Mohon tunggu...
Ferdi Rosman Feizal
Ferdi Rosman Feizal Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis lepas

Idealisme dan Nasionalisme untuk dasar kemajuan Bangsa dan Negara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Miangas Surga Wisata Bahari di Ujung Indonesia

14 Januari 2016   15:54 Diperbarui: 14 Januari 2016   23:29 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makam keramat di Miangas layaknya makam-makam biasa yang diberi atap, namun bukan makam manusia seperti layaknya makam-makam di tempat lain.

Makam Keramat di Puncak Gunung Ota Miangas berisi 2 buah meriam, satu meriam besar berwarna kuning berkarat satu lagi lebih kecil erwarna hijau yang hingga sekarang tidak tetap utuh, warnanya tidak berubah dan tidak karatan padahal usianya telah lebih dari setengah abad.

Dikeramatkannya meriam-meriam ini karena meriam-meriam ini menjadi 'pahlawan' bagi masyarakat miangas karena menjadi senjata andalan ketika suku moro Philipina Selatan dengan puluhan perahu-perahu menyerang pulau miangas. Kemungkinan miangas masuk Philipina bisa terjadi jika masyarakat miangas kalah oleh suku moro Philipina, namun perjuangan masyarakat miangas tidak sampai disitu. Berhentinya suku moro menyerang miangas karena kehebatan Kepala Suku Miangas yang berhasil mengangkat batu raksasa ketika diadakan adu kekuatan dengan kepala suku moro, dan sejak itu suku moro mengaku kalah karena kepala sukunya tidak bisa mengangkat batu raksasa yang hingga kini menjadi saksi bisu sejarah kemenangan miangas atas suku moro Philipina Selatan.

Setiap tamu, wisatawan yang datang ke pulau miangas selalu menyempatkan diri berkunjung ke Makam Keramat, tak lengkap rasanya datang ke miangas kalau tidak berkunjung ke makam keramat. Setiap wisatawan yang datang ke makam keramat ini disarankan untuk memasukkan uang kedalam lubang kecil di meriam hijau sebagai tanda hormat untuk masyarakat miangas sekaligus untuk pemeliharaan makam keramat yang begitu disakralkan dan dijaga oleh masyarakat miangas.

Entah apa ceritanya kalau tidak ada makam keramat dengan meriam-meriamnya, entah apa ceritanya kalau meriam-meriam ini di puncak gunung ota ini tidak ada, masyarakat miangas generasi selanjutnya mungkin tidak tahu sejarah perjuangan nenek moyangnya yang gagah berani dalam mempertahankan pulaunya agar tetap masuk wilayah Indonesia tercinta ini. Yang pasti meriam-meriam di makam keramat menjadi bukti sejarah yang tersisa yang mengingatkan kita kepada pejuang-pejuang miangas dalam mempertahankan keutuhan NKRI di ujung Indonesia.

Masih banyak cerita tersembunyi di balik Surga Wisata di Ujung Indonesia seperti kebisaan beberapa masyarakat miangas yang tidur di bak pasir di dalam rumahnya, ramainya masyarakat miangas turun ke pantai yang kering ketika surut untuk mencari ikan yang terjebak disela-sela terumbu karang, makam-makam orang tua / leluhur yang berada di teras-teras rumah, Tugu Perbatasan Negara yang megah serta Gagahnya Patung Pahlawan Sulawesi Utara ‘Santiago’ setinggi 7 meter yang dibangun TNI Angkatan Darat dan talud yang mengelilingi pulau miangas yang tidak pernah ada di bagian lain di Indonesia serta kearifan lokal lain seperti pemberlakuan hari sabat begitu dipatuhi juga hukum-hukum adat lain yang masih tetap dipegang teguh masyarakat miangas.

Untuk wisatawan yang akan melakukan perjalanan wisata ke Surganya wisata bahari di ujung Indonesia bisa berangkat melalui jalur laut dari Pelabuhan Bitung menggunakan KM Sangiang yang berangkat pada hari Jumat malam menyinggahi Pelabuhan Tahuna di Sangihe, Hulusiau, Lirung dan Karatung dan berakhir di Pelabuhan Miangas. Sementara wisatawan yang menggunakan jaur Udara bisa berangkat dari Bandara Sam Ratulangi Manado transit di Bandara Naha Tahuna dilanjutkan ke Bandara Melonguane di Kota Melonguane Ibukota Kabupaten Talaud yang dilanjutkan dengan perjalanan laut menggunakan Kapal Sangiang atau Kapal Perintis yang akan bertolak ke Miangas. Jika Bandara Miangas telah selesai dibangun dan dioperasikan, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan udaranya dari melonguane ke Bandara Miangas menggunakan pesawat perintis. Namun perjalanan dengan pesawat ini sensasinya kurang begitu mengasyikan dibandingkan perjalanan menggunakan Kapal Laut apalagi dengan Kapal Perintis terlebih jika pulang dengan kapal perintis melintasi Pulau Marore, Pulau Kawaluso, Kawio di perairan utara Kabupaten Sangihe.

Persiapkan perlengkapan untuk menikmati surga wisata bahari di Miangas seperti perlengkapan snorkeling, Diving tanpa tabung oksigen, selancar, perlengkapan mancing,  binokuler juga webcam dan kamera DSLR dengan lensa zoom. Jangan lupa membawa power bank solar cell untuk mencharge hp. Untuk oleh-oleh masyarakat miangas khususnya untuk pemilik rumah yang dijadikan tempat menginap selama di miangas belilah ‘barito’ untuk bahan masakan dan kue-kue kaleng / biskuit yang konon kabarnya sangat disukai, juga membawa voucher-voucher pulsa phisik Telkomsel khususnya voucher kartu-As Telkomsel dan yang cukup penting gantilah simcard wisatawan dengan simcard Telkomsel karena di Miangas hanya ada satu tower milik telkomsel agar bisa terus menerus update status mengabarkan cerita di media sosial dan mengupload foto-foto keindahan miangas.

Selamat menikmati Surga Wisata Bahari di Ujung Indonesia, kenali dan Cintai Wisata di Negeri Sendiri.

 

Pekalongan, 14 Januari 2016

Penulis: Ferdi Rosman Feizal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun