Mohon tunggu...
Ferdi Setiawan
Ferdi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - خذ ما صفا واترك ما كدر

Sedang menggeluti kajian ilmu syariat, filsafat, bahasa arab, dan self-development

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Argumentasi Keberadaan Tuhan (Argumen Kosmologis First Cause)

23 Agustus 2019   14:29 Diperbarui: 24 Juni 2021   06:48 9016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi bukan lagi merupakan suatu hal yang tabu untuk dibahas. Kemajuan keduanya membuat dunia sarat akan modernisasi dan peradaban. Pun dengan sumber daya manusia yang kini didukung dengan berbagai kecerdasan buatan, perkembangannya terbilang sangat agresif dan superfast.

Di samping itu, beberapa aspek warisan leluhur seperti ideologi, filsafat dan teologi yang bersifat dogmatis perlu menyesuaikan dengan zaman tanpa menghapus nilai pesan yang terkandung. Penyesuaian ini tidak menuntut perubahan dasar keyakinan apalagi sampai merubah pondasi keyakinan itu sendiri.

Memang, jika bicara soal keyakinan berarti kita bicara soal problem perenial yang tidak kunjung usai. Perdebatan panjang bahkan sudah banyak terjadi sejak zaman para pendahulu. Diantara persoalan yang paling populer diperdebatkan adalah persoalan tentang keberadaan Tuhan.

Bicara tentang Tuhan berarti bicara tentang sesuatu yang bersifat abstrak. Bicara tentangNya juga berarti bicara tentang agama dan segala dogmanya. Di zaman ini, zaman yang terbilang sudah sangat dewasa untuk mengerti banyak hal dengan memanfaatkan teknologi, membuka banyak peluang para ilmuan untuk mengobservasi lebih dalam akan kebenaran.

Baca juga: Argumen Moral tentang Keberadaan Tuhan: Michael Martin.

Dulu, sekitar awal abad 11, orang-orang di Eropa belum mempercayai adanya jenis penyakit menular yang sangat membahayakan yang bernama Tuberculosis (TBC) yang digagas  Ibnu Sina (Avicena), mereka lebih mempercayainya sebagai kutukan. Sampai pada tahun 1590 M ditemukan alat bernama mikroskop oleh Zacharias Janssen dibantu oleh Hans Janssen, alat yang dapat membantu manusia melihat yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, kemudian mereka dapat mengidentifikasi penyebaran virus TBC dan kemudian mempercayai keberadaannya.

Tapi tidak dengan Tuhan. Kemajuan teknologi secanggih apapun agaknya tidak akan mampu untuk mengidentifikasi keberadaanNya secara eksplisit. Tuhan yang menyandang sifat ghaib (abstrak) rupanya sampai saat ini tidak terbantahkan. Hal ini seringkali menimbulkan skeptisisme akan keberadaaNya. Bagaimana tidak, manusia yang kini memiliki berbagai kecerdasan buatan untuk mengetahui apa yang dulu dianggap tidak ada dan tidak mungkin keberadaanya, yang kini dapat memahami berbagai teori dan konsep yang dulu tidak masuk diakal, belum mampu membuktikan keberadaan Tuhan secara eksplisit, sebagaimana mereka mampu membuktikan keberadaan sub-tom yang super kecil, yang katanya tidak terikat oleh waktu.

Sekali lagi tidak dengan Tuhan. Maka, jika kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat diandalkan, mari kita lihat beberapa argumen yang dicanangkan oleh beberapa filsuf dan ilmuwan kenamaan pada masanya akan keberadaan Tuhan.

Ada beberapa argumen yang dapat digunakan dalam pembuktian Tuhan dan terbagi menjadi 2 bagian: yang pertama adalah Argumen Apriori (berdasarkan akal), dan yang kedua Argumen Aposteriori (berdasarkan pengalaman). Berikut adalah rinciannya:

1. Argumen Apriori

  • Argumen Ontologis

2. Argumen Aposteriori

  • Argumen Kosmologis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun