan, dan syaithan al-kafir sebaliknya, ia dengan kondisinya yang kuat, sehat dan bertenaga membuatnya mampu untuk membujuk manusia kedalam kemaksiatan.

Dari gambaran diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa dengan menyebut nama Allah, senantiasa mengingatNya, dan berdzikir kepadaNya dapat melemahkan setan yang selalu membersamai kita, sehingga ia tidak dapat menjerumuskan kita kepada kemaksiatan.

Jadi tashfid as-syayathin atau pembelengguan setan ini bukan dengan datangnya malaikat membawa yang rantai lalu mengikat mereka, akan tetapi kita sendirilah yang membelenggu setan-setan itu.

Dengan begitu, pembelengguan setan (tashfid as-syayathin) dalam artian “mencegah mereka agar tidak dapat memperdaya manusia” bukan satu hal yang hanya ada pada bulan ramadan, akan tetapi ini merupakan kondisi yang kontinu atau berkelanjutan.

Tapi mengapa tashfid as-syayathin atau pembelengguan setan ini disebutkan di dalam hadits yang berkenaan dengan bulan ramadan? Itu tidak lain karena apa yang ada pada bulan yang mulia ini. Bagaimana tidak? Jika pada bulan-bulan lainnya kita dapat membelenggu setan-setan itu, maka sudah sewajarnya kita dapat melakukannya di bulan ini. Hal ini dikarenakan pada bulan Ramadan:

1. Adanya ibadah puasa. Ibadah ini bersifat kolektif atau dilaksanakan bersama-sama dari fajar hingga petang, dan salah satu karakter pekerjaan yang dilaksanakan bersama-sama adalah dapat teraksana dengan baik karena dapat pelaksana dapat saling bantu dan menguatkan.

2. Dengan berpuasa berarti kita menanggalkan makan dan minum, yang mana keduanya merupakan 2 hal yang dapat meningkatkan syahwat dan hawa nafsu manusia.

3. Pada bulan ini juga kita lebih termotivasi untuk meningkatan ibadah seperti membaca al-Qur’an dan ibadah sunnah lainnya. Dan kita semua tahu bahwa semua itu merupakan bentuk dari dzikir kita kepada Allah swt.

4. Sebelum memulai puasa kita melaksanakan sahur, dan sahur merupakan anjuran agama. Begitu juga setelah maghrib kita berbuka dan berbuka merupakan perintah Allah. Dengan begitu kita melakukan keduanya karena Allah.

5. Jika pada hari-hari biasa kita melaksanakan salat wajib dan salat sunnah lainnya, pada bulan ini kita menambahkan satu ibadah sunnah lain yaitu salat tarawih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun