Makhluk itu tertawa, suaranya seperti derai kaca pecah. "Dengar itu, manusia! Dunia kalian akan kehilangan cahaya, keajaiban, dan harapan. Apakah itu harga yang ingin kau bayar?"
Ayu memejamkan mata, cermin di tangannya bersinar terang, seolah merespons konflik di hatinya. Ia mengingat wajah teman-temannya, keluarganya, dan semua orang di desanya. Dengan suara yang penuh tekad, ia berkata, "Aku tidak akan membiarkan keegoisan kalian menghancurkan dunia manusia. Jika itu berarti menutup gerbang ini selamanya, aku akan melakukannya!"
Makhluk itu melolong marah, melancarkan serangan besar berupa gelombang energi hitam. Ayu melompat ke samping, menghindari serangan itu dengan susah payah. "Raka, apa yang harus kulakukan?!" teriaknya, panik namun tetap memegang cermin erat-erat.
Raka maju, meskipun tubuhnya bergetar hebat. "Ayu, kau harus mengarahkan cermin itu ke pusat gerbang dan mengucapkan mantra pemulihan. Aku akan mencoba menahan makhluk ini selama mungkin!"
"Kau tidak bisa melawan dia sendiri!" Ayu berteriak.
Raka menoleh, mata keemasannya bersinar dengan kesedihan. "Ayu, ini adalah takdirku. Jika aku bisa memberikanmu cukup waktu, maka semuanya tidak sia-sia."
Ayu menggigit bibirnya, tapi tidak ada waktu untuk ragu. Dengan langkah mantap, ia mendekati gerbang, melafalkan mantra yang diajarkan oleh Raka. Cermin itu mulai bersinar semakin terang, menyelimuti seluruh area dengan cahaya putih murni.
Makhluk itu berteriak marah, mencoba menghentikan Ayu, tapi Raka melompat ke depannya, menghadang dengan seluruh kekuatannya. "Jangan ganggu dia!" teriak Raka sambil melepaskan energi terakhirnya untuk menahan makhluk itu.
Ayu menutup mata, fokus pada tugasnya. "Dengan ini, aku kunci gerbang ini selamanya. Dunia manusia dan dunia gaib akan kembali ke jalan mereka masing-masing!" katanya dengan suara lantang.
Saat cahaya dari cermin mencapai puncaknya, sebuah ledakan besar terjadi. Gerbang itu tertutup dengan bunyi dentuman keras, dan makhluk penjaga menghilang dalam cahaya tersebut.
Ketika semuanya tenang, Ayu berdiri di tengah kehancuran, tubuhnya lelah namun puas. Tapi ketika ia menoleh, Raka tidak lagi ada di sana. Hanya sisa-sisa cahaya keemasan yang perlahan memudar.