Mohon tunggu...
Ferdi Bendar
Ferdi Bendar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa universitas Tadulako dengan program studi antropologi, hobi saya berolahraga bola voli dan suka bernyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mereview Antropologi Agama Program Studi Antropologi UNTAD

13 Desember 2023   19:49 Diperbarui: 13 Desember 2023   20:48 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Metode empiris

Metode ini mempelajari pikiran, sikap dan perilaku agama manusia yang diketemukan dari pengalaman dan kenyataan di lapangan artinya yang berlaku sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dengan menitikberatkan perhatian terhadap kasus-kasus kejadian tertentu ( metode kasus).

Materi II : Yulianti Bakari, S.Sos, MA.

 Mengenal Suku Dayak

Orang Dayak, Siapa Mereka?

Ada litani tanpa ujung tentang orang Dayak. Litani itu, se- bagian memuji, tetapi kebanyakan melecehkan. David Jenkins dan Guy Sacerdoty yang menulis dalam Far Eastern Economic Review (1978) menggambarkan orang Dayak sebagai the legen- dary wild man of Borneo (Manusia liar Borneo yang legen- daris). Sementara Jan Ave dan Victor King (1985) melukiskan mereka sebagai The people of the weaving forest (Orang dari hutan yang meratap). Ada pula yang menggambarkan mereka sebagai The headhunters of Borneo (Pemburu kepala dari Bor- neo).

Pada masa sebelum merdeka, Dayak merupakan kata ejeken yang memilukan hati. Ketika seseorang menyimpang dari nor- ma-norma yang umum norma Islam dan penjajahan Belanda disebut sebagai "dayak". Ikan dan belacan busuk di toko disebut dayak. Anjing kurus dan kurap di jalanan juga disebut da- yak. Dayak, berarti kotor, kafir, tidak tahu aturan, buas, liar, gila, terkebelakang, tidak berbudaya. Dayak adalah orang liar Borneo yang berekor. Yang ini ada benarnya, karena lelaki Dayak-konon berekor di depan, tentu saja bukan di belakang.

Litani bernada minor demikian, tidak bisa dihapuskan oleh Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pandangan salah tentang manusia Dayak yang tertancap selama ratusan tahun pada masa kolonial, diperkuat oleh pusat-pusat kekuasaan feo- dal telah tertanam kukuh. Dan racun itu masih ada pengaruh- nya hingga saat ini.

Dalam diskurus pembangunan dan modernisasi dewasa ini mereka lebih dikenal sebagai peladang berpindah, suku ter- asing, perambah hutan, orang tidak berbudaya, suku pengembara, orang terkebelakang, dan seabreg predikat lainnya. Oleh karena itu mereka harus dimukimkan. Pola pertanian mereka harus diubah. Budaya mereka harus dihilangkan. Maka perampasan tanah-tanah Dayak atas nama Republik dan Pembangunan Nasional, atas nama modernisasi dan pertumbuhan ekonomi dianggap sah. Begitu pula eksploitasi hak-hak intelektual Masyarakat Adat (indigenous people) oleh para intelektual modern kita, dianggap wajar. Mereka cukup senang ketika ada penelitian ilmiah tentang mereka. Itu dikatakan seorang profesor doktor dalam sebuah seminar internasional di Jakarta beberapa tahun silam. Orang kecil dan lemah selalu berkorban, dan yang kuat menikmatinya.

Masyarakat Dayak adalah masyarakat lisan. Oleh karena itu tradisi lisan memainkan peranan sentral dalam tatanan hidup bermasyarakat. Tradisi lisan, kata Waiko (1981), adalah lan- dasan kesadaran diri dan otonomi sebuah suku bangsa ketika mereka berhubungan dengan dunia luar. Jika Waiko benar ma- ka lewat kesadaran itu suku bangsa Dayak menemukan dan mengidentifikasi diri. Maka ia kemudian menjadi salah satu dari identitas kolektif sebuah masyarakat. Sejalan dengan itu, King dan Ave menyebut tradisi lisan sebagai media bagi orang Dayak untuk menyampaikan pandangan mereka tentang kehi- dupan dan maknanya, tentang kematian dan realitas kehidupan setelah kematian.

Tradisi lisan bagi suku bangsa dayak adalah sebuah teks li- san yang memuat totalitas konsepsi-konsepsi dasar ideologi, dogma, doktrin, filsafat, sejarah, bahasa, sastra, hukum dan kebiasaan serta nilai-niali sentral, tatanan dan struktur sosial, serta cara-cara berhubungan dengan alam nyata dan alam mistik. Di berbagai sub-suku Dayak ditemukan suatu konsepsi yang serupa mengenai hubungan antara manusia dan tanah dengan segala isinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun