4. Pelambatan non fundamental:
Pelambatan karena faktor non fundamental seperti psikologis macam begini, hanya menanti datangnya sebuah momentum untuk recovery. Lantaran tidak ada masalah dalam indikator-indikator ekonomi makro yang menghambat, maka proses market recovery pun tidak butuh waktu yang lama. Artinya, ketika momentum itu tiba maka harga akan melejit, meski kita berharap lejitannya tidak membabibuta hingga overheat.
5. Suku bunga stabil:
BI Rate masih bertahan di angka 7,5%, ini logis jika dikomparasikan dengan tingkat inflasi September yang turun hingga 6,8%. Nah, indikator ini menandakan bahwa tidak ada dinamika yang berarti di tingkat suku bunga KPR.
6. Perekonomian bergerak cepat:
Dengan mulai berjalannya sejumlah proyek infrastruktur dan proyek lain yang mengalirkan dana hingga ratusan triliun ke tengah masyarakat, maka potensi bergeraknya roda ekonomi masyarakat akan semakin tinggi. Ini berarti, Anda pun tidak perlu terlampau khwatir, tidak bisa membayar cicilan properti Anda.
7. Suplai properti terjangkau melimpah:
Dalam periode setahun silam, Anda mungkin sulit mendapatkan properti dengan harga terjangkau dari pengembang dengan reputasi jempolan. Nah, coba tengok sekarang, suplai properti residensial baik landed house maupun apartemen pada kisaran harga Rp100-an juta melimpah. Salah satu yang menggebrak pasar Oktober ini adalah Agung Podomoro Land dengan proyek rusunami (mirip Kalibata City) di kawasan Cimanggis dengan starting price di bawah Rp200 juta.
8. Rupiah menguat, birokrasi dipermudah, sentimen pasar jadi positif:
Ini memang urusan pengembang, bukan konsumen. Tetapi pelatuk ini akan memicu kembali bergairahnya pasar dengan cepat, dan imbasnya adalah, harga properti akan melambung tinggi ketika sentimen pasar kembali positif dan bergairah. Jika terlambat, Anda bisa kejebak harga tinggi, tetapi bila lebih cepat membeli maka Anda segera akan menikmati lonjakan harga properti Anda.
9. Infrastruktur dan kawasan pertumbuhan baru: