Mohon tunggu...
Ferdi Rosman Feizal
Ferdi Rosman Feizal Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis lepas

Idealisme dan Nasionalisme untuk dasar kemajuan Bangsa dan Negara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tinggal Satu Tapal Batas, Miangas!  

3 Juni 2016   13:15 Diperbarui: 5 Juni 2016   20:35 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption=""][/caption]"Tinggal Satu Tapal Batas, Miangas !", demikian alasan beberapa wisatawan yang berkunjung ke Pulau Miangas, pulau kecil yang sangat jauh di ujung utara Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Philipina yang telah dibangun tugu Perbatasan Negara dan Patung Pahlawan Santiago.

Berbatasan langsung dengan Negara tetangga Philipina merupakan berkah tersendiri bagi Pulau Miangas yang dianugrahi pantai berpasir putih dengan lautnya yang jernih biru memikat hati orang untuk berkunjung ke negeri yang sangat kental dengan upacara adat tradisional ini.

Tak perlu menyewa kapal selam wisata seperti di Bali, untuk melihat ikan-ikan berwarna warni di Miangas cukup datang ke dermaga, di bawah dermaga kita bisa melihatnya dengan jelas ikan-ikan berwarna-warni bahkan bagi yang belum pernah melihat ikan sotong (cumi) disanalah tempatnya. Saat siang hari bolong sekitar jam 13:00-14:00 kita bisa melihat serombongan ikan sotong dari tanjung wora berdatangan menuju dermaga.

Bagi wisatawan yang masih juga penasaran melihat cumi-cumi yang berenang dengan santainya, masih bisa melihat puluhan cumi-cumi berkumpul di perairan tanjung wora dibawah tebing-tebing karang yang terjal dengan hantaman ombak yang tak pernah berhenti.

Festival Manam'mi

[caption caption="Festival Manam'mi 2016 di Miangas"]

[/caption]Seperti manisnya gula yang tak pernah habis, pulau miangas selalu saja mengundang wisatawan untuk mengunjunginya khususnya pada bulan mei saat air laut surut begitu jauh ke tengah laut dimana ikan-ikan banyak yang terjebak di terumbu-terumbu karang, di batu-batu yang telah dipasang.

Itulah Festival 'Manam'mi', upacara adat menangkap ikan secara tradisional di Miangas dengan menjebak ikan-ikan di terumbu-terumbu karang yang digiring menggunakan janur-janur kuning yang merupakan tradisi khas penduduk miangas dan di beberapa pulau di nusa utara, kecamatan Nanusa Kabupaten Kepulauan Talaud seperti Mani'u di Pulau Karatung atau Mane'e di Pulau Kakorotan.

'Manam'mi' menjadi magnet wisata andalan miangas mendampingi semaraknya Festival 'Mane'e' di Pulau Kakorotan yang telah berpuluh tahun menjadi agenda wisata nasional hanya karena satu alasan 'di Tapal Batas !'.

Bisa saja Manam'mi dijadikan alasan para wisatawan berkunjung ke Pulau yang justru lebih dekat dengan Philipina ketimbang Indonesia ini, karena bisa ikut naik kapal bersama rombongan Gubernur Sulawesi Utara dan Bupati Kepulauan Talaud bahkan kadang bersama Menteri Pariwisata. Tapi alasan kuatnya adalah datang ke Tapal Batas.

Tak hanya di bulan Mei, beberapa event sering dilakukan di Pulau kecil dan terpencil yang pernah menjadi sengketa dengan Philipina ini. Pada bulan Agustus tepatnya tanggal 17 Agustus banyak orang berdatangan ke Pulau Miangas untuk memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia di Tapal Batas dengan mengibarkan Bendera Merah Putih, membentangkan kain merah putih yang sangat panjang mengelilingi Pulau kecil ini.

Dan hanya satu alasan para petualangan bersusah payah berhari-hari naik Kapal untuk mendatangi Pulau Miangas, Tapal Batas !.

Sensasi di Tapal Batas Negeri memang berbeda rasanya dibanding tempat lain apalagi dengan perjalanan laut yang begitu jauh dan menyinggahi beberapa pulau yang tak bisa disamakan dengan perjalanan laut di tempat lain apalagi menggunakan Kapal Perintis yang bisa memakan waktu hingga 5 hari 5 malam di lautan dan di pulau-pulau di Kawasan Sangihe dan Talaud.

Makam Keramat

Belum lengkap rasanya ke Miangas kalau belum datang ke Makam Keramat, demikian kata orang-orang yang pernah berkunjung ke Miangas karena kalau sudah meninggalkan Miangas orang-orang selalu bertanya 'ke Makam Keramat ?'.

Nun jauh disana diatas puncak bukit keramat tersimpan meriam yang dikeramatkan, tidak boleh sembarang orang masuk ke area makam keramat termasuk warga miangas sendiri, harus meminta ijin Ketua Adat 'Mangkubumi' untuk memasuki makam yang dikeramatkan oleh warga miangas ini.

[caption caption="Merah Putih di Puncak Miangas"]

[/caption]Tapal Batas ini, jauh diatas puncak bukit dengan bangga para wisatawan domestik mengibarkan bendera merah putih bahkan ada pula yang sempat naik ke puncak  mercu suar hanya untuk mengibarkan Sang Merah Putih, untuk menunjukkan bahwa Miangas milik Indonesia.

Untuk datang ke Makam Keramat, datanglah ke rumah Mangkubumi untuk meminta ijin dan nanti akan diantar oleh orang kepercayaannya atau biasanya mangkubumi langsung yang mendampinginya naik ke puncak bukit hingga ke Makam Keramat.

Disana Mangkubumi akan bercerita tentang 2 meriam yang ada di makam keramat termasuk cerita heroik perjuangan warga miangas dalam mempertahankan pulau miangas dari serangan pasukan Kerajaan Sulu dari Mindanao Selatan Philipina yang ingin menguasai pulau Miangas dan masuk wilayah Philipina hingga cerita Raja Miangas yang mengalahkan Raja Sulu.

[caption caption="Kibarkan Sang Merah Putih"]

[/caption]Masih banyak cerita tentang Tapal Batas Negeri di pulau kecil yang terpencil di paling utara Provinsi Sulawesi Utara ini, Miangas sangat kaya dengan cerita yang melegenda termasuk ikan hiu atau 'gorango' sebutan warga miangas terhadap ikan hiu yang menjadi sahabat warga miangas. Dan jika berkunjung ke rumah-rumah warga jangan kaget kalau ada makam di teras rumahnya atau atau ada yang tidur bak pasir lembut didalam rumahnya.

Jika masih juga ingin mengetahui cerita nelayan-nelayan miangas yang sampai tersesat hingga pulau Natuna dan alasan tidak ada nelayan yang berani mengail ikan di perairan miangas pada malam hari atau perahu rombongan pengantar ibu yang kesulitan melahirkan dan tersesat hingga Melanesia, datanglah Miangas ! Ke Tapal Batas Negeri yang begitu kaya dengan catatan heroisme dan tradisi yang terus melekat tak terpengaruh modernisasi.

Pekalongan, 3 Juni 2016

Ferdi Rosman Feizal
Telkomsel +62 822 2118 7752
email ferdirosman@gmail.com
follow @ferdirosman

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun