Mohon tunggu...
Ferawaty RosintaIndah
Ferawaty RosintaIndah Mohon Tunggu... Guru - Ibu Rumah Tangga

Menanam kembali untuk hasil yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesan Berantai Penganten Sunat

1 Juli 2020   14:55 Diperbarui: 1 Juli 2020   15:02 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senang campur surprise ketika de Arul keponakan kecil saya mengutarakan keinginanya untuk dikhitan atau disunat. Entah dapat inspirasi dari mana sehingga di usia menginjak 5 tahun memberikan keputusan agar 'Apengnya' (sebutan kami buat alat vitalnya) direlakan 'dipotong' untuk menjalankan sunah agama. Sebenarnya banyak juga yang sudah dikhitan diusia yang lebih kecil dari arul namun bagi saya Arul sangat hebat karena dia telah memutuskannya sendiri.

Kami sangat bersyukur Allah SWT mempermudah segala urusan kami, Keinginan de Arul di tengah Pandemi bisa terealisasi dengan segera, tepatnya setelah masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jawa barat berakhir dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) masih diberlakukan jadi tidak usah izin sekolah.

Ada hal unik dalam pemilihan Rumah Khitan, Para orang tua mencari Rumah Khitan yang memiliki  metode pengkhitanan  yang tidak sakit. Mereka saling mencari informasi di saat ada yang di Sunat, sehingga ketika metode laser pertama kali diperkenalkan untuk mengkhitan, tidak sedikit calon pengantin sunat diboyong ke 'Kota Kembang' untuk mendapatkan tindakan terbaik. 

Walaupun pada kenyataanya rasa sakit itu tergantung dari obat pereda rasa sakit yang durasi minumnya lebih singkat namun orang tua selalu mempromosikan kalau melakukan khitan di klinik tertentu di Paris Van Java tidak sakit. 

Sungguh promosi yang hebat, saking hebatnya 'Pengantin Sunatnya' pun tidak menceritakan pengalaman yang horor kepada teman-temannya yang belum disunat. Karena mungkin sudah tergantikan dengan 'Salam Tempel' yang diterima dari sanak family yang datang menjenguk. Alhasil tidak jarang ini seperti lari estafet, tongkat akan perpindah dengan cepat, akan ada yang di sunat tidak lama  setelahnya. 

Kembali ke De Arul, tindakan khitan dilakukan di kawasan Kosambi kabupaten Karawang,lagi-lagi ini hasil promosi salah satu kerabat.

"Kalau dikhitan disana, anak-anaknya ga pada nangis ketika keluar dari ruang tindakan" nenek arul kasih penjelasan tempo hari sebelum pergi survei ke lokasi.

"Iya gitu?" responku.

 Sambil bergumam dalam hati, "Ya iyalah tidak akan nangis, wong efek obat bius masih bekerja koq. Kecuali jika secara alami enggak dianastesi terus anak ga nangis itu baru ok, seperti  30thn yang lalu disunat pakai jasa 'Bengkong' (dukun sunat) enggak pake apa-apa adik saya tidak nangis sama sekali. Metodenya disunat di pagi buta  

Mitos atau Fakta dikhitan tidak sakit? Hanya Penganten Sunat yang tahu.

Arul anak hebat tidak rewel meski kadang meringis, kali ini tongkat estafet ada di de Arul, Pesan Berantai siap dihembuskan kepada calon penganten sunat yang ada di sekitar. 

Alhamdulillah acara syukuran berjalan dengan lancar, kami tetap memberlakukan Sosial Distancing karena banyak  handai taulan yang datang. 

Arul asyik dengan game di dalam dawainya. Mimik meringisnya tertutup keceriaan ketika menerima 'ampao' dari yang datang, Baskom di pangkuan Arul penuh dengan lembaran uang warna warni.

"Wah dede Aunk uangnya banyak euy." saya menggodanya.

"Iya wawa. Sambil tersenyum" seraya melirik kepada saya.

"Mau dibelikan apa?" tanya saya lagi.

"Mau beli Hp, belum datang bunda belinya online." jelasnya. 

"Oohh.." respon saya. 

Bocah milenial sudah mengerti bahasa online, memangnya jaman saya dulu, hanya tahu kalau belanja itu Transaksinya harus face to face.

"De Arul gimana sunatnya?" suara bi Mimih salah seorang kerabat datang menjenguk Arul.

"Masuk, Bi Mimih! Eh ada Zidan juga." sambut saya dengan ceria. Maklum kalau tidak ada acara seperti ini sangat sulit bertemu keluarga besar. 

Arul menyambut Zidan dengan senyum khasnya. Mereka sahabat karib meski tidak seumur mereka selalu bermain bersama.

"Tuh Zidan, de Arul dah disunat. Mau ga disunat?" tanya bi Mimih nenek Zidan.

"Iya. Kapan mau disunat? Arul aja berani. Enggak sakit kan de Arul?" sambung saya meyakinkan untuk memotivasi.

Namun  gayung tidak besambut. Arul malah memberikan jawaban yang tidak terduga.

"Jangan Zidan, Sakit!! Bunda nanti lagi kalau disunat jangan disana. Dede dipelototin sama pa dokternya." teriaknya.

Mendengar itu wajah Zidan langsung pucat pasi, Saya, Nenek Jidan dan Bundanya Arul hanya saling bertatapan menahan tawa. 

"Disunat itu hanya sekali, Dede." jelas bunda Arul

"Iya. Pokoknya Sakit, Zidan." Arul kembali menegaskan.

Wah gawat melihat gelagatnya Zidan bakalan berubah pikiran.

Pesan Berantai Penganten Sunat kali ini sepertinya terjadi kegagalan. Bagaimana tidak, karena rasa setia kawan, de Arul menceritakan hal yang sebenarnya. Zidan panik dan spontan bilang enggak mau disunat

Pertanyaan Mitos atau Fakta disunat tidak sakit sudah dijawab oleh De Arul.

Rabu, 1 Juli2020

Thanks to De Arul..Cerita Sang Penganten Sunat untuk Kompasiana..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun