Alasan-alasan ini adalah kelemahan individu, yang paling mudah dipengaruhi oleh arus eksternal yang membawa kebutuhan kuat untuk menghancurkan diri sendiri. Namun, alasan-alasan ini tidak dapat dipahami karena tidak termasuk dalam alur. Menurut George Ritzer (2012), untuk memahami teori bunuh diri Durkheim, kita harus memahami bagaimana jenis bunuh diri berbeda-beda dengan dua fakta sosial utama: integrasi dan regulasi. Keterlibatan yang kuat yang kita miliki dalam kehidupan sosial dikenal sebagai inklusi. Tingkat paksaan dari sumber luar terhadap individu atau masyarakat disebut regulasi. Menurut Durkheim 5, kedua aliran sosial ini berkorelasi satu sama lain, dan jika salah satu aliran ini terlalu rendah atau terlalu tinggi, angka bunuh diri akan berubah. Durkheim mencapai kesimpulan bahwa komponen penting.
Dengan kata lain, perubahan dalam perasaan masyarakat akan mempengaruhi perubahan tren sosial, yang pada akhirnya akan menentukan tingkat bunuh diri di masyarakat. Durkheim mengatakan bahwa keteraturan, individualitas, dan kecenderungan bunuh diri adalah ciri-ciri masyarakat. Perbedaan keteraturan dapat muncul dari satu jenis masyarakat ke jenis masyarakat lainnya pada titik tertentu, yang secara ilmiah menunjukkan bahwa bunuh diri adalah fenomena autogenous. Bukan masalah individu, bunuh diri adalah fenomena sosial. Dalam masyarakat sederhana, ide dikomunikasikan secara spontan antara individu dan antara individu. Hal-hal ini secara alami tersinkronisasi satu sama lain. Berupa dukungan emosional satu sama lain, karena kita adalah manusia yang senantiasa saling membantu dan membangun satu sama lain. Durkheim berusaha untuk mengembalikan kesadaran kolektif dalam masyarakat modern yang individualistis. Dia menjelaskan kesadaran kolektif sebagai suatu keseluruhan yang kompleks dan bukan hanya solidaritas mekanis.
METODE
Penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kuantitatif Metode sampel acak digunakan untuk mengumpulkan sampel. Sebanyak 62 orang dari mereka yang menjawab mendaftar di jurusan psikologi universitas. Kuesioner Perilaku Bunuh Diri yangdirevisi oleh Osman, Bagge, Gutierrez, dan Konick (α= 0,760) digunakan sebagai ukuran penelitian. Tembaga dan Barrios (2001). Skala SBQ-R dapat digunakan untuk mengukur pikiran dan upaya bunuh diri (pembentukan ide dan upaya) (perilaku bunuh diri di masa lalu) pada siswa digunakan dengan pertimbangan.
HASIL
Tabel analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai ide dan upaya bunuh diri rata-rata (median) 6.85, nilai rata-rata (median) 6.00, nilai modus 4.00, nilai minimum 3.00, dan nilai maksimum 16.00. Untuk mengklasifikasikan, dua kategori, "Tinggi" dan "Rendah", digunakan.
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa (58,1%) cenderung berpikir dan berusaha sendiri.
Hasil analisis menunjukkan bahwa usia mempunyai hubungan yang sama besarnya dengan keinginan bunuh diri dan upaya bunuh diri pada siswa (p=0,018).
Model regresi juga menunjukkan bahwa usia mempengaruhi keinginan dan upaya bunuh diri (β = -0.299, t = -2.426, p = 0.018 < 0.05, R2 = 0.089).
PEMBAHASAN
Menurut analisis tingkat pemikiran dan upaya bunuh diri yang dilakukan pada siswa sekolah menengah (tingkat tinggi dan rendah), 36 siswa (58,1%) memiliki kecenderungan untuk mengalami pemikiran dan upaya bunuh diri pada tingkat tertentu. perbedaan antara bunuh diri secara nyata dan konsep bunuh diri. Bunuh diri seringkali terjadi secara impulsif, sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh beberapa orang. Meskipun demikian, gagasan bunuh diri seringkali telah dipertimbangkan beberapa hari, minggu, atau tahun sebelumnya (Woelandrie, 2017). Tetap saja, ada kemungkinan bunuh diri. Pikiran untuk bunuh diri pasti pernah terlintas di benak setiap orang. Pikiran ini dapat muncul kembali dalam beberapa situasi dan mendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri.